Armin Nasution
Armin Nasution

Oleh Armin Nasution

MEDAN, kaldera.id – KAMIS, 8 Agustus lalu sekira pk.18.00 muncul panggilan dihandphone saya dengan nomor tak dikenal. Biasanya kalau nomornya saya simpan akan muncul langsung namanya. Ini hanya inisial DP1000 dengan nomor awal 0819.

Saya memang tak selalu menyimpan nomor yang tak akrab atau kenal dekat dengan saya. Jadi kalau ada nomor panggilan masuk yang tidak tersimpan biasa saya simpulkan hanya dari penawaran pinjaman online, penyedia jasa atau juga penagih utang.

Tapi karena saya lihat nomor tersebut agak unik setelah dua kali panggilan saya terima. Tanpa mengenalkan diri atau menyapa dengan salam atau ucapan apa pun langsung saja suaranya terdengar: “Ah hebat kali tulisan itu ya maunya bacalah data-data dari BPS bandingkan dengan kondisi Sumut dan nasional,”

Langsung saya respon:” Oh Dolly rupanya. Sudah lima tahun tak telefon. Tumben telefonan.” Agak aneh memang, karena selama ini pun kami tidak pernah berkomunikasi. Dari pembuka percakapan itu Dolly Pasaribu yang sekarang menjabat Bupati Tapsel merasa tak terima dengan yang dipublikasi di harian ini atas dua tulisan sebelumnya.

Hanya saja dia tidak spesifik menjelaskan dan mengklarifikasi data atau mengadunya dengan data yang dipegangnya. Intinya pembicaraan soal isi tulisan dan data hanya sedikit. Yang panjang lebar dibahasnya adalah soal keyakinannya bahwa dia akan memenangkan pemilihan kepala daerah di Tapsel melawan Gus Irawan Pasaribu, anggota DPR RI yang juga akan mencalonkan diri jadi Bupati Tapsel.

Dan menurut saya yang dibicarakannya tendensius termasuk beberapa hal soal majunya Gus Irawan Pasaribu di Tapsel dan tentang hubungan keluarganya. Sampai muncul beberapa kalimat yang menurut saya tak etis untuk dituliskan di kolom ini. Intinya di kepemipinannya sekrang, Dolly Pasaribu merasa lebih hebat dari bupati terdahulu Syahrul M Pasaribu. Ukuran tersebut kata dia dari indikator kinerja soal penduduk miskin, pengangguran serta indeks pembangunan manusia.

Sebenarnya di tulisan pekan lalu sudah banyak data saya munculkan terkait kinerja makro Pemkab Tapsel. Untuk menilai satu daerah berprogress lebih baik sebenarnya bisa dengan dua cara. Pertama, membandingkan kepemimpinan Syahrul M Pasaribu dengan Dolly Pasaribu sekarang.

Nah jika melihat kondisi ini otomatis angka-angka kinerja makro pasti akan lebih baik yang sekarang. Kenapa? Karena secara nasional progressnya memang meningkat. Baik itu kondisi kemiskinan, pengangguran, indeks pembangunan manusia dan indikator lain. Jadi semua daerah di Indonesia berpacu meningkatkan capaiannya. Maka kalau kita lihat pasti indikator makro kepemimpinan Presiden Jokowi periode kedua lebih baik dari sebelumnya. Dan itu menyebar ke semua provinsi serta kabupaten kota di Indonesia.

Akan anomali misalnya jika seluruh pemerintah kabupaten kota di Indonesia ini progresnya naik dibanding periode sebelumnya di Tapsel malah turun. Itu akan aneh sekali. Atau misalnya secara nasional, Pemkab Tapsel naik sendiri indikator makronya maka itu juga akan anomali. Tapi anomali yang positif sebab bisa mengalahkan seluruh pemerintah daerah lain.

