Menteri Perdagangan, Muhammad Luthfi menegaskan, ketersediaan minyak goreng (migor) di wilayah Sumatera Utara saat ini cukup. Bahkan, bisa dikatakan melimpah.
Menteri Perdagangan, Muhammad Luthfi menegaskan, ketersediaan minyak goreng (migor) di wilayah Sumatera Utara saat ini cukup. Bahkan, bisa dikatakan melimpah.

MEDAN, kaldera.id – Menteri Perdagangan, Muhammad Luthfi menegaskan, ketersediaan minyak goreng (migor) di wilayah Sumatera Utara saat ini cukup. Bahkan, bisa dikatakan melimpah.

Namun, dirinya merasa aneh karena ketersediaan migor malah langka di pasaran. Hal ini disampaikan Luthfi ketika meninjau Pusat Pasar Meesn bersama Gubsu, Edy Rahmayadi, Sabtu (26/2/2022).

Dia mengungkapkan, baru dalam 2 hingga 3 hari belakangan ini stok minyak mulai penuh. Padahal, semestinya sudah harus terjadi dari minggu yang lalu.
“Jadi pak gubernur ini sepertinya ada permasalahan di distribusi minyak di Sumut,” ungkapnya.

Menurut hitungan pihaknya, stok minyak di Sumut surplus. Cadangan migor bahkan lebih untuk 15 hari ke depan. “Artinya barangnya banyak sekali, lebih banyak dari seluruh barang di wilayah Indonesia, tetapi belum turun ke bawah,” jelas Luthfi.

Dia menambahkan, setiap produsen yang mengekspor minyak dari Sumut, 20%-nya harus dijual di pasar lokal dengan harga Rp 9.300 per kg, termasuk PPN, CPO, dan Rp 10.300 termasuk PPN.

“Ini yang mesti ditaati oleh semuanya supaya bisa jalan. Ini yang saya katakan lagi, bahwa saya jamin Pak Gubernur, ketersediaan minyak goreng di Sumut bukan hanyak cukup, tapi juga melimpah,” tegasnya.

Ia meminta kerja sama kepada gubernur untuk memastikan distribusi migor di Sumut berjalan baik dan jelas. Tujuannya agar harga sesuai dengan ketentuan pemerintah.

Mendag Luthfi bahkan menegaskan agar para pihak yang tidak ikut aturan ditindak tegas. “Dan kalau sampai ada terjadi macam-macam Pak Gubernur saya minta tolong untuk segera ditindak secara tegas menurut hukum,” tegasnya.

Sementara itu, Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi mengatakan, seharusnya Sumut surplus migor. “Kita punya 230.000 ton per tahun. Yang kita pakai itu sebenarnya hanya 180.000 ton. Hitungan itu di 33 kabupaten/kota, harusnya dia lebih 50 ribu ton per tahun,” kata Edy.

Ia mengatakan, pukul 05.00 WIB turun memonitor migor di pasar. “Begitu semua turun minyak ke pasar-pasar ini, jadi alhamdulillah bisa bisa kita mengurai ini. Sehingga rakyat bisa kembali merasakan merdekanya minyak goreng yang di tempat kita ini,” ujarnya.(yogo)