Salah satu toko penjual pernak -pernik Imlek seperti amplop angpao, hiasan dinding, lampion dan aksesoris gantungan di Pasar Sukaramai Medan. (kaldera/pkl/alfan)
Salah satu toko penjual pernak -pernik Imlek seperti amplop angpao, hiasan dinding, lampion dan aksesoris gantungan di Pasar Sukaramai Medan. (kaldera/pkl/alfan)

MEDAN, kaldera.id – Warga Medan keturunan tionghoa mulai memenuhi toko penjual pernak – pernik Imlek di Pasar Sukaramai, Kamis (23/1/2020). Yang paling banyak dibeli amplop angpao, hiasan dinding, lampion dan aksesoris gantungan.

Harga yang ditawarkan bervariasi. Tergantung jenis barang. Seperti, amplop angpao dijual Rp 5.000 hingga Rp30.000. Kemudian, lampion di jual Rp150.000 hingga Rp350.000.

“Kalau harganya bervariasi dan tidak jauh beda dari toko lain,” ungkap Aci, salah satu pedagang pernak pernik imlek kepada kaldera.id.

Hanya saja jumlah pembeli tahun ini menurun dari tahun lalu. Bahkan, barang yang dicari relatif berkurang.

“Biasanya mereka membeli lilin, aneka bunga hingga jeruk, kertas sembahyang dan pakaian orang mati. Ini tidak ada,” jelasnya.

Hal senada diungkapkan pedagang pernak pernik lainnya, Aseng. Tahun ini tidak sama seperti tahun sebelumnya. “Imlek kali ini sepi,” tambahnya.

Padahal Imlek 2571 yang jatuh pada 25 Januari ini merupakan sangat penting. Sebab, dalam kalender China, 2020 shio tikus logam.

Ketua PHRI Sumut, Deny S Wardhana mengungkapkan, banyak warga Medan yang menghabiskan liburan Imlek ke luar negeri dengan tujuan Kuala Lumpur, Singapura, san lainnya. Sedangkan dari luar tujuan Medan minim.

“Biasanya kalau Imlek, banyak ke luar negeri. Dari luar ke Medan drop. Kunjungan ke Medan itu ramainya paa Cheng Beng,” pungkasnya. (kaldera/pkl/alfan)