MEDAN, kaldera.id – Ketum PB Nahdlatul Ulama (NU) KH Yahya Cholil Staquf membuka Konferwil NU Sumut. Menurutnya, sebagai organisasi Islam yang besar di dunia, para kadernya harus kembalikan niat berkhidmat di NU untuk Islam.
“Seharusnya dengan orang yang begitu banyak saat ini NU menjadi kuat. Tapi hari ini harus diakui kita merasa lemah. Hal ini dikarenakan kekuatan NU masih pada jumlah, maka kita harus menemukan cara untuk menghimpun jumlah ini menjadi sebuah kekuatan,” kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, saat membuka Konferensi Wilayah (Konferwil) Nahdlatul Ulama Sumatera Utara ke 18, Jumat (9/9/2022) di Asrama Haji Medan.
Dengan suara yang lantang Cholil menegaskan, NU harus bergerak dan berubah dan tidak boleh pasrah dengan keadaan.
“Hanya satu obatnya, mari kita kembali niatkan berkhidmat di NU untuk agama. Bukan untuk mencari peluang untuk menjadi pejabat, untuk menjadi komisaris, dan mendapatkan bantuan, tapi niatkan untuk agama. Kalau kita ingin bebas dari fitnah yang diderita selama ini,” tegas Cholil yang disambut tepuk tangan peserta Konferwil.
Yahya Cholil berharap, Konferesi Wilayah Nahdlatul Ulama Sumatera Utara akan menjadi konferwil yang solid. Baik dalam hal program-program kerja, maupun keputusan baru untuk kemajuan Nahdlatul Ulama Sumatera Utara.
Disebutkannya, Nahdlatul Ulama adalah “imaroh”, yakni tempatnya urusan. Jika selama ini umat mengganggap ada pemisahan antara umara dengan ulama, sebenarnya ini adalah pemisahan yang datang pada kenyataan.
Urusan Nahdlatul Ulama juga “imaroh”, maka para kiyai yang menjadi pimpinan NU adalah juga ulil amri. Termasuk di dalam perintah “taat kepada Allah, taat Rasul dan taat pada pimpinan” maka warga NU wajib mematuhinya.
Dengan demikian, NU merupakan wujud dari tanggungjawab, bahwa menjadi pimpinan atau pengurus NU adalah memikul tanggungjawab besar. “Tanggungjawab terhadap kepemimpinan agama, karena NU didirikan sebagai tempat berkumpulnya para ulama”, kata Cholil.
Lanjut Cholil, mengapa para ulama perlu berkumpul dalam organisasi NU, karena ada kewajiban umat Islam untuk mengikuti ulama. “Agar selamat umat harus mengikuti ulama. Maka ancaman-ancaman yang berat apabila umat lari meninggalkan ulama,” katanya.
Singgung Kenaikan BBM
Lebih jauh disebutkan, NU ikut mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan bukan sekadar ikut merdeka dari penjajah. Namun NU ikut mendirikan NKRI. “Karenanya NU mempunyai tanggungjawab untuk mempertahankan NKRI sebagai tempat maslahah bagi seluruh warganya. Ini adalah tanggungjawab kenegaraan”.
Karenanya NU tidak boleh abai dengan dinamika kenegaraan yang terjadi saat ini. Warga NU harus ikut merasakan keadaan sulit yang sedang dihadapi negara saat ini. Misalnya soal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Baru saja pemerintah menaikkan harga BBM. Memang kita lagi susah, tapi jika tidak dinaikkan negara akan lebih susah, karena keadaan memang sedang susah. Kebijakan pemerintah ini harus kita maklumi dan NU harus membantu pemerintah dengan sungguh-sungguh agar keadaan lebih ringan ditanggungkan oleh rakyat. Ini termasuk bagian dari tanggungjawab NU,” bebernya.
Wakil Gubernur Sumatera Utara, H Musa Rajekshah pada kesempatan itu mengatakan, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berkepentingan dengan kehadiran NU dalam pembangunan. Masukan dari NU sangat penting dalam pembangunan masyarakat Sumatera Utara yakni pembangunan mental dan spiritual.
“Mudah-mudahan hubungan baik PWNU dengan Pemrovsu tetap terjalin dan selalu mendampingi pemerintah untuk menjalankan pembangunan,” ujar Rajekshah.
Ketua Panitia Konferwil ke 18 PWNU Sumut Drs H Misran Sihaloho MSi menyampaikan, masa khidmat PWNU Priode 2017-2020 akan berakhir pada 16 Oktober 2020. Berdasarkan itulah PWNU Sumut membentuk panitia Konferwil.Tema Konferwil NU Sumut ke 18 ini adalah “Konsolidasi Nahadlatul Ulama Sumut, Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru”.
Peserta Konferwil ini adalah unsur PBNU,pengurus PWNU Sumut, Badan Otonom, Lembaga dan Lajnah, PCNU se Sumut, para ulama dan pimpinan pondok pesantren. Namun pelaksanaan Konferwil hanya diikuti sekira 300 orang.(reza/red)