Cara membandingkan yang kedua untuk melihat progres Tapsel bisa dengan membandingkan dengan 33 kabupaten kota lain di Sumatera Utara. Apakah Tapsel yang sebenarnya kabupaten induk dari Mandailing Natal, Padangsidimpuan, Padang Lawas, Padang Lawas Utara lebih baik kinerja makronya? Begini saja, saya kutip saja hasil publikasi BPS berjudul indikator strategis Kabupaten Tapsel 2019-2023. Pada halaman tujuh dijelaskan persentase penduduk miskin di Tapanuli Selatan pada periode 2019-2023 secara rata-rata adalah 8,19 persen.

Persentase Penduduk Miskin di wilayah ini cenderung menurun sejak tahun 2021 (8,80 persen) menjadi 7,01 persen pada tahun 2023. Meskipun ada penurunan dalam persentase penduduk miskin, Indikator Indeks Kedalaman Kemiskinan di Kabupaten Tapanuli Selatan cenderung konstan (tidak berubah-red) selama periode 2019-2023, dengan rata-rata 1,02.

Namun, ada pengecualian pada 2021 ketika indeks meningkat hingga 1,53. Lonjakan pada 2021 menunjukkan penduduk miskin pada tahun tersebut berada pada kondisi yang lebih parah dibandingkan tahun-tahun lainnya. Fenomena serupa juga terlihat pada Indeks Keparahan Kemiskinan. Selama periode 2019-2023, nilai rata-rata indeks ini adalah 0,21, tetapi pada tahun 2023 meningkat hingga mencapai 0,4. Lonjakan ini mengindikasikan adanya peningkatan dalam ketidakmerataan pengeluaran di kalangan penduduk miskin.

Paparan tersebut jelas menggambarkan kondisi penduduk miskin di Tapsel. Secara persentase berkurang namun kondisi kemiskinan ternyata tetap parah. Hal ini sejalan dengan gini ratio atau ketimpangan pendapatan di Tapsel.

Masih dari publikasi BPS yang sama di halaman delapan dijelaskan pada 2019-2023, nilai gini ratio di Kabupaten Tapanuli Selatan secara rata-rata tercatat sebesar 0,227, mencerminkan ketimpangan pendapatan yang relatif moderat.

Meskipun nilai gini ratio di wilayah ini tidak terlalu tinggi, fluktuasi yang terjadi menunjukkan adanya ketidakstabilan dalam pemerataan pendapatan di Kabupaten Tapanuli Selatan. Jelas ya, ada ketidakstabilan pemerataan. Pada 2023, nilai gini ratio di Tapanuli Selatan tercatat sebesar 0,219. Angka ini menunjukkan peningkatan ketimpangan pendapatan dibandingkan tahun sebelumnya yang berada pada angka 0,209.

Indikator-indikator inilah yang membuat saya kemudian di dua tulisan sebelumnya menyatakan capaian kinerja makro di Tapsel biasa-biasa saja. Tidak usah membandingkan jauh-jauh dengan rata-rata Sumatera Utara atau nasional karena jika dibandingkan dengan rata-rata provinsi dan nasional ada daerah yang sangat rendah dan ada yang sangat tinggi. Bandingkan saja dengan pemerintah kabupaten kota yang lain di Sumut.

Saya hanya melihat, kepala daerah lain bekerja diam-diam memajukan daerahnya tanpa perlu pencitraan atau memamerkan penghargaan untuk dipublikasi. Terus apa pengaruhnya telefon Bupati Tapsel itu?

Tidak mempengaruhi apapun dan tidak juga mengubah angka indikator kinerja. Apalagi saya tidak menyimpan nomor bupati ini. Ya itu tadi, nomor yang tidak saya simpan saya anggap saja kadang mungkin yang mau menawarkan pinjaman online, penawaran kartu kredit atau bisa jadi menagih utang.

Waktu ditelefon saya jawab ke Bupati Tapsel, sebenarnya masih banyak tulisan-tulisan saya tentang Tapsel tapi tentu tak perlu semua harus dipublikasi dalam waktu bersamaan.