Hari Terakhir TikTok di Amerika Serikat

redaksi
18 Jan 2025 18:50
2 menit membaca

MEDAN, kaldera.id – Amerika Serikat akan secara resmi memblokir akses aplikasi TikTok mulai besok, Minggu (19/1/2025). Keputusan ini diumumkan menyusul kekhawatiran terkait keamanan nasional dan potensi penyalahgunaan data pengguna oleh pihak asing. TikTok milik China.

Blokir ini menargetkan aplikasi milik perusahaan China, ByteDance, yang selama ini menghadapi tudingan melakukan pengumpulan data pengguna secara masif. Meski TikTok telah berulang kali membantah tudingan tersebut, pemerintah AS tetap khawatir bahwa data warga negaranya bisa jatuh ke tangan pemerintah China.

Pemerintah AS menyatakan bahwa langkah ini diambil demi melindungi keamanan nasional dari potensi ancaman siber. “Kami tidak bisa mengambil risiko ketika menyangkut privasi dan data warga negara kami,” ujar seorang pejabat
Gedung Putih yang enggan disebutkan namanya seperti dilansir CNN, Sabtu (18/1/2025).

Selain itu, TikTok dituding memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan pemerintah China, yang dikhawatirkan dapat menggunakan aplikasi tersebut sebagai alat pengawasan. Walaupun ByteDance telah berusaha memisahkan operasionalnya di AS, termasuk mendirikan server lokal untuk data pengguna Amerika, hal itu belum cukup untuk meredakan kekhawatiran Washington.

Konten Kreator Amerika Terdampak

Keputusan ini diperkirakan akan berdampak besar, terutama bagi generasi muda dan komunitas kreator konten di Amerika Serikat. TikTok selama ini menjadi platform utama bagi jutaan orang untuk mengekspresikan kreativitas, membangun karier, dan bahkan menjalankan bisnis kecil.

“Ini seperti kehilangan panggung utama. Kami semua harus mencari cara baru untuk menjangkau audiens,” kata Emma Wilson, seorang kreator konten dengan jutaan pengikut di TikTok.

Di sisi lain, perusahaan teknologi lain seperti Instagram dan YouTube diperkirakan akan diuntungkan dari langkah ini, karena kreator konten kemungkinan besar akan beralih ke platform mereka.

China: Menghalangi Persaingan Sehat

Keputusan AS ini mendapatkan perhatian dunia, dengan beberapa negara mempertimbangkan langkah serupa. Uni Eropa, misalnya, sedang mengkaji kebijakan baru terkait regulasi data pengguna di platform media sosial. Di sisi lain, China mengecam langkah AS ini sebagai tindakan proteksionisme yang merusak prinsip perdagangan bebas.

“Ini adalah upaya terang-terangan untuk menekan perusahaan China dan menghalangi persaingan yang sehat,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China dalam konferensi pers terbaru.

Dengan blokir yang akan berlaku mulai besok, banyak pihak bertanya-tanya bagaimana dampaknya terhadap hubungan AS-China yang sudah tegang. Selain itu, masa depan TikTok di pasar global juga menjadi tanda tanya besar, mengingat Amerika Serikat adalah salah satu pasar terbesarnya.(cnn/dtc/red)