Liverpool dan Keadilan Sepak Bola

Agus Salim Ujung
Agus Salim Ujung

Oleh: Agus Salim Ujung

Terjangan pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) yang memaksa semua kompetisi sepak bola di seantero jagad dihentikan pada Maret yang lalu, sempat memunculkan wacana pembatalan semua kompetisi, yang berujung pada buyarnya impian Liverpool menjadi jawara, yang sejatinya sudah berada di pelupuk mata.

Betapa tidak, saat itu sebenarnya The Reds Liverpool hanya membutuhkan dua kemenangan lagi untuk menyegel gelar juara Premier League. Wacana penghentian kompetisi ini tentu sangat menggembirakan bagi para fans klub pesaing Liverpool, khususnya sang rival abadi, Manchester United.

Namun, mimpi para pesaing itu pun buyar seketika, saat otoritas sepak bola di negerinya Queen Elizabeth itu memutuskan melanjutkan kompetisi pertengan Juli kemarin, mengikuti jejak Bundesliga Jerman, Liga Belanda, La Liga Spanyol dan Serie A Italia.

Akhirnya setelah melakoni hanya dua pertandingan dengan hasil ditahan imbang rival sekota Everton 0-0 dan menang meyakinkan atas Crystal Palace 4-0, Mohamed Salah dkk sudah bisa meraih gelar juara, karena di saat bersamaan Manchester City tampil melempek dan keok di kandang Chelsea, 1-2.

Kendati Premier League masih menyisakan 7 pertandingan lagi, raihan poin Liverpool (86) sudah tidak mungkin lagi dikejar City, yang saat ini hanya mampu mendulang poin 63. Dengan kata lain tim asuhan Pep Guardiola itu maksimal hanya bisa meraih 84 poin jika memenangkan semua sisa pertandingan.

Keberhasilan Liverpool meraih gelar setelah melakoni penantian panjang selama 30 tahun merupakan sebuah keadilan di dalam sepak bola. Artinya bisa dianggap sebuah kezaliman, di saat Jordan Henderson dkk sudah hampir pasti juara, tiba-tiba muncul usulan untuk membatalkan kompetisi dengan dalih pandemi corona.

Liverpool yang Dominan Musim Ini

Seluruh punggawa Liverpool dan para Liverpudlian di seluruh jagad, wajar mendapatkan haknya sebagai jawara Liga Inggris musim ini, karena sentuhan tangan dingin Jurgen Klopp telah membuat Sadio Mane dkk tampil begitu perkasa dan hanya menelan sekali kekalahan.

Liverpool di musim ini memang terlalu dominan dan bisa membuat margin poin sangat besar (23 poin) dengan pesaing terdekatnya, Manchester City. Ketika Liverpool hanya sekali kalah, City justru telah 8 kali menderita kekalahan. Tentu yang lebih njomplang adalah dengan MU, sampai tertinggal 37 poin dari Liverpool (sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya).

Keperkasaan dan kedigdayaan Liverpool ini tentunya tidak terlepas dari kehadiran sosok pelatih jenius dan berkharisma Jurgen Klopp. Pada musim lalu Klopp juga nyaris membawa Liverpool menjadi juara dan hanya faktor dewi fortuna yang menyebabkan gelar itu lepas ke tangan City.

Tapi, kegagalan musim lalu bisa ditebus Klopp dengan mempersembahkan trofi bergengsi Liga Champions (mengalahkan Spurs), Liga Super Eropa (menang lawan Chelsea), dan Juara Dunia Antar Klub setelah mengandaskan perlawanan klub tangguh Brasil, Flamengo.

Kini, Liverpool dan ratusan juta fansnya di seantero jagad telah beroleh keadilan dan mendapatkan haknya sebagai jawara Liga Inggris. Congratulation Liverpudlian, semoga gelar ini bisa dipertahankan di musim berikutnya. You’ll Never Walk Alone…!(*)

Penulis adalah penggemar sepakbola, jurnalis senior di Sumatera Utara.