Oleh Armin Nasution
TAPANULI SELATAN, kaldera.id – Bupati Tapanuli Selatan Gus Irawan Pasaribu memimpin langsung upacara Hari Kebangkitan Nasional ke 117 di Lapangan Parade Kantor Bupati Tapsel Sipirok, Selasa (20/5/2025).
Di momen bertema bangkit bersama wujudkan Indonesia kuat, Gus Irawan berpesan dari atas podium bahwa Indonesia memiliki Asta Cita sebagai arah strategis pembangunan nasional untuk menghadirkan perubahan nyata. Selain itu setiap kebijakan fiskal, program sosial dan langkah strategis pemerintah ditujukan untuk memberdayakan rakyat dan memastikan mereka menjadi bagian dari kemajuan bangsa.
Tentu saja secara umum, pidato Gus Irawan di hari kebangkitan nasional ini menjadi momentum memacu pembangunan di Tapsel lebih kencang. Kenapa? Karena ketika mendaftarkan diri sebagai calon Bupati Tapanuli Selatan, berpasangan dengan Jafar Syahbuddin Ritonga, mereka mengusung tema Tapsel kembali bangkit.
Penegasan tema ini bukan tanpa alasan. Lima tahun terakhir, proyeksi pembangunan Tapsel melenceng. Tata kelola pemerintah dijalankan tanpa koridor dan aturan bermakna, layanan publik mandeg, RPJMD sebagai ‘kitab suci’ diabaikan tapi pencitraan digaungkan mulai dari penghargaan sampai publikasi di medsos.
Per 1 Maret 2025, Gus Irawan yang terpilih sebagai Bupati Tapanuli Selatan baru selesai re-treat di magelang bersama seluruh kepala daerah terpilih di Indonesia. Sebelum berangkat ke Tapsel, di rumahnya di kawasan Taman Setia Budi Indah Medan, Gus Irawan Pasaribu menceritakan kondisi yang akan dihadapinya.
“Akan sangat berat. Saya kira tantangannya luar biasa,” katanya perlahan dengan tekanan suara yang dalam. Bagaimana tidak, pemerintahan yang dipimpinnya harus membenahi bebagai persoalan rumit dan seperti benang kusut. Tidak tahu mau dimulai darimana.
Di tengah kondisi itu pula, pemerintah pusat melakukan efisiensi yang membuat kucuran dana pusat ke Tapsel terpotong hingga Rp113 miliar. Itu sebabnya belanja modal di Tapsel sepanjang tahun ini hanya akan ada 5 persen. Padahal sebelumnya masih mencapai 30 persen. Namun tentu dengan visi misi yang ditetapkan berupa Panca Cita, Gus Irawan bersama wakilnya berupaya semaksimal mungkin mendorong Tapsel kembali bangkit.
Dua masalah besar yang dihadapinya saat masuk ke Tapsel adalah kondisi makro daerah yang berantakan. Kedua, tata kelola pemerintahan yang tidak mencerminkan good governance. Sekira 7.000 pegawai di Tapsel baik itu ASN maupun P3K bekerja tanpa arah dan mengabaikan pelayanan prima pelayanan publik.
Lalu dari mana Gus Irawan mendorong percepatan perubahan? Sejak memimpin apel pertama di halaman kantor Bupati 3 Maret 2025 Gus Irawan langsung bertindak cepat, mengelilingi penyelesaian semua persoalan dari berbagai arah. Tidak menunggu kabinet-nya (SKPD) tersusun rapi, semua persoalan dibenahi.
Target makro, tentu Gus Irawan mengacu pada arahan pusat lewat Asta Cita seperti penguatan ketahanan pangan dengan target swasembada ditandai dengan panen bersama, mempercepat rencana swasembada ikan mewujudkan 1.000 kolam di Tapsel serta menginvertarisir masalah infrastruktur pertanian. Bendungan, akses jalan, dll yang membuat arus barang dan jasa bisa diproduksi lebih maksimal. Selain itu termasuk sektor pariwisata.
Selain itu Gus Irawan pun bergerak cepat, jemput bola, pada program-program nasional seperti sekolah rakyat, koperasi desa merah putih, serta program lain yang mendorong kemajuan daerah. Dari awal Gus Irawan sudah komit akan mendukung semua program Presiden Prabowo Subianto. “Ada 13 tahun saya bersama Presiden Prabowo maka semua programnya akan kita jalankan di Tapsel,” kata Gus Irawan.
