MEDAN, kaldera.id – Tradisi minum kopi (ngopi) menjadi khas masyarakat Indonesia yang sudah ada sejak dahulu. Bahkan kini ngopi sudah naik kelas, karena sudah bagian dari lifestyle masyarakat. Dari muda sampai tua. Tak heran jika di setiap sudut kota Medan bermunculan tempat ngopi baru.
Semua menawarkan konsep berbeda. Tujuannya tentu menarik minat penikmat kopi. Ada yang vintage, semi modern bahkan level kafe modern pun berbaur menggaet pelanggan baru. Kafe dan warung kopi dimodifikasi sedemikian rupa berlomba-lomba menunggu pelanggan. Milenial menyebutnya agar lebih instagramable.
Sama halnya dengan Andiono, salah satu owner Kedekopi yang punya konsep unik. Kafe atau warung kopinya dimodifikasi di atas mobil. Lalu parkir di pinggir Jalan DI Panjaitan No. 40 Medan. Konsep kedai yang diusungnya adalah menggunakan mobil sebagai dapur pembuatan kopi.
Inspirasi Kedekopi mobil ini didapatnya ketika sedang liburan bersama keluarganya ke Takengon, Aceh yang menjadi salah satu penghasil kopi di Indonesia. “Awalnya kami jalan- jalan sekeluarga ke Takengon. Di sana kami lihat banyak kedai kopi pakai mobil. Dulu di Medan kedai kopi mobil ini masih jarang kalau tak salah cuma satu. Dari situlah muncul ide membuat Kedekopi mobil ini,” kata Andiono di mobil Kedekopinya, Sabtu (14/12/2019).
Kedekopi yang selalu parkir di samping Masjid Aljihad Kelurahan Babura, Medan Baru ini berdiri sejak tahun 1439 H atau 2018 dan sampai saat ini sudah mempekerjakan 2 karyawan. Selain menetap, Kedekopi juga sering mangkal di acara-acara besar yang diadakan di kota Medan. Saat ini Kedekopi juga sudah bekerja sama denga PLN, Bank Sumut danTelkom, katanya.
Kalau soal produk, dia mengatakan menawarkan pelanggan mulai dari kopi hitam seperti long black, sanger, cappucino hingga piccolo. “Harganya variatif. Rata-rata Rp10.000 hingga Rp18.000 per cup. Memang tempat mangkalnya tidak terlalu luas karena kita lebih pada konsep take away,” jelasnya.
Menurut dia, Kedekopi mobil yang masih jarang di Medan ini, membuatnya banyak didatangi penikmat mulai anak muda sampai orang tua. Kedekopi ini, kata Andiono, bisa menjual kurang lebih 100 porsi kopi setiap harinya. Buka mulai pukul 07.30 pagi sampai 18.30 kecuali hari Minggu.
Andiono yang menjalankan usaha itu mengaku konsep kedainya cukup unik karena membuat konsep muamalah dimana interaksi yang dilakukan bukan hanya untuk manusia tapi juga untuk Yang Maha Esa. Salah satunya dengan menutup kedai setiap masuk waktu sholat. Di bagian dalam Kedekopi juga dipasang kata-kata Islami yang menambah nuansa religius didalamnya.
“Konsep kita berjualan bukan hanya untuk mencari keuntungan tapi juga keberkahan sebagai bentuk ketaatan kita sama Allah. Jadi kalau sudah masuk waktu sholat kedai kami tutup. Karena yang ngasih rezeki ke kita itu Allah, jadi ketika Allah manggil kita juga harus datang. Jadi kami pun tak hitung-hitung berapa cup terjual setiap hari. Karena rezeki itu datangnya dari Allah. Berapa dikasi kita terima. Karena itulah rezeki kita,” tambahnya.
Salah satu pelanggan yang diwawancarai oleh tim Kaldera.id juga turut mengiyakan keunikan konsep Kedekopi ini. Razali salah satu pelanggan yang sering berkunjung ke Kedekopi. “Saya sering minum kopi di sini disamping tempatnya yang strategis, dekat dengan mesjid, dan harganya masih terjangkau. Tapi rasanya mantap,” kata penikmat kopi yang tinggal di Medan Johor itu.
“Coba bayangkan ya. Berapa banyak ada café, warung dan kedai kopi dari Johor sampai di Jl. Abdullah Lubis ini. Tapi saya malah datang ngopi ke sini. Berarti kan cita rasanya sudah beda,” kata dia.
Memang dari beberapa pelanggan yang duduk di Kedekopi kemarin, beberapa mengaku datang dari jauh. Ada yang dari kawasan Medan Denai, Medan Selayang tapi singgahnya di Kedekopi. Bagi Andiono itu adalah salah satu bentuk pengakuan dan kesyukuran atas kepercayaan pelanggan.(finta rahyuni)