Ketua Kadin Sumut Firsal Ferial Mutyara
Ketua Kadin Sumut Firsal Ferial Mutyara

 

MEDAN, kaldera.id –  Ketua Kadin Sumut Firsal Ferial Mutyara mengingatkan semua pihak terutama pemangku kepentingan untuk mewaspadai penurunan daya saing ekonomi Sumut dibanding Sumatera Selatan yang kini lebih baik.

Hal itu disampaikannya kepada media di kantornya saat wawancara kemarin. Firsal Ferial Mutyara yang akrab disapa Dida itu menyatakan tahun lalu saja ekonomi Sumut jika dilihat dari growth (angka pertumbuhan) sudah kalah dari Riau.

“Tahun lalu kita kalah dengan Riau karena PDRB kita di bawah mereka. Tahun ini kemungkinan kita akan kalah dari Sumatera Selatan karena mereka memiliki migas dan tambang yang potensinya terus meningkat,” kata dia.

Dari data BI tentang laporan keuangan provinsi-provinsi Pulau Sumatera menunjukkan ekonomi Sumatera Selatan tumbuh kuat hingga dikuartal ketiga 2023. Ekonomi mereka tumbuh di 5,08 persen dan di kuartal sebelumnya berada di posisi 5,24 persen. Lapangan usaha penopang pertumbuhan daerah ini adalah pertambangan dan industri pengolahan. Di Sumatera Selatan tingkat pengangguran terbuka 4,11 persen di Agustus 2023 atau turun dari periode sebelumnya.

Sementara Sumatera Utara hingga kuartal ketiga 2023 tumbuh 4,9 persen. Pertumbuhan tersebut lebih lambat daripada triwulan sebelumnya. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka berada di angka 5,89 persen, menurut dari periode sebelumnya di angka 6,16 persen.

Angka tersebut, menurut Firsal Mutyara, menjadi warning karena pertumbuhan Sumut dibawah Sumsel. Sementara pengangguran terbuka di Sumut lebih tinggi dibanding Sumatera Selatan. “Warning ini. Kalau kita tidak berbuat maksimal mengagendakan langka mendorong pertumbuhan lebih tinggi bisa saja provinsi lain pun akan melewati Sumut lagi,” tuturnya.

Firsal Ferial Mutyara kemudian menunjukkan secara umum kapitalisasi ekonomi Sumut itu akan berada di bawah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Riau dan kemudian Sumatera Selatan. “Ini menyangkut perputaran ekonomi. Semakin besar perputarannya akan kian tinggi pula dorongannya untuk kemajuan daerah,” jelasnya.

“Saya kira tantangan ekonomi Sumut ke depan akan lebih berat sehingga diperlukan terobosan untuk mengatasinya. Bukan saja soal kapitalisasi ekonomi yang semakin menurun tapi juga tantangan dari sisi ketenagakerjaan,” katanya. Menurut dia, problem yang terjadi di Sumut akan ada tiga hal sepanjang tahun ini. Pertama adalah soal pertumbuhan ekonomi, kedua ketenagakerjaan dan ketiga kependudukan, jelas Firsal.

Dia mengatakan kebijakan ketenagakerjaan tahun ini pun tidak akan begitu menguntungkan Sumut. “Terutama soal sistem pengupahan. Terkait ini sebenarnya ada hal yang tidak sempat terfikirkan oleh kita. Bahwa mobilisasi ketenagakerjaan akan membuat kita kewalahan.”

Menurut dia, para perkaja yang punya kapasitas dan bagus dalam bekerja dikhawatirkan akan pindah ke provinsi tetangga. Menurut Firsal Mutyara, perpindahan tenaga kerja ini terjadi karena mereka terampil dengan harapan upah yang lebih tinggi. “Kita lihat di statistik dengan pemikiran bahwa orang yang bagus, tenaga terampil sampai buruh kasar, pemanen sawit, administrator dan juga fresh graduate akan mencari tempat yang lebih menjanjikan.”

Alasannya karena perputaran uang di sana lebih tinggi, jelas Firsal Mutyara. Margin di provinsi tetangga seperti Sumatera Selatan dan Riau itu akan lebih tinggi, otomatis investasi pun akan banyak masuk ke sana. “Tentu para pekerja memikirkan tempat yang paling menjajikan.”

“Saya kira ke depan Sumut harus memikirkan ini agar jangan ditinggalkan orang terbaik. Para pekerja adalah orang terbaik. Harus difikirkan agar mereka tetap berada di provinsi kita,” jelasnya.

Menurut dia, kalaupun dihitung berdasarkan biaya produksi, antara upah yang dibayarkan dengan yang dihasilkan tidak akan terlalu mempengaruhi. Itu sebabnya, jelas dia, perlu inisiatif untuk tetap menjaga, terutama pekerja terampil yang ada di sini untuk bertahan.