Sejumlah warga berziarah ke makam Pocut Meurah Intan. (blorakab/kaldera)
Sejumlah warga berziarah ke makam Pocut Meurah Intan. (blorakab/kaldera)

MEDAN, kaldera.id – Nama Pocut Meurah Intan, mendadak tinggi dalam pencarian di mesin google. Nama perempuan asal Aceh ini mencuat di ranah digital, setelah makamnya didatangi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, kemarin.

Ganjar menawarkan akan memperbaiki dan membangun makam agar lebih baik. “Kalau diizinkan, kita akan perbaiki. Beliau ini pejuang hebat. Dari keluarga Kesultanan dan melawan Belanda sampai dikejar-kejar dan diasingkan ke sini,” katanya seperti dikutip dari jatengprov.go.id, Kamis (10/11/2021).

Lantas siapakah Pocut Meurah Intan? Pocut Meurah Intan adalah pejuang perempuan dari Aceh. Dia lahir tahun 1833 di Tuha Biheue sebuah kawasan di Desa Padang Tiji, Kabupaten Pidie, Aceh. Dilansir kompas.com, dalam buku Prominent Women in The Glimpse of History, dijelaskan Pocut Merah Intan adalah keturunan bangsawan dari Kesultanan Aceh. Ia dikenal juga dengan nama Pocut Di Biheue yang berarti Pocut dari Biheue.

Bertempur Bersama Anak, Disegani Komandan Belanda

Pengaruh dan karakter Pocut Meurah Intan membuat pemerintah Belanda resah, dan berusaha menghentikan sepak terjangnya. Dikutip dari nationalgeographic.grid.id, disebutkan militer Hindia Belanda melakukan ekspedisi di Aceh, Mayjen T.J di pimpin oleh Veltman bersama 17 tentaranya Ekspedisi mmiliter dilakukan pada di 11 November 1902 dan mereka patroli tempat persembunyian Pocut Meurah Intan di Biheue.

Mengetahui hal tersebut Pocut Meurah Intan beraksi sendirian melawan rombongan patroli itu. Tentu saja, Pocut terluka parah ia dibiarkan tergeletak bersimbah darah. Veltman yang kagum dengan semangat Pocut Di Biheue, melarang sersan yang hendak membunuh Pocut yang dalam keadaan tak berdaya. Ia pun ditinggalkan dalam keadaan bersimbah darah.

Perempuan perkasa tersebut masih selamat karena berhasil menyelamatkan diri walaupun mengalami banyak luka di kepala serta bahu. Otot tumitnya juga putus sehingga ia harus diamputasi saat dirawat dalam tahanan kolonial Veltman yang kagum dengan Pocut kemudian membawa dokter ke kediaman Pocut untuk merawat luka.

Meski begitu ia menolak bantuan tersebut walaupun terus dibujuk oleh Veltman. Akhirnya ia bersedia dirawat asalkan oleh tentara Belanda yang dari pribumi. Kabar tentang Pocut diterima oleh Scheuer komandan militer Belanda. Ia pun menemui Pocut Di Biheue untuk menyampaikan rasa hormatnya.

Dibuang ke Blora

Dari Wikipedia.com, pada 1905, Pocut Di Biheue ditangkap di Kutaraja yang saat ini bernama Banda Aceh. Ia bersama dua anaknya yakni Tuanku Nurdin dan Tuanku Budiman, dan saudaranya tuanku Ibrahim akhirnya diasingkan ke Blora, Jawa Tengah.

Pengasingan ini atas Suat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 6 Mei 1905 No.24, yang membuat perjuangan Pocut dan keluarganya usai. Sementara satu anak Pocut, Tuanku Muhammad dibuang ke Tondano Sulawesi Utara pada 1900. Selama 30 tahun di pengasingan di Blora, kesehatan Pocut Meurah Intan semakin menurun dan ia meninggal dunia pada 20 September 1937, sesuai yang tertulis dinisan makamnya.

Mengetahui sepak terjang perempuan Aceh ini, Ganjar pun mengaku akan memperjuangkan Pocut Meurah Intan, sebagai Pahlawan Nasional, karena diminta keluarga dan sejumlah warga Aceh yang ada di Jawa Tengah. “Tentu akan kami bantu karena itu bentuk penghormatan kita. Darimanapun berada, inilah Indonesia. Segera kami ajukan (sebagai Pahlawan Nasional,” katanya seperti dilansir tempo.co.(efri surbakti)