Pautus Zebua
TAPANULI TENGAH, kaldera.id – Pautus Zebua (53) masih terdiam di sudut lokasi pengungsian. Tatapannya kosong, seolah masih mengingat kejadian banjir bandang dan longsor yang menerjang Lorong 4, Kelurahan Hutanabolon, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah tempat tinggalnya sekitar sebulan lalu.
Bahkan, Pautus hanya mengenakan kaos dan celana pendek serta sandal saat merayakan Natal bersama keluarganya tahun ini di Lorong 5, Kelurahan Tukka, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai lokasi pengusian yang didirikan BPBD Kabupaten Tapanuli Tengah.
Ia dan keluarnya baru dua hari menempati tenda ukuran sedang bersama anak dan istrinya. Sebelumnya, Pautus tinggal di atas bukit dengan tempat tidur seadanya.
“Baru dua hari kami tinggal disini. Sebelumnya tinggal di atas bukit dengan alakadarnya. Disini masih ramai orang mengungsi,” ungkapnya membuka percakapan dengan kaldera.id.
Di lokasi pengusian sendiri ia bersama keluarga lainnya tinggal dalam satu tenda. Kebanyakan warga yang menetap di lokasi pengusian adalah warga Kelurahan Hutanabolon.
“Di Hutanabolon, 99% warganya kehilangan rumah. Jangankan atap, bangunannya sudah tertimbun,” ucapnya dengan bergetar.
Ia pun menceritakan bagaimana dirinya bersama keluarga menyelamatkan diri saat kejadian banjir bandang sebulan lalu. Dimana, ia dan keluarganya langsung naik ke atas bukit begitu air, kayu dan lumpur menjadi satu menghantam pemukiman mereka.
“Tak ada yang bisa diselamatkan. Hanya baju di badan. Mulai dari gelondongan kayu, lumpur dan air menerjang rumah kami. Semua sudah panik. Dalam hitungan menit semua lenyap. Syukurnya kami selamat,” tambahnya.
Kini, Pautus hanya berharap satu hal: bisa kembali memiliki tempat tinggal yang layak dan aman untuk memulai hidup dari awal. Meski duka masih menyelimuti, ia berusaha bertahan, menggenggam harapan di tengah keterbatasan.
“Kalau ada rumah lagi, itu sudah lebih dari cukup bagi kami,” ucapnya pelan. (Reza)