Dosen Unimed Manfaatkan Limbah Plastik jadi Batako

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Medan (LPPM Unimed) melaksanakan pengabdian pada masyarakat mengenai pengelolaan limbah plastik menjadi batako  untuk meningkatkan kreativitas anak di Situs Kota Cina. 
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Medan (LPPM Unimed) melaksanakan pengabdian pada masyarakat mengenai pengelolaan limbah plastik menjadi batako  untuk meningkatkan kreativitas anak di Situs Kota Cina. 

 

MEDAN, kaldera.id – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Medan (LPPM Unimed) melaksanakan pengabdian pada masyarakat mengenai pengelolaan limbah plastik menjadi batako  untuk meningkatkan kreativitas anak di Situs Kota Cina.

Kegiatan yang dilaksanakan pada Senin (29/5/2023) itu diketuai Prof Dr Ibnu Hajar MSi bekerjasama dengan Museum Kota Cina.

Tim dosen lainnya yang melaksanakan pengabdian pada masyarakat ini adalah Prof Dr Minda dan Ulfa MPd dibantu mahasiswa jurusan Pendidikan Masyarakat Fakultas Ilmu Pendidikan Unimed dan diikuti 27 anak- anak sekitar situs Kota Cina.

Prof Dr Ibnu Hajar MSi menyebutkan, kegiatan tersebut merupakan salah satu pilar dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi Pengabdian Kepada Masyarakat ( PKM).

Situs Kota Cina di Medan Marelan sudah dikenal sejak tahun 1970-an. Namun baru belakangan ini peninggalan sejarahnya mulai terungkap khususnya pada 1986 penggalian tanah dengan menggunakan alat berat untuk pembangunan Tol Belmera.

Situs kota Cina ini berada di dekat TPA terjun. Di  lokasi ini banyak sekali limbah plastik yang merupakan penyumbang pencemaran lingkungan yang signifikan baik di darat maupun di laut.  Sifat sampah plastik membuatnya sulit terurai.

 

Memakan waktu ratusan tahun

Jika dilakukan secara organik, bisa memakan waktu ratusan tahun dan menghasilkan polutan yang bersifat karsinogenik.  Di Kawasan TPA terjun ini banyak ditemukan anak bekerja dalam berbagai pekerjaan mulai dari pemulung, penjual koran dan pemilih sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)  Awalnya pekerja anak tersebut hanya untuk membantu perekonomian orangtua, tetapi lama kelamaan banyak anak yang terjebak sebagai pekerjaan permanen.

Alasan kemiskinan serta tingginya tingkat pengangguran menyebabkan anak memilih bekerja untuk membantu orang tuanya menghasilkan uang.

Dari hasil penelusuran tim dosen PKM Unimed ini diperoleh informasi guna mempertahankan hidup, mereka melakukan apa saja demi mendapatkan biaya untuk makan dan minum. Selanjutnya, mereka membentuk keluarga yang hidup juga serba kekurangan.  Putus sekolah telah menjadi salah satu permasalahan serius yang harus segera mendapat perhatian dan penangganan yang optimal dari semua kalangan masyarakat.

 

Rendahnya tingkat kreativitas anak

Banyaknya anak putus sekolah juga menyebabkan rendahnya tingkat kreativitas anak. Kreativitas seseorang dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi karena kreativitas merupakan potensi dasar yang dimiliki manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya, dan akan berkembang apabila didukung faktor-faktor yang mempengaruhi seperti tingkat intelegensi, teman sebaya, keluarga, motivasi, sarana dan prasarana sekolah, dan efikasi diri.

Pengembangan kreativitas anak putus sekolah merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan kreatif yang dimiliki anak putus sekolah yang didalamnya menampung berbagai kegiatan yang akan menunjang berkembangnya kreativitas anak.

Pengembangan kreativitas ini penting bagi anak putus sekolah untuk terus melanjutkan kreativitas yang dimiliki anak walaupun anak tidak lagi bersekolah.  Melalui tim dosen PKM yang berada di bawah naungan LPPM Unimed ini melakukan upaya memanfaatkan pengelolaan limbah plastik menjadi batako untuk meningkatkan kreativitas anak di Situs Kota Cina

Cara yang dilakukan tim dosen PKM Unimed ini dengan mengedukasi sekaligus mempraktekkan anak- anak yang berada di kawasan Situs Kota Cina itu untuk proses pembuatan batako dari limbah plastik.

Pertama, dengan mempersiapkan semen, pasir dan sampah plastik yang sudah dicacah menjadi pecahan yang sebelumnya sampah tersebut digiling dengan mesin agar menjadi cacahan sampah. Kedua, seluruh bahan tersebut dicampur menjadi satu dengan perbandingan sampah 30%.

Hasil olahan bahan itu kemudian mencetak batako dengan menggunakan cetakan bahan dari besi dan bahan dari ABS ringan. Tahap berikutnya cetakan Batako  dijemur sampai kering dan siap digunakan untk keperluan kehidupan sehari-hari. Prof Dr Ibnu Hajar MSi berharap dengan kegiatan ini memberikan manfaat bagi anak- anak untuk berkreativitas dan mengurangi sampah lingkungan, sehingga ke depannya dapat mengatasi problem lingkungan Situs Kota Cina.

“Kita berharap kegiatan yang dilakukan ini bukan saja bisa meningkatkan kreativitas anak- anak tapi juga sebagai upaya mengatasi permasalahan terkait limbah pengolahan sampah di lingkungan Situs Kotta Cinna. Dengan demikian kita juga turut menjaga dan merawat sejarah Situs Kota Cina,” pungkas Prof Ibnu Hajar.(efri surbakti/red)