Pada program kerja Gus Irawan pun bergerak cepat dan luwes. Karena sudah 2 periode di DPR-RI Gus Irawan langsung menghimpun semua kekuatan dan stake holder membawa berbagai program penguatan ke Tapsel. Di Medan, Gus Irawan mendatangi semua instansi terkait yang bisa berperang membangiun Tapsel termasuk Balai Besar Wilayah Sungai, BPKP, BKP, Dinas Ketahanan Pangan, Direktur Utama RS Adam Malik dan berbagai pihak yang dianggapnya bisa mendorong kemajuan Tapsel.
Di level nasional pun Gus Irawan membawa sebagian SKPD-nya untuk berjibaku ke BRIN, Bappenas serta mengelilingi DPR-RI mencari program yang bisa digiring ke Tapsel. Gerakannya cepat, taktis dan terencana. Tugas Gus Irawan berat, karena Tapsel bukanlah wilayah familiar di tingkat nasional. Namanya tak terkenal. Kalaupun Tapsel populer dulunya, hanya karena jalan rusak di Batu Jomba. Dan imej itulah yang mau dihapus Pemkab dengan Tapsel kembali bangkit.
*Good governance*
Tentu selain program dan kerjasama, Gus Irawan sangat konsern pada tata kelola pemerintahan. Menjadi Direktur Utama Bank Sumut 3 periode dan menjadikan bank itu memperoleh beberapa kali penghargaan nasional untuk good corporate governance, memotivasinya menularkan cara yang sama di Tapsel. Baginya dalam memimpin, semua harus terukur dan tidak ada matahari kembar.
Komitmennya kuat. “Siapapun pelanggar disipilin di Tapsel ini tindak langsung. Proses dan akan disanksi sesuai aturan. Tak peduli itu punya keterkaitan dengan keluarga, anggota dewan atau pejabat, saya tidak bisa dinego-nego,” katanya tegas.
Gus Irawan punya prinsip. “Begini, Tapsel ini kesulitan anggaran dalam ruang fiskal yang sangat sempit. Karena hanya ada belanja modal sekira 5 persen. Lalu lonjakan belanja pegawai hingga Rp200 miliar. Jadi sudahlah kita minim pembangunan, maka pelayanan publik harus dimaksimalkan,” katanya.
Sebagai seorang yang berlatar belakang akuntan Gus Irawan sudah pusing tujuh keliling melihat berbagai indikator kinerja di Pemkab Tapsel. Ketika BPK visit untuk audit ke Tapsel, indikasi laporan keuangan daerah ini akan masuk ke dalam wajar dengan pengecualian membuat Gus Irawan tersentak. Terlalu banyak pertanggungjaban keuangan yang menurutnya tidak transparan sebagai buah tata kelola yang mengabaikan prinsip prudent (kehati-hatian). Tapi Gus Irawan tidak patah arang, dia mencoba menelusuri lebih jauh asal muasal buruknya laporan keuangan.
Termasuk tata kelola BUMD serta pembelian obat-obatan yang menjadi salah satu faktor utama buruknya laporan keuangan. Sisi ini [tata kelola keuangan pemerintah] masuk sorotan prioritas. Dia sampai ke BPKP meminta bantuan advise agar tata kelola berjalan baik. “Malu saya. Saya ini akuntan, tapi laporan keuangan kami berantakan,” katanya.
Hal lain yang menjadi perhatiannya dalam tata kelola pemerintahan adalah indeks persepsi korupsi di Tapsel dibawah standar. Acuan BPKP, indeks persepsi korupsi ini standar minimalnya 3 tapi Tapsel di angka 2,9. Begitu pula dengan sistem pengawasan internal yang masih lemah. Hal itu dibarengi dengan digilitasi layanan publik berbasis non tunai. Tapsel kalah dibanding Nias dan daerah-daerah lain.
Karena buruknya indikator tata kelola itu pula Gus Irawan tak main-main dalam pelayanan publik. Sidaknya ke Puskesmas Pintu Padang, Tapsel jadi viral di medsos. Setelahnya tiga pejabat setingkat eselon tiga pun dicopot.
Bersih-bersih di area pelayanan publik ini pasti terus berlanjut. Termasuk SKPD. Sebagian besar SKPD selevel kepala dinas tentu harus siap direstrukturisasi. Langkah cepat Gus Irawan secara internal pasti disambut like and dislike.
Bahkan bisa saja, gerak cepatnya susah diikuti. Tapi memang Tapsel harus kembali bangkit sesuai tagline Bagusi saat kampanye. Menjelang 100 hari memimpin Tapsel Gus Irawan sudah menunjukkan gejala perubahan dalam tata kelola. Tujuannya memberi pelayanan publik yang maksimal.
Menurutnya, fondasi harus dibangun lebih kuat. Setelah sistem berjalan semua akan berputar normal. Yang tak sanggup mengikuti langkah cepat ini akan diseleksi alam. Mereka akan tersisih, berhenti atau mundur perlahan.