Oleh: Alimin Ginting
Penyebaran virus corona sudah menjadi pandemic tersebar secara global. Bencana virus ini sudah menyentuh dan merusak sendi-sendi perekonomian. Termasuk aktivitas di sektor Parawisata dan Geopark yang selalu berasosiasi dengan aktivitas pariwisata.
Oleh karena itu saya tergugah memberi masukan dan gagasan dalam mengatasi bencana virus corona. Namun, saya harus menegaskan bahwa yang saya tuliskan ini lebih dititikberatkan pada manajemen pandemic virus di Indonesia, bukan mengatasinya dari sisi medisnya.
Di sini kita bicara dari sisi manajemen penyebab dasar penyebaran virus corona, penanganan sisi hulu bukan hilirnya. Serta terbatas pada manajemennya bukan teknis dan medisnya.
Penyebaran Corona Virus Disease-2019 yang (Covid-19) sangat cepat. Sehingga menimbulkan kepanikan ditengah tengah masyarakat. Saat ini perlu diatasi bersama, paling tidak melalui sebuah sumbangan pemikiran dan gagasan.
“Gerakan Nasional Zero Droplet” ini merupakan pemikiran tentang salah satu cara menghentikan penyebaran dan penularan virus corona. Dilandaskan pendapat para ahli virus corona dan gerakan ini juga mempertajam aksi, aplikasi kebijakan dan regulasi yang telah dibuat oleh Pemerintah.
Fokus perhatian Gerakan Nasional Zero Droplet ini yang disingkat dengan GNZD, dititik beratkan pada pengelolaan sumber dan media penyebaran Covid-19 yaitu mengelola droplet serta manusia sebagai sumbernya dengan tujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Jadi yang dikelola disini adalah sisi hulu sebagai sumber dan penyebab dasar atau root cause penyebaran Covid-19 tersebut. Dalam Gerakan ini mungkin cara – cara penanganan virus corona di Indonesia akan berbeda dengan yang dilakukan oleh Negara lain.
Karena Indonesia berbeda kondisi iklim, politik, ekonomi, geografis, sosial – budaya dan karakter masyarakatnya dengan negara mereka. Di Indonesia kita coba virusnya yang kita lockdown, kalau di negara lain manusianya yang di lockdown.
Bila kita perhatikan penyebaran virus ini, dalam waktu singkat, sebagian besar wilayah di Indonesia sudah terkena sebaran virus corona yang dikenal dengan Covid-19. Bahkan, penyebaran dan penularannya relative cukup cepat.
Apabila tidak terkendali, maka akan terjadi kritis dikemudian hari, ketika yang terinfeksi jumlahnya cukup besar. Tidak tertampung, dan tidak tertangani oleh fasilitas kesehatan kita yang tersedia di Indonesia.
Apa Beda Pembatasan Sosial Berskala Besar dengan GNZD?
Dengan kebijakan “Social Distance dan Pembatasan Sosial Bersekala Besar pergerakan manusianya yang dibatasi. Sementara GNZD, gerakan virus dibatasi dengan mengelola dropletnya menjadi “Nol-Zero”. Sehingga manusianya dapat bergerak relative bebas.
Dengan kata lain pada virusnya yang di lockdown atau gerakanya dibatasi, bukan manusianya. Sistem aksi GNZD kita sesuaikan dengan kondisi keterbatasan kekuatan medis, finasial dan ekonomi masyarakatnya.
Kita yakin kecerdasan kita cukup untuk menangani Covid-19 ini dengan baik sesuai dengan situasi dan kondisi kita, termasuk lokasi geografis yang memiliki banyak sinar matahari.
Pengelolaan orang yang berpotensi mengeluarkan droplet dan pengelolaan droplet sangat penting untuk pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19.
Pelaksaannya dilakukan di level Desa/Kelurahan, karena pada level tersebut manajemen pelaksaannya dianggap lebih mudah, sederhana, efektif dan efisien. Juga biaya yang dikeluarkan mungkin jauh lebih murah.
Alur pikir kegiatan ini adalah droplet tidak ada terpercik ke permukaan tubuh, benda sekitar manusia, udara baik dalam bentuk butiran kasar- macro maupun micro. Penyebaran melalui feses, tidak jadi perhatian dan tidak dibahas dalam gagasan GNZD ini.
