Suasana luar Tamoe Coffee and Resto di Jalan Kartini Medan. Gerai kopi ini menawarkan konsep industri minimalis dan outdoor untuk pasar anak-anak muda. (kaldera/zulfithri)
Suasana luar Tamoe Coffee and Resto di Jalan Kartini Medan. Gerai kopi ini menawarkan konsep industri minimalis dan outdoor untuk pasar anak-anak muda. (kaldera/zulfithri)

MEDAN, kaldera.id – Kopi yang dulu menjadi minuman favorit sebagian orang, kini menjadi tren minuman bagi banyak orang, termasuk kaum muda. Tak heran berbagai gerai kopi dengan beragam konsep bermunculan di setiap kawasan di Kota Medan. Tamoe Coffee and Resto salah satunya.

Jika ingin bertahan, para pengusaha dipaksa tidak sekadar menjual rasa, tapi suasana. Mengingat ketatnya persaingan bisnis ini. Sehingga seruputan kopi terasa lebih nikmat di lidah. Kopi enak harus dipadukan dengan suasana nyaman.

Inilah yang ingin ditampilkan Tamoe Coffee and Resto, salah satu gerai kopi yang terletak di Jalan RA Kartini Medan. Tidak hanya mengandalkan rasa kopi semata, kenyamanan dan ketenangan bagi pengunjungnya tetap menjadi tujuan utama.

“Dengan begitu, pengunjung bisa lebih nyaman bersama dengan teman kerja, teman sepermainan, klien, keluarga, maupun orang terdekat jika datang ke sini,” kata Dhaifina Dwihasri selaku pemilik Tamoe Coffee and Resto, kepada kaldera.id akhir pekan lalu.

Dhaifina mengatakan, pihaknya mengusung konsep industrial minimalis dan outdoor. Konsep ini sengaja di kedepankan karena target pasarnya adalah kalangan anak muda. “Target pasar saya adalah anak-anak muda. Makanya, tempat duduknya lebih banyak di luar (outdoor),” ungkapnya.

Lokasi gerai ini juga dinilai sangat strategis. Berada di pusat kota. Sehingga memudahkan para kaum muda bertemu untuk satu keperluan. Apa yang menjadi target tercapai. Pendapatan cukup stabil. “Alhamdulillah sejak bulan pertama kami sudah untung. Tidak ada nombok sama sekali. Sudah empat bulan jalan, pendapatan masih stabil,” jelasnya.

Sedia Lontong Pecal, Beli Kopi dari Petani

Dhaifina Dwihasri, owner Tamoe Coffee and Resto (kaldera/zulfithri)
Dhaifina Dwihasri, owner Tamoe Coffee and Resto (kaldera/zulfithri)

Kelebihan gerai ini, menyajikan berbagai makanan dan minuman. Sehingga para pengunjung memiliki banyak pilihan. Mulai dari esspresso, latte, cappucino, affogato, es kopi susu Tamoe, dan lainnya. Begitu juga untuk makanan. Berbagai hidangan disediakan menemani secangkir kopi. Mulai gorengan, mie rebus, lontong pecal, dan lainnya.
Masalah harga tidak perlu khawatir. Meskipun di kawasan inti kota, tidak terlalu mahal. Sesuai dengan isi kantong anak muda.

Untuk minuman dari Rp15.000 sampai Rp30.000. Begitu juga untuk makanan. Sesuai dengan pesanan. Dhaifina mengaku, kopi yang dia sajikan didatangkan langsung dari Takengon, Aceh Tengah dan juga Kerinci, Jambi. Dhaifina membeli langsung kepada petani kopi. Dengan begitu harga lebih murah.

“Minuman favorit di sini es kopi susu Tamoe. Satu harinya bisa terjual 40 sampai 50 gelas. Di dua bulan terakhir tembus 1.000 gelas terjual. Kalau makanan, paling favorit, lontong pecal,” ungkap perempuan yang awal membuka usaha ini karena iseng mengajak sepupunya.

Tamoe Coffee and Resto sendiri buka setiap hari mulai pukul 11.00 WIB hingga pukul 10.00 malam untuk Minggu sampai Kamis. Sedangkan Jumat dan Sabtu sampai pukul 11.00 malam. Ke depannya dia berharap bisa mengembangkan usahanya membuka gerai kopi kecil seperti yang ada di mal atau di pinggir jalan.(m zulfithri/pkl/ars)