Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan (FE Unimed) Prof. Indra Maipita menjadi pembicara di hadapan peserta kongres IV APE-LPTK dan seminar nasional di Hotel Patra Jasa Semarang, Kamis (7/09/2023)
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan (FE Unimed) Prof. Indra Maipita menjadi pembicara di hadapan peserta kongres IV APE-LPTK dan seminar nasional di Hotel Patra Jasa Semarang, Kamis (7/09/2023)

 

SEMARANG, kaldera.id –  Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan (FE Unimed) Prof. Indra Maipita menjadi pembicara di hadapan peserta kongres IV APE-LPTK dan seminar nasional di Hotel Patra Jasa Semarang, Kamis (7/09/2023).

Univesitas Negeri Semarang (Unnes) yang menjadi host kongres keempat ini mengusung thema revitalisasi dan penguatan LPTK menuju kecemerlangan pendidikan Indonesia di era global. Selain Prof. Indra Maipita, seminar juga diisi dua pembicara utama lain. Yaitu Direktur Kelembagaan Kemendikbudristek Dr Lukman yeng memaparkan tantangan perguruan tinggi di era global.

Kemudian Dewan Eksekutif Lamemba Prof. Edi R Rasyid membahas penyetaraan akreditasi internasional dan peraturan Lamemba terkini. Sedangkan Prof. Indra Maipita membahas program studi bisnis digital, peluang, pengembangan dan best practice.

Kongres ini sendiri dihadiri pengurus APE-LPTK, para rektor, dekan serta Kaprodi dari perguruan tinggi yang tergabung dalam asosiasi tersebut. APE-LPTK ini merupakan wadah yang menaungi fakultas ekonomi dari 12 perguruan tinggi negeri di Indonesia yang dulu bernama Institut Keguruan dan Ilmu Kependidikan (Ikip).

Selain Unnes, beberapa perguruan tinggi tersebut yakni Universitas Negeri Medan, Universitas Negeri Padang, Universitas Negeri Jakarta. Kemudian Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, dan universitas lainnya.

Prof Indra Maipita yang juga sekretaris APE-LPTK memaparkan prospek dan best practice bisnis digital di perguruan tinggi. Menurutnya, perkembangan dunia telah menuntut perguruan tinggi mengikuti trend.

Jika diperhatikan aktivitas dan trend serta pergerakan manusia sudah memanfaatkan platform digital, kata dia. Prof Indra Maipita mempredisi ke depan pembentukan PDB dari masing-masing negara akan ditopang oleh sektor digital.

“Belum lagi technopreneur terus berkembang dimotori generasi digital yang selalu terhubung dengan ponsel,” katanya. “Jadi jika PDB pun terus meningkat dari ekonomi digital tentu kebutuhan tenaga kerja yang memahami dinamika ekonomi digital menjadi sangat penting,” jelas Prof. Indra Maipita.

Dia menyarankan pengembangan program studi bisnis digital menjadi agenda yang perlu diperhatikan. Dia mengungkap saat ini ada 114 perguruan tinggi sedang mengajukan pembukaan prodi bisnis digital. “Tapi perlu diperhatikan hanya 6 PTN yang mengajukan dan sisanya adalah PTS,” kata dia.

Prof. Indra Maipita juga mengungkapkan saat ini sudah ada akreditas prodi bisnis digital yang statusnya baik sekali. “Dan itu adanya di PTS. Untuk menjawab perkembangan global seharusnya prodi bisnis digital ini rujukannya ada di LPTK,” kata dia.

Artinya, kata dia, seluruh perguruan tinggi harusnya melihat dan merujuk pada LPTK jika bicara prodi bisnis digital. “Ini peluang kita ke depan. Karena perguruan tinggi swasta pun sudah banyak yang mengajukan,” tambahnya.

Dekan FE Unimed ini bercerita ketika prodi bisnis digital dibuka sambutannya luar biasa. “Bahkan sekarang sudah diminati lebih 1.000 calon mahasiswa namun yang diterima sedikit,” tuturnya.

Itu sebabnya, dia melihat pengembangan prodi bisnis digital ini harusnya milik LPTK. “Bahkan kita terfikir untuk membuka jurusan bisnis yang diisi oleh prodi pendidikan bisnis, bisnis digital dan kewirausahaan,” ungkapnya.

Prof. Indra Maipita juga menyarankan selain bisnis digital ada satu lagi yang bisa digagas yaitu prodi perdagangan internasional. “Ini perlu dipertimbangkan agar kelak mahasiswa kita yang ingin bekerja di sektor ekspor dan impor bisa siap,” jelasnya.

“Tugas kita di perguruan tinggi kian berat. Karena harus bisa membawa generasi yang unik ini kelak mampu surviive di tengah masa depan yang tidak bisa diprediksi,” katanya.

“KIta harus berubah, dosen harus berubah, pola fikir harus berubah, itu modal perguruan tinggi bisa menyiapkan generasi masa depan,” tuturnya. Di akhir sesi paparan Prof Indra Maipita yang dimoderatori oleh Dr Hadi Sumarsono mendapat berbagai tanggapan dari para peserta.

Selain menjadi pembicara, Prof. Indra Maipita juga menggagas kerjasama dengan fakultas ekonomi perguruan tinggi lain di kongres tersebut.