Gubernur Pertama Sumatera Utara SM Amin Nasution.
Gubernur Pertama Sumatera Utara, SM Amin Nasution.

MEDAN, kaldera.id – Sutan Mohammad Amin Nasution (22 Februari 1904-16 April 1993) memiliki nama lain Krueng Raba Nasution, lahir di Lhok Nga, Aceh. Ia merupakan Gubernur Pertama Sumatera Utara dan Riau. Tapi, dia juga salah satu tokoh sentral dalam Sumpah Pemuda 1928.

Usulan SM Amin Nasution sebagai Pahlawan Nasional memang sudah lama dilakukan. Pada 2015, akademisi Unimed Dr Phil Ichwan Azhari sudah memaparkan kenapa sosok ini layak menjadi Pahlawan Nasional.

Kala itu, Wakil Ketua DPR Fadli Zon pun mendukungnya. Kala itu juga digelar Pameran “Kiprah Perjuangan MR SM Amin dan Pemuda Sumatera” dibuka Wakil Ketua DPD GKR Hemas, dan berlangsung 25 Oktober 2015 hingga 11 November 2015

SM Amin, Lahir di Aceh Besar

Seorang tokoh bernama Mr Sutan Muhammad Amin alias SM Amin adalah Gubernur Sumatera Utara dan Riau yang pertama. Dilansir sindonews.com, SM Amin yang berlatar belakang pengacara dan penulis juga dikenal sebagai tokoh pergerakan Sumpah Pemuda.

Saat usia muda, ia hidup berjauhan dari orang tuanya. Ia terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya Lhok Nga, sebuah kota kecil yang sejuk di Aceh. Masa muda SM Amin diceritakan oleh Dr phil Ichwan Azhari MS dalam Buku yang berjudul “SM Amin Riwayat Hidup Dan Perjuangannya”.

Pengalaman terpisah dari orang tuanya karena pekerjaan sang ayah sebagai pegawai Belanda di sektor pendidikan membuat SM Amin menjadi pribadi mandiri. Pengalaman pahit ini mulai dialaminya saat memasuki Sekolah Rendah Eropa atau Europeesche Lagere School (ELS).

Pada waktu itu, ELS yang pertama kali didirikan di Batavia, Hindia Belanda pada tahun 1818, hanya ada di beberapa kota besar di pulau Sumatera, satu di antaranya adalah Sabang. Selain Amin merupakan keturunan bangsawan, ia memiliki kompetensi yang memadai untuk diterima menjadi murid di sekolah tersebut.

Amin termasuk salah satu murid yang memenuhi kriteria itu. Ia memulai pendidikannya di ELS Sabang, yang merupakan wilayah paling barat kekuasaan kolonial di Hindia Belanda.

Namun, di sekolah ELS Sabang ini, SM Amin tidak sempat menamatkan pendidikannya karena ia harus pindah lagi. SM Amin melanjutkan sekolahnya dis ejumlah daerah seperti Sibolga, Bukit Tinggi hingga hijrah ke Tanjung Pinang, ibukota dari Keresidenan Riau yang memiliki pesona menarik dengan budaya Melayu-nya. Pengalaman berpindah-pindah dan menuntut ilmu ini membuat SM Amin semakin matang hingga ia dipercaya menjabat gubernur.

SM Amin dan sejumlah pemuda yang menjadi tokoh penting di balik peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 pernah diusulkan jadi Pahlawan Nasional. Alhamdulillah, saat kini pemerintah sudah merestuinya.(f rozi)