DELISERDANG, kaldera.id – Proses ekskavasi Situs Bongal yang berada di Tapanuli Tengah, menjadi isu yang cukup menarik untuk terus didalami. Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UIN Sumatera Utara, mendorong pengarusutamaan Situs Bongal yang dinilai proyektif dalam kajian sejarah masuknya Islam di Indonesia.
“Prodi SPI berupaya menjadi bagian yang inheren dalam perkembangan kajian sejarah dan peradaban Islam di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Karena itu kegiatan seminar ini kami gelar dengan kolaborasi bersama stakeholder lainnya,” kata Ketua Prodi SPI FIS UINSU, Yusra Dewi Siregar, MA, dalam seminar nasional “Situs Bongal: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia” yang digelar secara hybrid, di Aula FIS UINSU, Kampus IV, Tuntungan, Pancur Batu, Deliserdang, Kamis (3/11/2022).
Hadir sebagai Keynote Speaker Guru Besar Sejarah Peradaban Islam UINSU, Prof Dr Hasan Asari, MA, yang juga Wakil Rektor I UINSU. Turut hadir Dekan FIS UINSU Prof. Dr. Abdurrahman yang diwakili Wakil Dekan 1, Dr. Sori Monang, M.Th, Wakil Dekan 2 Dr. Irwansyah, Mag, Sekretaris Prodi SPI, Dr. Jufri Naldo, dan ratusan mahasiswa.
Seminar ini menghadirkan narasumber Dr Phil Ichwan Azhari (Unimed), Dr. Ery Soedewo (Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan BRIN) dan Muh Fadhlan, M.Hum (Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Arkeometri BRIN), serta Ning Arrumdani, S.Hum (Alumni SPI, Peneliti Situs Bongal).
“Sejarah masuknya Islam ke Indonesia memang menjadi kajian yang menarik untuk dibahas. Saya kira eksistensi Situs Bongal ini harus terus diperdalam untuk memperkaya khasanah sejarah peradaban Islam,” ujar Prof Hasan Asari.
Koin dari Dinasti Umayyah
Dr Phil. Ichwan Azhari mengatakan, Situs Bongal berada di Desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah. Dalam dokumen sejarah dunia, kawasan ini disebut Lumut. “Bongal ini areal berupa endapan lumpur yang di dasarnya, sedalam tiga meter lebih, terdapat bekas permukiman kuno dengan jutaan fragmen peradaban yang mengejutkan di sebuah kota kuno yang hilang,” ungkapnya.
Salah satu temuan di Situs Bongal adalah koin dinasti Umayyah 88 H. Menurut Ichwan melalui penemuan itu bisa menimbulkan tafsir baru terkait masuk hingga tumbuh berkembanganya peradaban Islam di tanah air. “Koin itu ada bacaan Al Qur’an. Koin Umayyah ini menimbulkan tafsir baru masuk nya peradaban Islam ke Nusantara, bakal melengkapi berbagai teori masuknya Islam di Indonesia,” katanya.
Ning Arrumdani menyebutkan, penemuan koin Umayyah di Situs Bongal, berkaitan dengan perdagangan dan pelayaran di masa itu. Karena lokasinya memang tidak jauh (70 km) dari Barus, Tapanuli Tengah. Ini juga menunjukkan interaksi intensif antara masyarakat nusantara dengan masyarakat Islam dari pusat dunia Islam saat itu seperti Arab dan Persia.
“Temuan koin Umayyah di Situs Bongal, menjadi penguat Teori Makkah tentang masuknya Islam ke Indonesia pada Abad ke 7 Masehi,” ungkapnya.
Rempah dan Emas Situs Bongal
Dr Ery Soedewo, menyampaikan materi tentang “Rempah & Getah Wangi dari Situs Bongal: Jejak Perniagaan Global di Jalur Rempah Samudera Hindia Bagian Timur”. “Bukti arkeologis, jalur rempah global itu ada jauh sebelum abad 16 Masehi,” ujarnya.
Narasumber lainnya dari BRIN, Muh Fadhlan, M.Hum, mengatakan, dalam konteks Lingkungan Geologi, di Situs Bongal terdapat sumber daya mineral yakni emas. Aktivitas pertambangan masyarakat di Desa Jago-jago pula yang kemudian membongkar keberadaan Situs Bongal.
“Situs Bongal wajib dilestarikan. Banyak potensi ilmu pengetahuan termasuk pariwisata terdapat di sana. Adanya Situs Bongal pasti akan memperkaya sejarah,” pungkasnya.(reza sahab/red)