Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad. (ist)
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad. (ist)

JAKARTA, kaldera.id – Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, menyalahkan penggantinya, Tan Sri Muhyiddin Yassin, dan Presiden Partai Keadilan Rakyat, Anwar Ibrahim, terkait gejolak politik di negara itu yang membuat koalisi Pakatan Harapan yang tengah berkuasa menjadi berantakan.

Dalam rapat Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) yang dipimpinnya pada akhir pekan lalu, Mahathir mengatakan krisis politik terjadi ketika Muhyiddin mencoba mengimbangi hasrat Anwar yang ingin menjadi perdana menteri.

Menurut Mahathir, krisis tersebut terjadi setelah Muhyiddin memutuskan Bersatu keluar dari Pakatan Harapan dua pekan lalu.

“Di hari saat kami menghadiri rapat Dewan Pimpinan Pakatan, saya menerima informasi dari sekretaris politik bahwa Anwar meminta supaya saya menunjuknya sebagai wakil perdana menteri,” katanya, seperti dilansir AsiaOne, Selasa (3/3/2020).

“Tentu kami marah. Namun, hal itu tidak terjadi, karena seluruh pemimpin Pakatan masih mendukung saya. Muhyiddin ingin mencari-cari alasan supaya terjadi krisis, tetapi dia tidak bisa mendapatkannya dari Anwar,” ujar Mahathir.

“Ketika dia (Muhyiddin) memutuskan Bersatu keluar dari Pakatan, saat itulah krisis sebenarnya terjadi,” sambung Mahathir.

Setelah kejadian tersebut, Anwar mendesak untuk kembali menunjuk Mahathir sebagai perdana menteri. Saat itu Mahathir kalah karena hanya mendapatkan 60 suara, sedangkan Anwar 92 suara.

“Karena Anwar meminta Pakatan mencalonkannya. Jika Pakatan memilih saya, maka saya bisa meraih dukungan mayoritas. Dia (Anwar) sangat menginginkan menjadi perdana menteri, meskipun dia tahu sangat sulit meraih suara mayoritas,” kata Mahathir.

Mahathir menyatakan Anwar sangat terobsesi menjadi perdana menteri. Namun, menurut dia saat ini dia mendapat lebih banyak dukungan.

“Di masa lalu dia (Anwar) memang banyak didukung,” ujar Mahathir.

Secara terpisah, Anwar menyatakan partainya masih solid setelah gejolak politik tersebut.

“Partai kami masih kompak. Tentu mereka kecewa karena ada kesepakatan di belakang yang dilakukan sejumlah pemimpin partai. Mereka merasa dikhianati,” ujar Anwar. (ayp/ayp/cnn/finta rahyuni)