Gubernur Sumut Bobby Afif Nasution bersama Wali Kota Medan Rico Waas di sela sela pembongkaran bangunan di Jalan Imam Bonjol, Senin (15/12/2025). Foto; Reza Sahab/kaldera.id
MEDAN, kaldera.id – Gubernur Sumatera Utara Bobby Afif Nasution menegaskan penanganan pascabencana banjir dan longsor di Sumut kini difokuskan pada pemenuhan air bersih serta percepatan perbaikan infrastruktur, terutama akses jalan dan jembatan.
Bobby menjelaskan, pada fase awal bencana, kebutuhan di seluruh wilayah terdampak relatif sama, yakni percepatan distribusi logistik. Namun seiring berjalannya waktu, kebutuhan tiap daerah mulai berbeda.
“Pada awalnya kebutuhan di daerah terdampak bencana masih seragam, yaitu percepatan logistik karena akses terputus. Tapi hari ini, berjalannya waktu, kebutuhan daerahnya masing-masing sudah berbeda,” kata Bobby.
Ia menyebut sejumlah daerah seperti Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan membutuhkan percepatan pembukaan akses, sementara daerah lain memerlukan suplai air bersih karena jaringan air rusak meski wilayahnya tidak lagi terendam.
“Ada yang membutuhkan air bersih karena daerahnya sudah tidak terlalu terdampak, tapi akses air bersihnya tidak ada. Ini perlu kita suplai,” ujarnya.
Selain itu, Bobby menekankan pentingnya perbaikan cepat infrastruktur, khususnya jembatan, agar tidak memperparah dampak bencana.
“Kalau jembatan tidak diperbaiki dalam waktu dekat, airnya masuk terus. Jadi otomatis menjadi daerah terdampak bencana. Yang paling utama membuka akses infrastruktur, jembatan-jembatan secara cepat,” tegasnya.
Terkait pencarian korban hilang, Bobby menyampaikan hingga saat ini masih terdapat 84 orang yang belum ditemukan. Ia menyebut keterbatasan alat berat di beberapa wilayah terisolir menjadi kendala utama.
“Personel sudah masuk dan pencarian tetap dilakukan. Tapi kalau hanya pakai personel, bisa butuh lima hari. Kalau alat berat masuk, mungkin hanya dua hari. Ini yang kita percepat dengan membuka akses,” jelasnya.
Sementara itu, Bobby mengungkapkan total kerugian akibat bencana di Sumut terus bertambah dan kini ditaksir lebih dari Rp17 triliun.
“Kerugiannya sudah lebih dari Rp17 triliun. Itu termasuk jembatan putus, sawah gagal panen, sekolah, rumah sakit, termasuk alat kesehatannya yang terendam,” ungkapnya.
Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), Bobby memastikan pemerintah daerah telah mengantisipasi potensi kenaikan harga pangan dan gangguan distribusi, terutama di wilayah yang menjadi jalur logistik utama seperti Sibolga dan Tapanuli Tengah.
“Kami sudah kirimkan logistik untuk menghindari kenaikan harga yang mendadak tinggi. Memang di beberapa daerah sudah terjadi kenaikan, dan itu yang kita intervensi,” katanya.
Terkait desakan penetapan bencana nasional, Bobby menilai dukungan pemerintah pusat sejak awal sudah sangat kuat dan konkret.
“Kekuatan yang sudah diberikan oleh negara hari ini sangat membantu. Helikopter, jembatan Bailey, logistik, BBM, semua dibantu pemerintah pusat,” ujarnya.
Menurut Bobby, penetapan status bencana nasional tidak serta-merta mempercepat pembangunan permanen, karena penanganan di lapangan tetap menghadapi tantangan cuaca dan kondisi geografis.
“Kalau hujan lagi, jembatan Bailey bisa hilang lagi. Yang terpenting sekarang aksesnya terbuka supaya alat berat bisa masuk,” pungkasnya.
Di kesempatan terpisah, Bobby juga mendorong Pemerintah Kota Medan untuk menata estetika kota, termasuk menertibkan bangunan tak berizin yang dinilai berpotensi menimbulkan gangguan keamanan.
“Tempat ini kalau malam gelap dan potensi kegiatan yang meresahkan tinggi. Setelah dicek, izinnya tidak ada. Jadi silakan ditertibkan untuk estetika kota,” kata Bobby. (Reza)