DELISERDANG, kaldera.id – Sangat penting bagi sebuah negara/bangsa memiliki ideologi karena menjadi alat pemersatu keragaman budaya, suku dan agama.
Demikian salah satu pesan yang terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Rabu 13 April 2022 di Deli Serdang, Medan.
Kegiatan bertema Penyusunan Strategi Pengendalian Pembinaan Ideologi Pancasila Dalam Rangka Mencegah dan Menanggulangi Perilaku Intoleransi dan Radikalisme dihelat di Gedung Pusat Promosi Produk Unggulan Daerah (P3UD) Tanjungmorawa Deli Serdang dengan Fasilitator diskusi Direktur Pengendalian, Mukhamad Fahrurozi dan Koordinator Kegiatan Yelvi Azwita, Analisis Kebijakan Ahli Madya BPIP.
Selain BPIP, kegiatan melibatkan, Direktur Pencegahan BNPT Tahun 2017-2020, Pemkab Deli Serdang, Kemenag Deli Serdang, dan sejumlah elemen masyarakat di antaranya Komite Permainan Rakyat & Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) Sumatera Utara, KNPI Sumatera Utara, Purnapaskibraka Duta Pancasila (PPDP) Deli Serdang dan Sumatera Utara, BKPRMI Deli Serdang serta Badan Eksekutif Mahasiswa PT di wilayah Medan.
Pengarusutamaan Pancasila di tengah masyarakat harus senantiasa diaktifkan
Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi BPIP Dr.Rima Agristina,SH.,SE.,MM selaku keynote speaker menyampaikan bahwa pengarusutamaan Pancasila di tengah masyarakat harus senantiasa diaktifkan. Pancasila merupakan nilai-nilai hidup bersama yang tumbuh dari pandangan hidup bangsa Indonesia.
“Kita bersyukur Bangsa Indonesia dengan nilai-nilai Pancasila, mampu tangguh menghadapi berbagai tantangan dan ancaman, serta mampu mengahadapi masa pandemic Covid-19. Ini semua merupakan wujud pengimplementasian nilai-nilai Pancasila yang bukan hanya sebagai suatu keyakinan tetapi juga dalam tindakan-tindakan nyata,” ujar Rima.
Dikatakannya, BPIP senantiasa membuka ruang untuk menyampaikan pandangan, saran dan aspirasi-aspirasi agar kita semua dapat bergotong royong membangun suasana yang lebih baik dalam memajukan bangsa dan negara.
“Pertemuan hari ini diharapkan menghasilkan rumusan strategi pengendalian pembinaan ideologi pancasila dalam rangka mencegah dan menanggulangi perilaku intoleransi dan radikalisme. Strategi yang disusun sungguh-sungguh dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang kita hadapi bersama,” kata Rima.
Direktur Pengendalian BPIP, Mukhammad Fahrurozi menyatakan, agar kita semua terus menggaungkan pemahaman Ideologi Pancasila dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping sebagai dasar negara dan pandangan hidup, Pancasila juga sebagai alat pemersatu bangsa dengan keragaman budaya, suku bangsa dan agama yang tidak bisa dielakkan.
“Kekayaan keragaman budaya Indonesia merupakan berkah dan rahmat dari Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, perlu disyukuri. Keberagaman tidak dipertentangkan, karena kita punya Pancasila,” kata Fahrurozi.
Penting memupuk rasa nasionalisme dan patriotisme
Dikatakannya, sangat penting memupuk rasa nasionalisme dan patriotisme dan cinta tanah air dengan memperkuat pemahaman dan penghayatan nilai pancasila dengan sejumlah kegiatan. Salah satunya lewat budaya dan gabungan mata pelajaran yang bertema cinta tanah air, kesehatan dan kebugaran, kesadaran lingkungan hidup, kewirausahaan dan kewarganegaraan.
“Kita mendorong materi pembelajaran Pancasila menjadi satu kesatuan utuh, komprehensif, termasuk muatan kearifan lokal dan budaya,” kata Fahrurozi.
Sementara itu Irjen Pol. (Purn) Ir. Hamli, M.E. Direktur Pencegahan BNPT Tahun 2017-2020 menilai masuknya paham radikalisme menjadi tantangan besar terhadap nilai nilai Pancasila.
“Radikalisme biasanya gerakannya menyuburkan sikap intoleran, antiPancasila, anti NKRI, penyebaran faham takfiri. Ini bisa terjadi dan terdampak pada siapapun tanpa memandang agama dan suku bangsa,” kata Hamli
Menangkal radikalisasi
Dikatakannya, menangkal radikalisasi bisa dilakukan dengan sejumlah hal. Di antaranya melalui kearifan lokal, kesejahteraan, kebebasan, kepercayaan umum, keadilan serta pertahanan keamanan.
Sementara itu, Ketua KPOTI Sumatera Utara Agustin Sastrawan Harahap mengatakan, hampir di setiap daerah memiliki ragam permainan rakyat dan olahraga tradisional. Di antaranya enggrang, terompah, hadang, ketapel glindingan, rangkualu dan lainnya.
Keunikan permainan rakyat dan olahraga tradisional itu mengisyarakatkan bahwa bangsa ini memiliki wujud persatuan.
“Jenis-jenis permainan itu mengajarkan kepada kita semua tentang bela rasa, gotong royong, kebersamaan, welas asih, toleransi, adil, jujur, disiplin, sportivitas pada saat bermain. Itulah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,” kata Agustin.
Dikatakan Agustin, dewasa ini dengan ragam budaya Indonesia, kita dihadapkan pada dinamika sosial yang sangat kompleks. Indonesia dengan multikulturnya secara perlahan digerus perkembangan zaman dan tantangan global.
Pancasila dengan pendekatan kearifan lokal
“Permainan rakyat dan olahraga tradisional semestinya menjadi solusi bagi pemerintah dalam menghadapi tantangan masuknya faham radikalisme dan intoleransi . Tak kalah pentingnya, terobosan pendidikan dengan menghadirkan kurikulum pendidikan Pancasila dengan pendekatan kearifan lokal di sekolah dari jenjang paling dasar hingga lanjutan.
Kelak mereka yang beranjak dewasa bisa memahami pribadinya dan orang-orang di sekitar. Terutama miliki sikap bela rasa, negara, dan bangsa,” ujar Dosen Unimed tersebut.
Dalam Penutup kegiatan FGD Analis Kebijakan Ahli Madya BPIP Yelvi Azwita menyampaikan sudah merangkum, mencatat, menyimak masukan-masukan dari Bapak/Ibu narasumber dan peserta diskusi, tindak lanjut dari hasil diskusi ini akan menjadi usulan langkah strategi dan rekomendasi yang akan disampaikan kepada pimpinan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan.
Setelah istirahat, kegiatan FGD dilanjutkan dengan sarasehan budaya dengan penampilan sejumlah komunitas budaya yang ada di lingkup pemerintahan Kabupaten Deli Serdang. Di antaranya penampilan permainan rakyat rangkualu, musik tradisional, tari tradisional, teatherikal serta pantun.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan harapan memperkuat karakter masyarakat Indonesia melalui kearifan lokal dan budaya di daerah masing-masing dan dapat mengikis sedikit demi sedikit sikap intoleran dan aksi-aksi intoleran yang terjadi saat ini.(efri/red)