Site icon Kaldera.id

Usai di Vaksin AstraZeneca, 7 Warga Inggris Meninggal

Regulator kesehatan Inggris melaporkan ada 30 orang warga Inggris yang mengalami pembekuan darah usai menerima vaksin AstraZeneca

Regulator kesehatan Inggris melaporkan ada 30 orang warga Inggris yang mengalami pembekuan darah usai menerima vaksin AstraZeneca

MEDAN, kaldera.id – Regulator kesehatan Inggris melaporkan ada 30 orang warga Inggris yang mengalami pembekuan darah usai menerima vaksin AstraZeneca. Tujuh di antaranya meninggal dunia.

“Dari 30 laporan [kasus pembekuan darah usai disuntik vaksin] termasuk 24 Maret, sayangnya 7 telah meninggal,” ujar Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA) akhir pekan lalu kepada AFP, seperti dikutip Senin (5/4/2021).

Meski 30 orang dilaporkan mengalami kasus pembekuaan darah usai disuntik vaksin AstraZeneca, MHRA mengatakan “manfaat vaksin terhadap Covid-19 lebih besar daripada risikonya.”

Hingga 24 Maret 2021, sebanyak 22 laporan trombosis sinus vena serebral (CVST) dan delapan kejadian trombosis lainnya dengan trombosit rendah dicatatkan.

“Risiko memiliki jenis pembekuan darah khusus ini sangat kecil,” kata badan tersebut.

“Jumlah dan sifat dugaan reaksi merugikan yang dilaporkan sejauh ini tidak biasa dibandingkan dengan jenis lain dari vaksin yang digunakan secara rutin,” kata MHRA.
Namun tidak ada laporan untuk vaksin Pfizer / BioNTech.

Akhir pekan lalu, Belanda menjadi negara terbaru di Eropa yang menghentikan penyuntikkan vaksin AstraZeneca untuk warga berusia di bawah usia 60 tahun karena khawatir akan kasus pembekuan darah yang langka.

Langkah itu dilakukan setelah lima kasus baru di Belanda mempengaruhi wanita berusia 25-65 tahun, salah satunya meninggal.

European Medicines Agency (EMA), yang sebelumnya juga telah menyatakan vaksin AstraZeneca aman, seperti halnya Organisasi Kesehatan Dunia, diharapkan mengumumkan saran terbaru tentang masalah ini pada 7 April.

EMA mengatakan pada pekan lalu bahwa mereka yakin vaksin itu aman dan para ahli tidak menemukan faktor risiko khusus seperti usia, jenis kelamin atau riwayat medis.

Inggris, tempat vaksin itu dikembangkan bersama Universitas Oxford, telah menjadi salah satu negara yang paling parah terkena virus corona dengan hampir 127.000 orang meninggal. (cnbc/mustivan)

Exit mobile version