Merajut Asa Penyintas Bencana: FK UISU dan Kemdiktisaintek Dampingi Pemulihan Psikososial Warga Sibolga dan Sekitarnya

redaksi
30 Des 2025 14:29
News Sumut 0 9
3 menit membaca

 

SIBOLGA, kaldera.id – Di tengah luka dan trauma yang masih membekas pascabencana, harapan perlahan dirajut kembali. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (FK UISU) melalui program hibah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) turun langsung melakukan pendampingan psikososial fase tanggap darurat bagi warga terdampak bencana di Kota Sibolga dan sejumlah wilayah sekitarnya.

Kegiatan pendampingan dilakukan oleh Tim Pendampingan Psikososial FK UISU di beberapa lokasi terdampak, yakni Kelurahan Aek Manis dan Kelurahan Aek Parombunan, Kecamatan Sibolga Selatan, Kota Sibolga; Desa Lopian, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah; serta Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan.

Ketua Tim Pendampingan Psikososial FK UISU, Meri Susanti, S.Psi., M.Psi., Psikolog, menjelaskan bahwa program ini difokuskan pada pemulihan kondisi psikologis penyintas, terutama kelompok usia rentan yang mengalami trauma berat akibat bencana.

“Banyak warga menyaksikan langsung peristiwa bencana yang berdampak besar secara fisik, psikis, dan sosial. Kehilangan anggota keluarga serta harta benda meninggalkan luka yang mendalam,” ujar Meri Susanti.

Sebelum pelaksanaan di lapangan, tim telah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, antara lain Pemerintah Kota Sibolga, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Komisi VIII DPR RI, Dinas Kesehatan Kota Sibolga, serta Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Berdasarkan hasil asesmen awal, tim PKM FK UISU menemukan sejumlah kasus psikologis, seperti duka mendalam (grief), reaksi stres akut, gejala kecemasan dan depresi, hingga gangguan stres pascatrauma (PTSD). Untuk kasus dengan tingkat sedang hingga berat, dilakukan intervensi individual secara khusus disertai tindak lanjut sebagai bentuk evaluasi program.

Koordinasi skrining kesehatan mental di lapangan juga melibatkan tenaga kesehatan dari Puskesmas Aek Habil, Pustu Aek Manis, dan Puskesmas Aek Parombunan. Selain pendampingan psikososial, tim FK UISU turut menggelar layanan mobile clinic di lokasi terdampak. Penyakit yang paling banyak ditemukan antara lain infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), diare, dan penyakit kulit, terutama pada anak-anak dan lansia.
Menariknya, tim juga menemukan bahwa nilai-nilai spiritual yang kuat menjadi salah satu faktor penting dalam membantu penyintas melewati masa sulit dan mempercepat proses pemulihan.
“Keyakinan dan nilai spiritual yang dianut warga terbukti memberi kekuatan batin, membantu mereka menerima keadaan dan bangkit kembali,” ungkap Meri Susanti.

Selain intervensi individual, FK UISU juga menjalankan program community resilience dengan terlibat langsung membantu warga membersihkan rumah dan fasilitas pendidikan yang terdampak bencana. Kegiatan ini dilakukan di sejumlah lokasi, seperti rumah warga di Desa Lopian dan SD Negeri 158498 Aek Tolang, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah.
Namun, keterbatasan akses akibat banjir bandang membuat tidak semua wilayah dapat dijangkau. “Beberapa desa di Kecamatan Badiri masih sulit diakses karena kondisi jalan yang rusak,” jelas Meri Susanti.

Dalam kesempatan yang sama, Ira Aini Dania menekankan pentingnya monitoring dan pengobatan berkelanjutan, khususnya bagi warga yang sebelumnya telah memiliki gangguan kesehatan mental yang kemudian diperparah oleh bencana.
Ia juga menyoroti kebutuhan mendesak pembentukan posko bantuan tambahan di Kecamatan Badiri untuk memudahkan distribusi sembako, pakaian, dan makanan siap saji. Saat ini, bantuan masih terpusat di Desa Lopian, sementara sebagian warga terdampak kesulitan mengakses posko yang berada jauh di dalam wilayah desa.

“Secara umum, penanganan fase tanggap darurat telah berjalan dan terkoordinasi dengan baik. Namun, kasus psikologis dan kesehatan mental membutuhkan perhatian jangka panjang melalui monitoring dan evaluasi berkelanjutan,” tutup Meri Susanti. (Reza)