Target gerakan zero droplet ini seperti disebut diatas agar tidak ada setetespun droplet yang terjatuh di muka bumi Indonesia, virusnya di “lockdown” bukan manusianya.
Para ahli mengatakan media utama penyebaran dan penularan virus corona adalah droplet yang keluar melalui mulut dan hidung manusia, baik dalam berukuran butiran kasar (ukuran makro) maupun dalam ukuran sangat halus (ukuran mikro) yang tidak terlihat oleh mata dan dapat tersuspensi di udara dalam bentuk aerosol.
Droplet dari orang kurang sehat baik yang menunjukan gejala Covid-19 maupun tidak serta droplet orang yang terinfeksi, tidak menunjukan gejala, harus ditampung di kantong yang dan dikelola dengan baik.
Laksanakan Sensus dan Absensi Kesehatan
Untuk melaksanakan gerakan pencegahan droplet tidak jatuh ke permukaan tubuh, benda, termasuk terdispersi dan tersuspensi di udara sebagai aerosol, maka kita perlu identifikasi dan inventarisasi terlebih dahulu warga yang berpotensi mengeluarkan droplet.
Oleh karena itu perlu dilakukan sensus dan absensi kesehatan secara nasional dan serentak dilevel desa dan kelurahan. Agar ditengah tengah masyarakat dapat diketahui warga yang berpotensi mengeluarkan droplet melalui mulut dan hidung.
Warga yang berpontensi mengeluarkan droplet ,warga yang kurang sehat, dengan gejala yang telah diuraikan oleh para ahli virus , akan jadi perhatian utama dan diperlakukan khusus dalam rangka menangani zero droplet.
Orang kurang sehat dengan gejala seperti diuraikan oleh para ahli virus, menjadi target utama dalam sensus ini untuk didata. Karena droplet yang keluar dari tubuh mereka yang dinyatakan kurang sehat berpontensi mengandung Covid-19.
Intinya, siapapun dalam katagori orang kurang sehat dengan gejala Covid-19 ketika mengeluarkan droplet melalui mulut dan hidung tidak boleh dibuang sembarangan.
Kegiatan sensus ini, selanjutnya ditindak lanjuti dengan kegiatan absensi kesehatan. Kegiatan absensi kesehatan ini tujuannya untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan orang kurang sehat di Desa dan Kelurahan per-hari serta memantau kesehatan masyarakat.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan pemantauan secara visual tentang fisik dan kondisi seseorang. Pemeriksaan kesehatan dengan cara memakai alat-alat kedokteran, pengambilan sampel, termasuk temperatur tubuh dan darah analisa laboratorium.
Tujuan utama sensus untuk indentifikasi dan inventarisasi orang yang berpotensi mengeluarkan droplet sebagai media penyebaran dan penularan virus corona. Kualitas sensusnya hanya sebatas indentifikasi dan inventarisasi tanpa pendalaman medis.
Setelah tuntas dengan kegiatan sensus ditindak lanjuti dengan aktifitas absensi kesehatan memfilter dan memilah warga yang sehat dan kurang sehat setiap hari. Hal ini agar dapat mengambil tindakan sedini mungkin terkait dengan penanganan droplet dan bencana virus corona.
Terjadi penambahan atau pengurangan akan terlihat dari aktifitas absensi kesehatan ini. Absensi kesehatan scopenya lebih luas dan perlu pendataan yang lebih rapi. Kegiatan ini bisa saja dilakukan pengurus desa/kelurahan.
Atau membentuk Relawan Desa/Kelurahan, yang orangnya terdiri dari orang orang Desa/Kelurahan itu sendiri agar tidak berbiaya tinggi atau dilakukan sendiri oleh Pengurus Desa/Kelurahan.
Baik kegiatan sensus maupun kegiatan absensi hendaknya dapat dibiayai dengan Dana Desa dan dapat dibantu dibantu juga oleh Pemko atau Pemkab setempat.
Absensi kesehatan ini dapat diberlakukan juga untuk seluruh instasi pemerintah dan swasta, baik di pusat maupun di daerah , termasuk TNI-Polri seperti batalyon dan juga seluruh Lapas/Penjara padat penghuni.
