MEDAN, kaldera.id: Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu mengkhawatirkan kondisi perbankan di Indonesia jika pandemi covid-19 berlangsung dalam jangka lama.
Hal itu diungkapkannya menjawab pertanyaan salah satu peserta dalam kuliah umum dengan thema daya saing perbankan di tengah pandemi covid-19 yang dilaksanakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Medan Area (UMA), Rabu (16/06/2021).
Sebelumnya Rektor Universitas Medan Area Prof. Dadan Ramdan membuka acara kuliah umum tersebut. Kuliah umum itu sendiri dipandu dosen FEB UMA Dr. Adelina Lubis.
Gus Irawan menambahkan saat ini kondisi perbankan tampak tenang-tenang saja karena ada program relaksasi. Bahkan program ini juga sudah diperpanjang sampai Maret 2022. “Ya apa yang ditanyakan peserta ini sama dengan yang saya khawatirkan. Bahkan jika pandemi berlangsung lama atau dalam jangka panjang perbankan kita akan runtuh.”
Sebelum pandemi, kata dia, debitur tak boleh menunda cicilan kreditnya ke bank, sekarang semua dibenarkan. “Lalu perbankan juga bisa membuat window dressing atau mempercantik laporan keuangan di tengah program relaksasi. Ini window dressing yang dilegalisasi selama pandemi karena tidak ada pilihan lain,” ujarnya.
Dia mengatakan perbankan saat ini bertahan dalam situasi sulit. Tidak ada jalan lain sekarang pilihan perbankan hanya melakukan relaksasi dan restrukturisasi, kata dia. Dalam kuliah umum itu Gus Irawan yang juga mantan direktur utama Bank Sumut memaparkan kinerja perbankan sejak 2020, 2021 hingga rencana bisnis bank ke depan.
Sejauh ini, kata Gus, bisnis bank memang terpengaruh oleh pandemi. “Kita bisa melihat semua indikator. Walaupun kelihatannya likuiditas masih longgar tapi penyaluran kredit terpengaruh hebat. Padahal ini salah satu cara bank mendapatkan laba,” ujarnya.
Bisnis bank, menurutnya, banyak dipengaruhi oleh fee based income atau selisih antara bunga simpanan dibandingkan dengan bunga kredit. “Tapi saya kira jika pun likuiditas longgar kemudian penyaluran kredit malah kontraksi akan membuat perbankan kita kelimpungan,” ungkapnya.
Gus Irawan Pasaribu, anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sumut 2 itu, berpendapat kelangsungan perbankan ke depan akan ditentukan oleh konsolidasi dan strategi bertahan di tengah situasi sulit ini. “Sudah banyak aturan dan kebijakan dilakukan untuk menjaga sistem ini.”
Mereka di Komisi XI, kata Gus Irawan, pernah juga meminta kepada BI untuk memberikan stress test kepada bank kalau misalnya tidak ada relaksasi. “Kita mau tahu bagaimana perbankan andai tak ada relaksasasi. Tapi BI tidak memberikan hasilnya ke kami,” kata dia.
Sementara Rektor UMA Prof. Dadan Ramdan mengungkapkan kuliah umum dengan menghadirkan langsung anggota DPR RI Komisi XI yang membidangi perbankan dan keuangan menjadi salah satu upaya untuk memberikan mahasiswa pengajaran langsung dari pakarnya.
“Jika selama ini mahasiswa di kampus terutama fakultas ekonomi belajar dengan teori, tapi dengan kuliah umum ini mereka akan mendapatkan ilmu. Apalagi kita tahu Pak Gus Irawan ini dulu lama menjadi direktur utama Bank Sumut. Saya kira ilmunya akan sangat relevan untuk diserap mahasiswa,” tuturnya.
Prof. Dadan juga mengungkapkan dengan situasi WFH seperti sekarang pelaksanaan kuliah umum dilakukan dengan daring. Tapi begitupun tidak mengurangi minat peserta untuk ikut, jelasnya.
“Sebab topik ini pun sangat menarik. Update dan perlu dibedah kira-kira seperti apa sebenarnya kondisi yang terjadi dengan perbankan kita,” ungkapnya. Sementara Dr. Adelina Lubis yang memandu kuliah umum di ujung acara memberi kesempatan peserta untuk bertanya.
Di kesempatan ini banyak sekali peserta yang mengajukan ide, saran dan pertanyaan. Menurut Dr. Adelina, dalam kuliah umum ternyata banyak juga peserta yang berasal dari dosen dan kampus lain. “Ini jadi salah satu kebanggaan bagi kami karena kuliah umum yang menghadirkan sosok Gus Irawan Pasaribu ini diapresiasi banyak pihak. Termasuk para penanya juga banyak dari kalangan dosen serta dari perguruan tinggi lain,” ujarnya.(armin nasution)