MEDAN, kaldera.id – Sekretaris Umum (Sekum) Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) Sumut M.Said Tanjung meminta para atlet panahan Sumut mendapatkan pendampingan psikologis.
Khususnya dalam persiapan jelang laga di arena PON XXI Aceh-Sumut yang akan digelar 2024 mendatang.
Hal ini dikatakan M.Said Tanjung dihadapan para atlet, Drs Jamal Abdul Nasir Siregar (pelatih), Nazamuddin Saragih SE (pelatih), Drs Musa Ritonga (Wasping KONI Sumut) dan Isna Niyah (Dispora Sumut) di lapangan panahan UPT Disporasu Jalan Wiliam Iskandar Medan, Rabu (29/11/2023)
“Dari evaluasi yang kami lakukan dengan tim pelatih, di mana atlet yang berlatih telah memenuhi target untuk mencapai skor yang telah ditentukan atau mumpuni seimbang dengan atlet Pelatnas. Namun, sangat disayangkan saat mengikuti uji coba skor dalam pertandingan anjlok tidak sesuai dengan saat latihan”, ujar M Said Tanjung
Ia mengatakan masalah yang terjadi tidak dipungkiri percaya diri para atlet menurun. Bisa jadi aura saat latihan dan saat pertandingan berbeda. Bisa jadi juga dikarenakan atlet merasa gugup atau juga terasa sebagai beban. Sementara saat latihan yang sifatnya tanpa beban, atlet malah bisa mencapai skor nasional.
“Nah ini salah satu alasan mengapa kami rasa memang perlu adanya pendampingan mental dan performa psikologis ini, yang akan kami berikan kepada atlet sehingga dapat meningkat mental tentunya mental juara pada PON nantinya,” sebutnya.
Sementara itu, Drs Musa Ritonga mengatakan akan berkoordinasi dengan pihak KONI Sumut berkaitan dengan . pendampingan psikologis ini yang akan diberikan kepada para atlet.
“KONI Sumut ada memiliki tim psikolog. Nanti saya akan berkoordinasi dengan Ketua KONI Sumut, jika diperkenankan nanti langsung masuk pada ritme pelatihan daerah untuk melihat dari dekat kenapa mental atlet saat latihan berbeda pada saat pertandingan”, sebutnya.
Disisi lain, Jamal Abdul Nasir Siregar mengatakan mental atlet dapat mempengaruhi dirinya disebabkan banyak tantangan dan tuntutan yang tidak jarang membuat para atlet mengalami masalah dalam kesehatan mental. Tidak hanya mempengaruhi mental saja tapi dapat juga mengganggu performa atlet yang berpotensi menyebabkan tidak fokus untuk membidik busur panah ke sasaran.
“Untuk meningkatkan mental para atlet selain mendatangkan psikolog tentu para atlet harus mengikuti uji coba sebanyak 12 kali sebelum terjun ke arena PON. Untuk saat ini Perpani Sumut baru 2 kali melakukan uji coba di Bandaaceh dan Bogor. Hal ini tentunya para atlet masih membutuhkan 10 kali uji coba. Sebaiknya uji coba dilakukan di pulau Jawa”, sebutnya.
Jamal menambahkan dengan dilakukan uji coba tentunya untuk menambah jam terbang, pengalaman dan tentu dapat memperbaiki mental atlet untuk bertanding. Semakin banyak atlet melakukan ujicoba atau mengikuti kejuaraan panahan maka akan semakin baik mental atlet tersebut karena dengan mengikuti kejuaraan tentunya semakin percaya diri.
Lebih lanjut ia menuturkan untuk saat ini ada 7 atlet yang mengikuti program Pelatda. Bukan berarti atlet Pelatda tersebut aman dan nyaman karena Perpani Sumut tetap melakukan promosi dan degradasi hingga akhir Desember 2023. Apalagi pada 15-17 Desember 2023 akan digelar Kejurda Panahan sebagai ajang seleksi untuk penambahan kuota.
“Sebagai orang panahan saya meminta kepada KONI Sumut untuk menyetujui kuota 18 atlet untuk PON XXI/2024 karena progresnya ke depan sebagai pembinaan jangka panjang”, tuturnya.
Jamal menambahkan bicara panahan kita harus melihat sejarah panahan Sumut di arena PON. Pada PON XI/1985 Jakarta di mana Sumut sudah berhasil mendulang medali. Pada PON XII/1989 Jakarta kontingen Sumut berhasil mendulang emas atas nama Wilson Pane. Mulai PON XV hingga PON XIX atlet Sumut absen karena gagal di Pra PON. Pada PON XX/2021 Papua atlet Sumut kembali berlaga meskipun tanpa medali.
“Nah pada PON 2024, Sumut sebagai salah satu daerah yang menjadi tuan rumah seharusnya menurunkan atlet sesuai dengan kuota”, pungkasnya. (pengawal)