Perum Jasa Tirta I Rancang Laboratorium Uji Kualitas Air di Danau Toba

Dalam upaya mendukung Pemerintah daerah dalam melakukan pengendalian pencemaran air permukaan di Danau Toba dan Sungai Asahan, Perum Jasa Tirta I (PJT I) akan membuka satu Laboratorium Lingkungan di daerah Parapat, Sumatera Utara (Sumut).
Dalam upaya mendukung Pemerintah daerah dalam melakukan pengendalian pencemaran air permukaan di Danau Toba dan Sungai Asahan, Perum Jasa Tirta I (PJT I) akan membuka satu Laboratorium Lingkungan di daerah Parapat, Sumatera Utara (Sumut).

TOBA, kaldera.id- Dalam upaya mendukung Pemerintah daerah dalam melakukan pengendalian pencemaran air permukaan di Danau Toba dan Sungai Asahan, Perum Jasa Tirta I (PJT I) akan membuka satu Laboratorium Lingkungan di daerah Parapat, Sumatera Utara (Sumut).

Direktur Operasional Perum Jasa Tirta I Gok Ari Joso Simamora, mengatakan laboratorium ini masih dalam tahap pembangunan yang direncanakan akan selesai dan siap beroperasi mulai tahun 2022.

Laboratorium ini dibangun di lahan seluas 400 meter persegi di Desa Tigaraja, Kecamatan Girsang Sioangon Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Laboratorium nantinya sekaligus sebagai laboratorium keempat yang dioperasikan oleh PJT I. Tiga lainnya berada di Wilayah Sungai Brantas dan Bengawan Solo.

Salah satu produk layanannya antara lain berupa pengujian analisa kualitas air dengan berbagai parameter, baik organik seperti BOD, COD, nitrat, maupun parameter fisik seperti TSS.

“Kami akan mengupayakan agar pembangunan laboratorium dapat berjalan _on schedule_, sehingga kami dapat turut berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan hidup di Kawasan Danau Toba,” kata Gok Ari Joso Simamora, Kamis (26/8/2021).

Dijelaskan Gok Ari Joso Simamora, laboratorium PJT I sendiri telah memperoleh akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk penerapan Sistem Mutu SNI 19-17025-2000 No. LP-227-IDN sebagai Laboratorium Penguji.

PJT I bersama Pemerintah Daerah setempat juga telah mendiskusikan skema pemantauan kualitas air kedepan. Dengan adanya laboratorium ini, maka akan dilakukan pemantauan secara terpadu dan berkesinambungan dari hulu hingga hilir Sungai Asahan.

“Hal ini bertujuan untuk memotret kualitas air sepanjang Sungai Asahan, sehingga dapat terevaluasi secara berkala. Untuk tahap awal nantinya Laboratorium Parapat akan menitikberatkan kualitas air yang berada di bagian hulu terlebih dahulu, yakni di Danau Toba,” sebutnya.

Secara bertahap, lanjut Gok Ari Joso Simamora akan dipasang beberapa alat ukur Water Quality Monitoring System (WQMS) serta pos pemantauan di bagian hulu dan hilir. Data hasil pengukuran ini akan terintegrasi secara otomatis dengan main panel yang berada di Laboratorium Parapat.

“Hasil analisa kualitas air Sungai Asahan secara series, nantinya dapat digunakan sebagai data primer dalam melakukan berbagai kajian,” lanjutnya.

“Diantaranya untuk menghitung daya tampung Danau Toba serta penetapan zonasi area budidaya keramba, dengan demikian dapat diketahui berapa jumlah maksimal keramba yang diperbolehkan berada di kawasan perairan danau,” sambung Gok Ari Joso Simamora.

Laboratorium ini juga mendukung kebutuhan evaluasi akan keseimbangan ekosistem danau. Sehingga dapat diketahui keseimbangan jumlah dan jenis ikan perairan darat dengan memperhitungkan kondisi kualitas air danau di setiap zonasinya.

Simamora juga menjelaskan bahwa, untuk mendukung tercapainya tujuan dari penetapan Danau Toba sebagai KSPN Super Prioritas, tentunya diperlukan adanya sinergitas antar stakeholder.

Diantaranya melalui pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan memanfaatkan alam secara bijaksana serta memperhatikan prinsip pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan untuk peningkatan mutu hidup.

“Untuk itulah, kami akan hadir bersama Laboratorium Lingkungan di tanah Toba ini,” pungkasnya.

Dukungan Perum Jasa Tirta I dalam pelestarian lingkungan hidup Dana Toba selama ini juga telah dilakukan melalui kegiatan konservasi berupa penanaman pohon di area danau.

Dari 2016 lalu hingga saat ini, program penghijauan ini telah terealisasi di lebih dari 370 hektar lahan kritis yang tersebar di green belt danau. Kedepan target penghijauan masih akan diperluas lagi, setidaknya dapat tercapai 500 hektar. (finta rahyuni)