MEDAN, kaldera.id- Puluhan wartawan dari berbagai media cetak, online dan elektronik kembali melakukan aksi di depan kantor Walikota Medan, Jalan Kapten Maulana Lubis, Jumat (16/4/2021).
Aksi ini merupakan aksi kedua yang dilakukan oleh wartawan buntut dari pengusiran wartawan saat hendak melakukan konfirmasi pemberitaan.
Pada aksi sebelumnya tidak ada tanggapan dari pihak Pemko atas aspirasi wartawan ini. Sehingga para wartawan kembali mendatangi kantor Walikota itu.
Para wartawan datang membawa sejumlah spanduk yang berisi kecaman pelarangan liputan wartawan. Salahsatunya “Pemerintah yang bersih tidak alergi Jurnalis”.
Ada tiga tuntutan wartawan dalam aksinya. Pertama, meminta agar Bobby Nasution meminta maaf secara resmi kepada wartawan atas insiden yang terjadi.
Kedua, meminta agar Menantu Presiden Joko Widodo itu memberikan pemahaman kepada petugas keamanan. Ketiga, membersihkan lingkaran Bobby Nasution dari provokator.
“Perlakukanlah kami sebagai teman jangan perlakuan kami seperti lawan,” ujar Array, wartawan Tribun Medan saat orasi.
Aksi ini merupakan buntut dari pengusiran petugas keamanan di Pemko Medan kepada wartawan saat hendak melakukan konfirmasi pemberitaan, Rabu (14/4/2021). Mereka disebut dihalangi oleh oknum petugas keamanan saat tengah tengah menunggu Wali Kota Medan Bobby Nasution guna mendapatkan konfirmasi terkait sebuah pemberitaan.
“Di luar aja. Jangan di sini,” kata Satpol PP.
Lantaran diusir, awak media menjelaskan bahwa kedatangan cuma untuk sekadar wawancara saja.
“Kami disuruh Paspampres. Gak etis di sini. Di luar aja,” kata Satpol PP itu.
Mendengar penjelasan itu, Satpol PP tadi pergi. Tak lama berselang, datang petugas kepolisian.
Polisi yang memegang handy talky itu juga mengusir awak media. Alasannya tidak ada seorang pun yang boleh menunggu Wali Kota Medan di depan pintu masuk.
Karena tak ingin ribut, awak media kembali menjelaskan bahwa kehadiran di Balai Kota cuma sekadar ingin wawancara.
“Kan udah dibilang Satpol PP tadi,” kata polisi tersebut.
Tak lama berselang, datang pria berkemeja safari yang katanya petugas Paspampres.
Lelaki itu juga mengusir awak media.
Dia juga memaksa awak media mematikan handphone. Ia mengatakan, tidak boleh satu pun orang yang merekam-rekam di areal Balai Kota.
“Dimatiin dulu lah (handphonenya), dimatiin. Biar sama-sama enak. Saya pun orang intelijen,” sergah laki-laki berbaju safari tersebut.
Sempat terjadi perdebatan di sana. Namun, karena tak ingin memperpanjang wartawan lalu meninggalkan lokasi. (finta rahyuni)