DELISERDANG, kaldera.id – Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Prof. Dr. Abdurrahman, bangga sekaligus mengapresiasi keberhasilan Dr. Faisal Riza, MA, sebagai invited panelist dalam gelaran konferensi internasional Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2023 di Sport Center UIN Sunan Ampel, Surabaya.
“Eksistensi dosen FIS UINSU di ranah akademik seperti AICIS merupakan kebanggaan tersendiri bagi kami. Apalagi, Dr Faisal Riza menjadi panelis yang diundang. Ini juga menjadi konfirmasi, bahwa masyarakat UINSU memiliki pemikiran Keislaman yang kontekstual dengan kondisi kekinian,” ujar Prof Abdurrahman, Senin (8/5/2023).
Prof Rahman, sapaan akrabnya, berharap capaian di AICIS 2023 ini, menjadi pemicu bagi dosen FIS dan dosen UINSU pada umumnya, untuk menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas dalam kajian Islam dan masyarakat untuk kemudian disebarluaskan melalui konferensi ilmiah seperti AICIS.
“Saya opitimis tahun depan, akan semakin banyak dosen UINSU yang berkiprah di arena AICIS 2024. Tentu hal tersebut dapat menjadi salah satu indikator dari keberhasilan UINSU,” ujarnya.
Dr. Faisal Riza, MA saat ini merupakan Sekretaris Program Studi Sosiologi Agama FIS UINSU. Dalam sesi paralel dengan tema “Dynamic Interaction between Fiqh dan Public Policy”, Faisal memaparkan artikelnya yang akan terbit di jurnal bereputasi internasional terindeks Scopus, Ulumuna Journal of Islamic Studies, berjudul “Echoing Syariah in City Space: The Framing Process and Political Mobilization of the Islamic Movement in Medan”.
Prof Abdurrahman, menyebut tema yang dibahas Dr. Faisal Riza dalam AICIS relevan dan kontekstual dengan kebutuhan. Dikatakannya, mengutip Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dalam agama, ada hal yang bersifat tetap (the unchangeable/ats-tsaabit) dan ada yang berubah (the changeable/al-mutahawwil).
“Saya berharap kajian Dr. Faisal Riza ini bisa menjadi referensi pula bagi masyarakat dan pemerintah dalam membangun kebijakan,” pungkasnya.
Diketahui, AICIS 2023 berlangsung di Surabaya pada 2 Mei 2023 -5 Mei 2023. Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Ali Ramdhani mengatakan, AICIS 2023 mengangkat tema “Recontextualizing Fiqh for Equal Humanity and Sustainable Peace”. Forum AICIS ke-22 ini menampilkan 180 paper pilihan yang terbagi menjadi 48 kelas paralel. Selain diikuti para ahli fikih dari kalangan pesantren, forum ini juga menghadirkan cendekiawan muslim internasional.
Dalam kesempatan itu, Prof Abdurrahman juga menyambut baik forum AICIS 2023 yang menghasilkan beberapa pokok pikiran atau gagasan dalam bentuk rekomendasi yang disebut: Surabaya Charter. Ada enam rekomendasi yang dihasilkan, yaitu:
1. Rekontekstualisasi semua doktrin dan pemikiran keagamaan yang tidak sesuai dengan prinsip martabat manusia, kedamaian dan keadilan;
2. Menjadikan maqashid al-syariah (tujuan tertinggi hukum Islam) sebagai prinsip penuntun reformulasi fikih;
3. Definisi, tujuan dan ruang lingkup fikih harus didefinisikan ulang atas dasar integrasi pengetahuan Islam, ilmu sosial dan hak asasi manusia untuk mengatasi masalah kontemporer.
4. Menafsirkan ulang semua doktrin fikih yang mengkategorikan dan mendiskriminasi manusia atas dasar agama atau etnis, seperti konsep kafir dzimmy dan kafir, atau memandang selain Muslim sebagai tidak setara dan warga negara kedua;
5. Menolak penggunaan agama untuk kepentingan politik. Fenomena politik identitas, khususnya yang berbasis agama, harus ditolak keras.
6. Memelihara keberagaman dalam hidup berdampingan yang toleran dan damai yang menerapkan prinsip moderasi, kesetaraan dan keadilan beragama.(ali amri/red)