Prof. Syawal Gultom saat menjadi pembicara di FE Unimed membahas akreditasi fakultas tersebut yang saat ini memiliki 9 prodi.
Prof. Syawal Gultom saat menjadi pembicara di FE Unimed membahas akreditasi fakultas tersebut yang saat ini memiliki 9 prodi.

MEDAN, kaldera.id –  Prof. Syawal Gultom, ketua Senat Universitas Negeri Medan, mengungkapkan saat ini lulusan perguruan tinggi tidak cukup hanya dengan berbekal ijazah tapi harus dilengkapi sertifikat kompetensi keahlian sebagai pendukung.

Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara di aula Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan (Unimed), Selasa (6/6/2023), dengan topik penyusunan dokumen UPPS akreditasi unggul/internasional. Prof. Syawal menyampaikan materinya setelah acara itu dibuka resmi Rektor Unimed Prof. Syamsul Gultom dan Dekan Fakultas Ekonomi Prof. Indra Maipita.

Hadir juga dalam acara itu Wakil Rektor I Prof. Restu, Wakil Rektor II Prof. Martina Restuati, Dekan Fakultas MIPA Prof. Fauziyah Harahap, Wakil Dekan I FE Unimed Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, Wakil Dekan II Dr. Azizul Khalis, Wakil Dekan III Tauada Silalahi, para ketua jurusan, sekretaris jurusan, ketua prodi, serta para dosen task force untuk reakreditasi program studi di FE Unimed.

Prof. Syawal memaparkan dari awal bahwa output akreditasi itu pada akhirnya adalah kualitas lulusan. “Memang kita harus sama-sama mengejar predikat akreditas ini agar bisa unggul. Sekarang di FE Unimed ada 2 program studi yang unggul, 4 prodi baik sekali dan 3 baik. Inilah harapan saya agar yang tiga ini juga bisa langsung loncat ke unggul,” harapnya.

Menurut dia, dulu saat akreditasi di BAN PT predikat itu tidak bisa loncat dari baik menjadi unggul. “Tapi sekarang memungkinkan,” jelasnya. Maka seluruh fungsionaris dan tim di FE harus bekerja keras agar semua unggul. “Itu harapannya ya.”

Karena, memang, kata Prof. Syawal lagi, akreditasi itu tak akan berarti apa-apa kalau lulusan tak punya kemampuan. “Saya berikan gambaran begini. Katakanlah dari lulusan ilmu ekonomi, kalaupun mereka jadi ilmuwan atau ekonom itu paling lima persen. Sisanya 95 persen tentu harus bekerja. Misalnya unggul pun akreditasi kita, kalau tak punya kemampuan lain, ya tak bisa apa-apa,” kata Prof. Syawal.

Prof. Syawal mengatakan lulusan dari FE seharusnya juga dilengkapi dengan sertifikat keahlian lain. “Misalnya yang lulus dari akuntansi, mereka tak hanya punya ijazah. Tapi juga punya sertifikat kompetensi ahli dalam laporan keuangan. Maka mereka akan mudah diserap di lapangan kerja. Intinya memang akreditasi ini pun pada akhirnya pada bagaimana lulusan kita menghadapi persaingan,” ungkapnya.

Akan sangat menyedihkan kalau kemudian lulusan FE ini tak bisa diserap hanya karena akreditasinya B atau C, kata dia. “Zholim kita kalau kemudian hanya gara-gara akreditas FE ini rendah lalu lulusan kita tak bisa apa-apa di luar,” ungkapnya.

Prof. Syawal Gultom mengungkapkan fakultas harus menyiapkan paket-paket sertifikasi yang bisa dimiliki mahasiswa. “Tidak bisa lagi sekadar kurikulum. Jadi memang akreditasi ini pekerjaan besar yang harus meliputi semua aspek. Fakultas harus punya lembaga sertifikasi,” kata dia.

Seperti biasa dalam setiap kali memberi paparan Prof. Syawal memunculkan pernyataan-pernyataan yang membuka wawasan. Termasuk misalnya saat dia menjelaskan bagaimana sekarang dunia pendidikan berkembang.

“Saya katakan untuk belajar bahasa Inggris saja kita tidak bisa pakai metode lama. Coba lah kalau sekarang siswa masuk kelas yang diajarkan hanya tenses. Padahal metode sudah berubah. Begitu juga kita di kampus, kita harus melihat peluang apa yang bisa ditangkap mahasiswa ke depan,” jelasnya.

Dalam progres akreditasi ke depan, dia menekankan pentingnya evaluasi diri. “Semua kita harus bekerja maksimal. Menampilkan semua data secara akuntabel dan transparan. Task force dan fungsionaris harus bekerja maksimal,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut Rektor Unimed Prof. Syamsul Gultom juga meminta agar seluruh dosen dan tim yang ditunjuk untuk reakreditasi bekerja maksimal. “Bagaimanapun karena ini adalah standar dan ada perubahan dari 7 standar ke 9 standar tentu harus bekerja keras. Saling dukung dan support. Tidak membiarkan beberapa orang saja yang bekerja. Karena ini untuk kita semua,” katanya.

Dia mengatakan ke depan seluruh prodi yang ada di Unimed harus mengejar akreditasi ini karena sekarang sudah dengan Lamemba dan Lamdik. “Dulu masih dengan BAN PT. perubahan-perubahan itu harus kita adopsi untuk kualitas pendidikan dan lulusan yang lebih baik,” ujarnya.

Dekan FE Unimed Prof. Indra Maipita juga melaporkan untuk reakreditasi ini sudah harus dijalankan terutama prodi baru. “Kita ada tiga prodi baru. Dan statusnya baru akreditasi awal karena ketika dibentuk belum ada lulusan. Maka ini kita upayakan agar reakreditasi dan kelak bisa kita masuk kriteria unggul.”

Walaupun terjadi perubahan Prof. Indra Maipita yakin dengan tim yang solid dan saling dukung proses ini akan berjalan maksimal. Sehingga 9 prodi yang ada di FE semuanya bisa unggul, kata dia.