oleh: Qorry Anggraini*
MEDIA massa begitu cepat perkembangannya, terutama sejak lahirnya teknologi komunikasi seperti satelit televisi dan internet. Munculnya satelit beserta perangkat teknologi komunikasi lainnya telah menyebabkan laju informasi begitu cepat. Sehingga tidak heran jika internet dan media komunikasi massa terus berkembang dari waktu ke waktu.
Berdasarkan perkembangan tersebut, literasi digital adalah hal yang kemudian menjadi concern bagi seluruh manusia, khususnya pengguna alat dan atau media komunikasi informasi atau yang biasa dikenal dengan khalayak media.
Menurut National Leadership Conference on Media Education menyatakan literasi media sebagai kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi dan mengkomunikasikan pesan dalam pelbagai bentuknya. Sementara itu, pasal 52 Undang-undang No.32/2003 tentang Penyiaran memaknai literasi media.
Arus informasi yang datang dapat mempengaruhi pola pikir dalam diri seseorang. Salah satu tantangan masyarakat pada masa saat ini adalah dengan kemampuannya untuk mencerna informasi yang masuk dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Anak yang lahir dari taun 1997-2012 yang biasa dikenal sebagai generasi Z merupakan rentan usia yang menggunakan media baru (new media) secara impulsive dan terus menerus.
Literasi Digital dan Generasi Z
Aplikasi, informasi, serta tontonan yang dikonsumsi haruslah dipilih dengan bijak. Dalam kebijakan memilih tersebut, hendaklah generasi Z diharapkan dapat melek media atau terliterasi secara digital. Secara umum, berbabagai aplikasi digital yang menjadi konsumsi rutin generasi Z adalah Instagram, Twitter, Facebook, , TikTok dan YouTube. Ada berbagai jenis video yang diunggah di Youtube, mulai dari tutorial masak, tutorial make-up, prank, vlog, dan lain sebagainya.
Menurut data CNN, Prank merupakan video yang paling banyak dicari di Youtube, padahal nyatanya video tersebut sangat kurang mengedukasi bahkan bisa menjerumuskan penonton menjadi ‘iseng’ dan cenderung menjahili/menjahati orang lain. Dari video yang hanya cari sensasi hingga tentu saja yang mengedukasi seperti Puella ID.
Puella ID merupakan channel youtube yang video pertamanya di upload pada Maret 2021. Channel ini dipelopori oleh Cinta Laura. Puella ID diciptakannya atas kegelisahannya terkait konsumsi hiburan di youtube Indonesia yang lebih kepada hiburan tanpa mempedulikan unsur edukasi.
Terdapat banyak video yang bersifat edukasi yang terdapat di channel Puella ID, mulai dari edukasi tentang brainstorming hingga edukasi tentang percintaan yang akan menarik minat para generasi Z untuk menonton podcast nya. Dalam chanel Puella ID tersebut, Cinta Laura rutin membagikan video-video edukasi yang bertujuan meliterasi generasi milenial dan generasi Z dalam memandang dunia, isu kekinian yang sangat positif.
Isu-isu seperti QLC (Quarter Life Crisis) yang menjadi keresahan Generasi Z sering sekali dibahas oleh Cinta pada Puella ID dengan mendatangkan berbagai bintang tamu yang juga mengalami sampai dengan yang berkompeten. Pemanfaatan aplikasi youtube yang tidak jarang juga menjadi sumber berita hoaks haruslah dibekali dengan literasi digital yang baik sehingga generasi Z dapat memilih tontonan yang bermutu untuk ia konsumsi.
Sayangnya, konten edukasi seperti yang disajikan pada chanel Puella ID memiliki subscriber dan viewer yang rendah. Sangat jauh jika dibandingkan dengan konten prank atau hiburan sejenis yang kurang mendidik yang cenderung memiliki lebih banyak subscriber dan viewer.
Tantangan Youtube Channel Edukasi
Berdasarkan penelitian sederhana yang saya lakukan di akun Instagram pribadi saya dengan jumlah 1.209 pengikut, dengan jumlah rata-rata pengikut adalah generasi Z, hanya 11% yang mengaku mengetahui dan pernah menonton tayangan serta chanel Puella ID, sementara 89% sisanya mengaku bahwa belum pernah mendengar dan menonton chanel tersebut. Sebagaimana yang dapat kita lihat bersama juga, chanel Puella ID hanya memiliki 291.000 subscriber.
Sementara sebut saja chanel Atta Halilintar, yang merupakan youtubers nomor 1 di Indonesia dengan jumlah subscriber sebanyak 30 juta orang, namun konten chanelnya hanya seputar keseharian yang ia dan keluarganya jalani, prank dan hal lainnya yang tidak bisa dianggap memberi edukasi kepada 30 juta subscribernya.
Sangat jauh jika dibandingkan dengan chanel Atta Halilintar, mari kita bandingkan dengan chanel youtube Itopcupaw yang merupakan chanel yan kontennya 100% prank yang tidak mendidik sama sekali, namun memiliki 1,62 juta pelanggan setia (subscriber). Hal ini menjadi kemirisan yang memberi arti bahwa masyarakat Indonesia, masih jauh dari kata terliterasi baik secara bacaan, tontonan (digital).
Dari berbagai pengertian hingga penelitian yang dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa di Indonesia, khususnya kalangan muda-mudi masih banyak yang asing dengan chanel edukasi yang ada di youtube. Sebagai entertain (hiburan) adalah fungsi yang paling banyak diminati. Padahal dewasa ini, edukasi merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan pola pikir generasi Z.(*)
*)Penulis adalah Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi FISIP USU, Alumni Ilmu Komunikasi FIS UINSU Medan