MEDAN, kaldera.id – Sebuah penelitian menunjukkan virus Covid-19 berpotensi semakin ganas apabila disuntik vaksin. Hal ini bahkan menimbulkan keresahan karena pemerintah mengklaim vaksin akan tersedia akhir tahun ini.
Muncul desakan agar pemerintah benar-benar transparan dalam proses vaksinasi karena ini berkaitan dengan kesehatan masyarakat dan keselamatan negara.
Desakan itu disampaikan Ketua DPD KNPI Sumut Samsir Pohan, Senin (16/11/2020) di Medan. Samsir yang juga lulusan Analis Kimia USU itu mengutarakan tentang temuan penelitian Professor Chairul Nidom Foundation (PNF). Penelitian itu patut ditindaklanjuti pemerintah.
Ada sejumlah alasan kenapa temuan PNF itu patut ditindaklanjuti pemerintah. Pertama karena hal ini telah menimbulkan keresahan masyarakat.
“Selain menimbulkan keresahan publik, penelitian ini juga secara tidak langsung menampar wajah pemerintah yang sedang berjuang menyediakan vaksin di akhir tahun ini,” kata Ketum Bakdo HMI Sumut 2008-2010 tersebut.
Samsir yang didampingi Wakil Ketua Bidang Hukum dan HAM Rinaldi SH, Wakil Ketua Bidang Advokasi Publik Suriadi SH dan Wakil Ketua Kebijakan Publik Syukri Daulay, pun mengimbau kepada publik untuk tidak menyebarluaskan informasi yang belum utuh kebenarannya.
“KNPI Sumut meminta publik jangan menyebarkan informasi yang menimbulkan rasa takut dan berpotensi mengganggu stabilitas nasional,” ujar Samsir.
COVID-19 Berpotensi Semakin Ganas Apabila Disuntikan Vaksin
Alasan kedua, sambung Samsir, bahwa klaim pemerintah akan ketersediaan vaksin di akhir tahun juga telah dibantah oleh Prof Kusnandi Rusmil Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjajaran yang bekerjasama dengan Biofarma.
Prof Kusnandi menyebut analisis penelitiannya yakni vaksin jenis Sinovac baru bisa dilaporkan akhir Maret 2021.
“Maka sangat penting bagi pemerintah untuk menyikapi ini. Jangan membiarkan publik larut dalam keresahan,” ujar Samsir.
Pemerintah juga harus segera memastikan efektifitas vaksin yang tersedia dan yang sedang diuji.
“Jangan sampai kondisi transisi ini memperlambat pemulihan ekonomi nasional. Karena itu semua berkaitan,” tambah Samsir.
Samsir juga mencium adanya persaingan dagang dalam penyediaan vaksin di Indonesia. Dengan adanya perdebatan tentang vaksin ini, maka tidak salah bila pada akhirnya publik menduga-duga ada sesuatu yang ditutup-tutupi dengan vaksinasi tersebut.
“Jangan sampai isu vaksin dieksploitasi oleh pihak yang ingin mengambil untung di tengah pandemi ini. Padahal pemerintah sudah sangat serius mengatasi wabah Covid-19,” tegas Samsir.
Pemerintah Sudah Sangat Serius Atasi Covid-19
Apalagi, kecurigaan itu muncul setelah pada 23 Oktober 2020 Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, pemerintah Indonesia sejauh ini telah menjalin kerja sama dengan empat produsen vaksin, yaitu Sinovac, Sinopharm/G42, Cansino dan Astra Zeneca.
Di sisi lain, Samsir Pohan juga menegaskan sudah berkomunikasi dengan Ketua Umum DPP KNPI Haris Pertama terkait hal ini. Samsir meminta kepada Haris agar menindaklanjuti temuan penelitian PNF tersebut ke Menteri Kesehatan, Komisi IX DPR RI, Mabes Polri dan Presiden Jokowi.
“Kita sampaikan kepada Ketum DPP KNPI Haris Pertama agar menindaklanjuti isu ini serta mengawal vaksinasi di Indonesia agar benar-benar transparan dan bermanfaat bagi keselamatan masyarakat. Dan Ketum menyatakan kesiapannya,” tukas Samsir.
Sebelumnya berkembang temuan penelitian PNF dan telah menjadi isu di salahsatu televisi swasta nasional. Sejumlah peneliti PNF meragukan vaksin dan ketersediannya di akhir tahun 2020.
Penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan virus covid 19 memiliki motif antibody dependent enhancement (ADE) yang memiliki potensi peningkatan keganasan virus setelah vaksinasi. Penelitian tersebut dituangkan dalam jurnal internasional.
Professor chairil Nidom Foundation (PNF) menginvestigasi 40 virus covid 19 asal Indonesia, sejumlah negara di Asia Tenggara dan Wuhan. Hasilnya 40 virus yang diteliti memiliki motif ADE dan 57,5 % mengalami mutasi dari virus covid 19 wuhan.
Nidom menjelaskan fenomena ADE bisa menyebabkan virus yang kembali ganas setelah vaksinasi. Ini terjadi karena sistem antibody merespon virus dengan mengikatnya sehingga virus lain bisa masuk kedalam sel-sel tubuh. Nidom berkaca pada kasus demam berdarah di Filipina yang malah menyebabkan kematian.
Selain demam berdarah virus lain yang tidak bisa diatasi dengan pendekatan terapi vaksinasi adalah HIV, Ebola, MERS, SARS dan Zika. Semua virus ini memiliki fenomena ADE atau peningkatan keganasan virus setelah vaksinasi.(rel/rani)