Langkah Yang Akan Diambil
Setelah selesai sensus kesehatan dan dilanjutkan dengan absensi kesehatan tersebut adalah seperti berikut :
Pertama:
Warga yang sudah terdata kurang sehat melalui sensus diberikan sosialisasi terlebih dahulu. Bahan sosialisasi yang diberikan adalah tentang virus corona sesuai dengan keterangan para ahli diatas. Jadi masyarakat paham tentang kaitan droplet dengan penyebaran virus corona dan kenapa droplet tidak boleh sama sekali dibuang sembarangan ketika keluar dari mulut dan hidung manusia.
Demikian juga tentang perlunya dan pentingnya isolasi diri,physical distance, berjemur,jaga kesehatan dan lain lain yang perlu dilakukan terait COVID-19. Dalam hal ini, semua kegiatan tujuan utamanya hanya untuk menangani droplet agar tidak ada droplet yang dibuang baik ke udara dan maupun jatuh kepermukaan tanah dan permukaan benda lainnya atas dasar kesadaran masyarakat.
Kedua:
Sesuai dengan keterangan para ahli droplet dapat diklasifikasi menjadi dua tipe yaitu yang berukuran butiran kasar/besar yang terlihat dengan mata, kita disebut saja macro-droplet dan droplet yang berukuran butiran halus sampai sangat halus untuk ukuran microscopic. Yang tidak terlihat dengan mata ,kita sebut saja micro-droplet dapat juga terdispersi dan tersuspensi di udara dalam bentuk aerosol.
Kedua tipe droplet ini, baik macro – droplet maupun micro – droplet perlu dikelola dengan baik agar tidak terjatuh disembarangan tempat dan permukaan benda – benda sekitar ruang lingkup manusia beraktifitas.
Jarak dan arah tersebarnya droplet dalam bentuk aerosl tersuspensi di udara ini tentu tergantung tekanan dan arah angin. Virus dapat dibawa angin kemana – mana selama 3 jam, dan bisa sampai ke tempat yang jauh tertiup sesuai dengan arah angin selama 3 jam, kalau kita ikuti kata ahli yang mengatakan bahwa virus corona dapat hidup selama 3 jam.
Sehingga perlu dijaga, agar droplet tidak ada yang terlepas dari mulut, hidung dan tidak ada jatuh dimanapun, termasuk terlepas ke udara untuk mencegah penyebaran virusnya. Penanganan microdroplet lebih sulit karena kadang kala percikan micro-droplet tidak keluar berasosiasi dengan macro droplet seperti ketika orang sedang muntah, berdahak, batuk atau bersin.
Kesulitan yang lebih rumit lagi untuk mengatasi microdroplet adalah yang berasal dari orang tanpa gejala. Bagi orang kurang sehat lakukan isolasi diri, pakai masker yang tidak tembus droplet ukuran microskopis, sering cuci tangan, tampung droplet ditempat aman dan dibakar, setia melaksanakan social dan physical distance. Untuk menghindari droplet dari orang tanpa gejala perlu cara-cara lain.
Penutup
Zero droplet dapat memutus mata rantai penyebaran dan penularan Covid-19 secara total dan nasional, karena virusnya di lockdown maka penyebaran dan penularannya juga dapat dibatasi bahkan dihilangkan. Serta mengurangi dan menghilangkan kepanikan dan stres di tengah tengah masyarakat. Selain itu, tindakan pengawasan dan bantuan Pemerintah dapat tepat sasaran dan lebih akurat.
Dengan zero droplet, Pemerintah atau pihak yang bertugas mengurusi dampak Covid-19, tidak sibuk mengurusi orang sehat, tetapi fokus orang yang tidak sehat. Hal ini akan mampu meringankan beban Pemerintah dan gugus tugas. Karena biaya yang dibutuhkan menjadi biaya terjangkau. Orang sehat dapat bekerja sebagaimana biasanya seesuai dengan jam kerja.
Jika hal ini dilakukan, dimata dunia internasional Indonesia serius dan berhasil mengatasi penyebaran virus corona dengan caranya sendiri yang terukur dan terkendali. Selain itu kalau Gerakan Nasional Zero Droplet ini berhasil, maka pergerakan roda ekonomi Indonesia akan lebih terkendali dan tidak terpuruk.
Pemikiran yang saya tuliskan ini bebas untuk dikritisi, dikoreksi, dan dilengkapi oleh orang lain sesuai dengan keahliannya agar lebih tepat metodologi penangan virus corona.
_Penulis adalah Pakar Geopark Kaldera Toba_