Uni Eropa buka kemungkinan tak lagi memesan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca terkait masalah ketepatan pengiriman vaksin.
Uni Eropa buka kemungkinan tak lagi memesan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca terkait masalah ketepatan pengiriman vaksin.

MEDAN, kaldera.id – Uni Eropa buka kemungkinan tak lagi memesan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca terkait masalah ketepatan pengiriman vaksin.

“Kami pragmatis. Prioritas saya, sejauh menyangkut vaksin, adalah memastikan bahwa perusahaan yang memiliki kontrak dengan kami mengirimkannya tepat waktu,” kata Komisioner pasar internal Uni Eropa Thierry Breton, Minggu (18/4) kepada televisi BFMTV, seperti dikutip AFP.

“Belum ada yang diputuskan. Pembicaraan masih berlangsung,” tandasnya.

Brussels awalnya memesan 120 juta dosis vaksin AstraZeneca untuk 27 negara Uni Eropa pada kuartal pertama dan 180 juta pada kuartal kedua.

Tapi pembuat obat itu, “hanya mengirimkan 30 juta, lalu menciptakan masalah yang dapat dirasakan semua orang,” kata Breton.

Sementara untuk pengiriman kuartal II, disebut hanya akan dikirimkan 70 juta vaksin.

Bukan Alasan Medis

Komisaris Uni Eropa bersikeras bahwa keputusan itu diambil “bukan karena alasan epidemiologis atau medis”.

“Kalau melihat datanya, manfaat vaksin AstraZeneca lebih besar daripada penyakitnya,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Prancis Agnes Pannier-Runacher pada Jumat (16/4) menyarankan agar UE mungkin tidak memperbarui kontraknya dengan AstraZeneca pada tahun 2022.

Saran itu dilayangkan setelah Denmark menjadi negara Eropa pertama yang berhenti menggunakan vaksin itu karena dugaan efek samping yang langka tetapi serius.

Di Prancis, 23 kasus dan delapan kematian telah dilaporkan dari pembekuan darah langka setelah mengambil jab AstraZeneca, dari lebih dari 2,7 juta dosis yang diberikan sejauh ini.

Sementara negara lain juga menangguhkan penggunaannya, setidaknya untuk sementara. Namun, kemudian sebagian besar negara kembali menggunakan vaksin itu setelah European Medicines Agency (EMA), menekankan manfaat vaksin, menilai itu “aman dan efektif”.

Selain itu, Alain Fischer, seorang ahli imunologi yang mengepalai dewan penasehat vaksinasi pemerintah, mengatakan kepada radio Prancis pada hari Minggu bahwa manfaat vaksin bagi orang berusia 55 tahun ke atas “jauh lebih besar daripada risikonya” dari kemungkinan komplikasi.

Perpanjang kontrak Pfizer-BioNTech

Pannier-Runacher mengatakan bahwa Uni Eropa “belum memulai diskusi dengan Johnson & Johnson dan dengan AstraZeneca untuk kontrak baru, sedangkan kami telah memulai diskusi dengan Pfizer-BioNTech dan Moderna”, pembuat dua vaksin lain di pasar Eropa.

Ketua Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen juga mengatakan minggu ini bahwa perusahaan biotek Jerman BioNTech dan raksasa farmasi AS Pfizer telah menunjukkan diri mereka sebagai “mitra yang dapat diandalkan, yang telah menghormati komitmen mereka dan telah bereaksi cepat sehubungan dengan kebutuhan kita”. (cnn/mustivan)