Hardi Mulyono: Edy Harus Minta Maaf Terkait Kisruh Pelantikan Pejabat

Sekretaris Dewan Pertimbangan DPD Golkar Sumut, DR KRT H Hardi Mulyono Surbakti, MAP
Sekretaris Dewan Pertimbangan DPD Golkar Sumut, DR KRT H Hardi Mulyono Surbakti, MAP

 

MEDAN, kaldera.id – Sekretaris Dewan Pertimbangan DPD Golkar Sumut, DR KRT H Hardi Mulyono Surbakti, MAP., menilai, dilantiknya orang meninggal, sudah pensiun dan OTT menjadi pejabat eselon III dan IV oleh Gubsu Edy Rahmayadi, mencerminkan buruknya pola kepemimpinan.

Dikatakan Hardi Mulyono, Kepala BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Sumut berani bertindak sembrono di dalam mengajukan nama-nama calon pejabat eselon tersebut untuk dilantik oleh Gubsu, karena dia tau persis bagaimana buruknya pola kepemimpinan Gubsu sebagai atasannya di dalam memimpin Pemprov Sumut.

“Kalau Edy itu konsisten dan melaksanakan tupoksinya secara benar, pastilah para pembantunya tidak berani bekerja sembrono. Pola kepemimpinan Edy Rahmayadi itu sangat buruk. Wajarlah jika hingga enam bulan menjelang akhir masa jabatan, nyaris tak ada kinerja yang layak diacungi jempol,” tegas Hardi Mulyono, dalam siaran pers yang diterima, Jumat (3/3/2023).

Rektor UMN ini menilai perilaku Kepala BKD Sumut tersebut, boleh jadi juga terjadi pada pembantu Edy lainnya. Karenanya, sangat masuk akal jika kinerja Edy dan pembantunya tidak ada yang memuaskan. Pada gilirannya, visi-misi Sumut Bermartabat itu cumalah sebatas ucapan belaka.

Dalam konteks ini, Hardi mengatakan Edy tak cuma harus mau mengakui kesalahan di dalam melantik pejabat eselon tersebut. Lebih dari itu, Edy harus berani meminta maaf kepada masyarakat Sumut, karena tidak mampu memimpin Sumatera Utara sebagaimana mestinya.

“Kalau Edy memang ksatria, dia harus berani meminta maaf kepada masyarakat Sumut, bahwa dia tidak mampu memimpin Sumut sebagaimana mestinya selama 4,5 tahun memimpin Sumut,” tukasnya.

Buruknya kinerja Edy Rahmayadi memimpin Sumut, sesungguhnya sudah dilontarkan Hardi Mulyono sejak jauh hari sebelumnya. “Itulah, kenapa kemudian sejak setahun lalu saya sudah berani menyatakan, bahwa Golkar tidak akan lagi mencalonkan Edy pada Pilgubsu mendatang,” sebut Hardi.

Sebagaimana ramai diberitakan, saat melantik 911 pejabat eselon III dan IV (Selasa, 21/2/23), terdapat dua orang telah meninggal dunia, satu orang OTT (Operasi Tangkap Tangan), dan beberapa sudah pensiun.

Jangan Tutup Mata

Sebagai Sekretaris Wantim DPD Golkar Sumut, Hardi Mulyono juga minta Fraksi Golkar dan seluruh anggota Fraksi Golkar DPRD Sumut tidak tutup mata terhadap berbagai masalah menyangkut kepemimpinan Edy Rahmayadi sebagai Gubsu.

“Fraksi Golkar DPRD Sumut jangan tutup mata dan diam saja terhadap ketidakbecusan kepemimpinan Edy di dalam memimpin Sumut. Sebab, ketidakbecusan itu berdampak kepada masyarakat, dan anggota fraksi adalah para wakil rakyat dan perpanjangan partai,” harap Hardi.

Hardi minta kepada Ketua DPD Golkar Sumut untuk memantau kinerja para anggota Fraksi Golkar DPRD Sumut, dan kinerja tersebut bisa menjadi rekomendasi untuk pengajuan calon anggota legislatif pada Pileg 2024 nanti.

Menjelang enam bulan berakhirnya masa kepemimpinan Edy Rahmayadi sebagai Gubsu, lanjut Hardi, mestinya dimanfaatkan oleh Fraksi Golkar DPRD Sumut untuk melakukan evaluasi kinerja Edy. “Apakah sudah sesuai dengan visi-misinya, atau malah jeblok tanpa prestasi sama sekali,” pungkasnya.(rel/red)