Site icon Kaldera.id

Korona Bikin Harga Emas Melaju Tanpa Rem

Korona Bikin Harga Emas Melaju Tanpa Rem. Ilustrasi. (ANTARA FOTO)

Korona Bikin Harga Emas Melaju Tanpa Rem. Ilustrasi. (ANTARA FOTO)

JAKARTA, kaldera.id- Harga emas terus mengukit rekor harga tertinggi baru. Tren bullish emas masih belum berhenti sejalan dengan potensi perlambatan ekonomi global.

Harga emas kontrak pengiriman April 2020 berada di US$ 1.644,40 per ons troi, angka ini naik 1,47% dari posisi hari sebelumnya. Harga emas di bursa Nymex tersebut telah meningkat 7,52% sepanjang tahun ini.

Ini adalah level tertinggi dalam tujuh tahun. Para analis percaya, penyebaran virus korona (coronavirus) membuat daya tarik safe haven kembali meningkat. Selama sepekan harga emas telah naik 3%.

Ini merupakan kenaikan harga emas terbesar sejak awal Agustus 2019.
“Risiko dan prospek safe haven memang mendukung kenaikan emas. Pasar saham turun, sementara keuntungan obligasi pemerintah mengecil,” kata analis Quantitative Commodity Research Peter Fertig, seperti dikutip Reuters.

Analis Capital Central Futures Wahyu Laksono menyebut, tren bullish emas merupakan dampak kekhawatiran para pelaku pasar atas sentimen pasar global sepanjang tahun ini.

Mulai dari perang dagang, konflik geopolitik dan hingga sebaran virus corona.
“Ini membuat tren emas menjadi bullish, belum lagi secara fundamental emas merupakan komoditas yang punya prospek bagus dalam jangka panjang,” ujar Wahyu, Jumat (21/02/2020).

Dia mengatakan, tren harga emas saat ini sejalan dengan kebijakan bank sentral yang pro stimulus dan pelonggaran moneter.

Terakhir Virus Corona atau COVID-19 yang mewabah di beberapa negara ternyata tak hanya menimbulkan kekhawatiran di China.

Efek Virus Corona Menjalar kemana-mana

Analis Kapital Global Investama Alwi Assegaf mengatakan, virus korona efeknya tidak hanya memukul ekonomi China, namun juga secara global.

Eropa juga terpukul karena khawatir ekonomi melemah karena terganggunya rantai pasokan perdagangan global imbas virus korona.

“Sebab PDB zona Jerman terbukti stagnan di kuartal IV-2019,” ujar Alwi.
Alwi menyebut, tak hanya Jerman, Jepang juga sudah mulai merasakan imbas korona.

“Terlihat dari kontraksi PDB Jepang mencapai 1,6%, lebih besar dari perkiraan yang hanya 1%. Dengan kekhawatiran terus bertumbuh dan berpotensi berdampak pada pertumbuhan ekonomi, investor mencari aset yang aman,” ujar dia.

Emas sebagai safe haven menjadi pilihan utama. Ini membuat harganya terus naik. Dalam jangka pendek, Alwi menghitung, harga emas akan bergerak antara support di level US$ 1.611 per ons troi dan resistance berada di US$ 1.640 per ons troi.

Namun dia menyebut potensi koreksi bisa terjadi ketika ada aksi profit taking di pasar. “Tapi saya rasa jika terjadi koreksi tak membendung tren bullish emas,” kata dia.

Wahyu menilai, harga emas masih akan terus bullish hingga akhir tahun. Menurut dia, sentimen virus korona bisa berdampak panjang tahun ini.

Kendati demikian, ia menilai, terlalu cepat jika mengukur dampak dari korona saat ini.

“Belajar dari persebaran virus SARS, titik balik sentimen negatif saat itu ketika angka persebaran virus sudah mulai turun. Namun sejauh ini, kasus baru korona masih ditemukan dan titik terangnya belum terlihat,” jelas Wahyu.
Wahyu menyebut, dampak SARS sempat bertahan hingga sembilan bulan dan menekan ekonomi China dan global.

Sehingga ketika kondisi ekonomi terancam, sangat wajar harga emas melambung naik. Baik Alwi dan Wahyu optimistis, harga emas akan menembus level US$ 1.700 per ons pada akhir 2020. Bahkan Wahyu menyebut, jika bullish emas tak terbendung, harga bisa menembus US$ 1.800 per ons troi di 2020.(kontan/finta)

Exit mobile version