Site icon Kaldera.id

Panggung Apresiasi, Barometer Berkreasi di Masa Pandemi

Dendang melayu khas grup Lebah Begantong nan kocak kembali terdengar di Panggung Apresiasi Rumah Kolaborasi Jalan Cut Mutia

Dendang melayu khas grup Lebah Begantong nan kocak kembali terdengar di Panggung Apresiasi Rumah Kolaborasi Jalan Cut Mutia

MEDAN, kaldera.id – Dendang melayu khas grup Lebah Begantong nan kocak kembali terdengar di Panggung Apresiasi Rumah Kolaborasi Jalan Cut Mutia, kemarin. Lebah Begantong kali ini berkolaborasi puisi dengan beberapa relawan Bobby Nasution lainnya.

Diantaranya, dari relawan KOMAT Pro Bobby Nasution diwakili Awaluddin Matondang (Kembalikan Indonesia Padaku), relawan RAMBO diwakili Juwita Hasibuan (Wanita Dibatas Impian), relawan BONSAI diwakili Rahayu Pratiwi (Puisi Untuk Adik).

Direktur Rumah Kolaborasi, Dedy Ardiansyah menjelaskan Panggung Apresiasi diadopsi dari kegiatan kelompok relawan Gerakan Medan Berkah (GMB). Sebelum pandemi Covid-19, sudah digagas dengan beberapa kegiatan rutin di Kopi Jolo Jalan Tengku Cik Ditiro Medan.

“Acara kita adopsi dan dikembangkan. Bang Bobby mengajak kelompok relawan agar ikut berapresiasi di panggung ini,” tuturnya.

Kegiatan inipun, terang dia, akan rutin dilaksanakan setiap Jumat malam. Diharapkan, melalui panggung ini, semuanya bisa berekspresi.

“Kita jangan takut berekspresi dan berkreasi di tengah pandemi Covid-19 ini. Namun, kita harus mengutamakan protokol kesehatan. Jadi harus tetap jaga jarak, pakai masker dan rajin mencuci tangan pakai sabun,” ungkap Dedi.

Kegiatan yang dilaksanakan di Sekretariat Bersama (Sekber) Relawan Bobby Nasution ini bisa menjadi barometer kegiatan. Dengan begitu generasi muda, khususnya, tidak khawatir mengapresiasikan kegiatannya dimasa pandemic Covid-19 ini.

Dalam kesempatan ini, relawan KOMAT, Awaluddin menjelaskan dirinya memilih membaca puisi ciptaan Taufik Ismail lantaran melihat kini nasionalisme pada diri masyarakat Medan sudah berkurang.

“Ada kecemasan dengan pembangunan yang kini terjadi, terutama di Kota Medan,” terangnya.

Bobby, dengan rekam jejaknya kata Awaludin, diyakini bisa membuat perubahan di Kota Medan. Sebagai orang muda yang energik, Bobby pasti memiliki banyak ide untuk pembangunan di Medan.

“Seperti pidato yang pernah disampaikan Bung Karno, berikan aku seorang pemuda, maka akan ku guncang dunia. Begitu juga di Medan, kita butuh seorang pemimpin yang mau bekerja, punya integritas dan impian. Ini Bobby Nasution,” kata dia.

Senada, relawan BONSAI, Rahayu Pratiwi juga mengatakan puisi yang dibaca, menggambarkan keinginan dari kaum milenial untuk menyampaikan kepada pemerintah dan juga Bobby Nasution sebagai calon Walikota Medan, agar terus menyerap aspirasi dari kaum milenial.

“Bagi saya, bang Bobby cukup aktif dan produktif menyuarakan milenial. Jadi kenapa tidak memilihnya untuk memimpin Medan. Selain itu, Bobby juga punya kolaborasi yang sinergis dengan beberapa elemen masyarakat. Makanya saya sangat mendukung penggagas #KolaborasiMedanBerkah ini,” jelas mahasiswa Hukum Tata Negara USU ini.

Apalagi, lanjut dia, menghadapi bonus demografi 2024, jika Medan masih tetap dipimpin oleh ‘sesepuh’ dengan pemikiran primorial, kepercayaan milenial terhadap negara akan menghilang.

“Karenanya, saya yakin Bobby Nasution memiliki rasa untuk mewujudkan suara-suara milenial ini,” tandasnya. (reza sahab)

Exit mobile version