Dokumentasi saat Irwansyah Harahap (tengah) tampil di panggung Pasar Hamburg 2017. Kelompok musik Suarasama asal Medan memukau penonton dengan kombinasi musik etnik dunia. (dw/kaldera)
Dokumentasi saat Irwansyah Harahap (tengah) tampil di panggung Pasar Hamburg 2017. Kelompok musik Suarasama asal Medan memukau penonton dengan kombinasi musik etnik dunia. (dw/kaldera)

MEDAN, kaldera.id – Salah satu musisi dunia yang dimiliki Kota Medan, Sumatera Utara, Irwansyah Harahap, meninggal dunia Kamis (4/11/2021) dinihari di RSUP H Adam Malik, Medan.

Pendiri grup Suarasama dan dosen USU ini, dikenal sebagai seniman musik yang selalu aktif dalam berbagai pertunjukan dan edukasi musik dunia.

Kabar wafatnya Irwansyah beredar di media sosial. Ungkapan duka cita disampaikan Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik. Dalam postingannya di akun media sosialnya, ia menyampaikan kekagumannya atas kontribusi Irwansyah Harahap dalam perkembangan seni di Sumatera Utara hingga ke manca negara.

“Selamat jalan saudaraku Irwansyah Harahap seniman musik yang sangat mengagumkan. Musikmu membangkitkan kesadaran anak-anak jalanan yang kami dampingi. Kelompok musik alternatif yang belasan tahun malang-melintang menghantarkan kemandirian menyikapi hidup yang keras. Karyamu selalu membekas, doaku untukmu semoga tenang dan bahagia di sisi Allah SWT,” tulisnya.

Irwansyah Harahap merupakan seniman musik Sumatera Utara yang lahir di Medan pada tanggal 21 Desember 1962. Informasi yang dikutip dari berbagai sumber menyebutkan Irwansyah Harahap tumbuh di lingkungan keluarga penggemar musik.

Sejak usia 5 tahun, Irwansyah mulai mengenal gitar dan memainkan lagu-lagu klasik, lalu saat remaja perhatiannya tertuju pada musik jazz. Ia mengambil Jurusan Etnomusikologi (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Sumatera Utara (USU) di tahun 1983. Kemudian, Irwansyah melanjutkan pendidikan Master Etnomusikologi di University of Wellington Seattle, AS.

Semasa kuliah, Irwansyah aktif terlibat dalam kegiatan seni musik tradisional Batak di Lembaga Kesenian USU, mulai dari memainkan alat tabuh Taganing, alat petik hasapi hingga ansambel gordang sambilan Mandailing. Melalui aktivitas ini, ia pun berkesempatan mengikuti misi kesenian ke beberapa negara Eropa dan Asia. Irwansyah juga pernah bertemu dan belajar dengan sejumlah seniman ternama, seperti Edward C. van Ness, Sujath Khan, Akhram Khan, Silvestre Randafison, Darius Talai, dan Nusrat Fateh Ali Khan.

Pada dasarnya, karya-karya musik Irwansyah mengacu pada elemen konseptual maupun praktikal dari berbagai kebudayaan musik tradisi dunia (roots music).

Setelah merampungkan studi master, Irwansyah dan istrinya Rithaony Hutajulu membentuk Suarasama, kelompok musik yang memainkan karya berbasis musik tradisi dunia. Bersama Suarasama, ia melahirkan sejumlah album musik, di antaranya “Fajar di Atas Awan”, “Rites of Passages”, “Lebah” dan “Timeline”. Selain itu, mereka juga kerap diundang dalam berbagai festival di dalam dan luar negeri, salah satunya forum Asia Pasific Performance Exchange (APPEX) 1997 di Los Angeles, Amerika Serikat.

Karya terakhir Irwansyah bersama Suarasama adalah lagu Syair Cinta, Membaca Ulang Pesan Boris Pasternak. Lagu ini dapat didengarkan melalui Spotify, Joox, Youtube dan plarform digital lainnya mulai tanggal 26 Maret 2021.(f rozi)