Kaldera Toba jadi Geopark UNESCO, Saatnya Bersihkan Keramba dari Danau

Mantan Sekdaprovsu yang juga Dewan Pakar BPGeopark Kaldera Toba, RE Nainggolan (pakai topi)
Mantan Sekdaprovsu yang juga Dewan Pakar BPGeopark Kaldera Toba, RE Nainggolan (pakai topi)

MEDAN, kaldera.id- Mantan Sekretaris Daerah Propivinsi (Sekdaprov) Sumatera Utara (Sumut), RE Nainggolan mengatakan pemerintah perlu memasukkan muatan lokal di setiap sekolah yang ada di sekitar Kaldera Toba.

Hal ini menurutnya, menjadi salah satu langkah efektif untuk tetap menjaga budaya-budaya lokal Kaldera Toba terlebih setelah ditetapkan menjadi Geopark Global oleh UNESCO.

Selain itu, kata RE Nainggolan, ada beberapa upaya yang perlu dilakukan dalam sebuah orientasi fokus Kaldera Toba tersebut.

Pertama, kawasan lingkungan Kaldera Toba harus ditertibkan seperti keramba keramba baik nasional dan internasional.

“Minimal harus ada zonasi agar bisa dilestarikan dengan baik,” katanya kepada kaldera.id, di sela-sela diskusi pagi di Kedai Ayah, Jalan Gagak Hitam Medan, Sabtu (11/7/2020).

Kedua, kawasan lingkungan Kaldera Toba juga harus dipelihara dan dibersihkan, termasuk penghijauan yang terus menerus dilakukan.

“Kemudian tanaman-tanaman langka harus dijaga jangan sampai rusak, misalnya batu-batuanan yang puluhan bahkan jutaan tahun harus dijaga,” jelas RE Nainggolan.

Ketiga, lanjut RE Nainggolan, pelestarian terhadap budaya-budaya lokal. “Maka pemerintah harus mewajibkan seluruh sekolah disana ada muatan lokal tentang Geopark,” harapnya.

Ia juga mengatakan agar pemerintah provinsi dan kabupaten serta Lembaga-lembaga Pemasyarakatan dan Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba termasuk diantaranya Otoritas Kaldera Toba untuk bersama-sama dalam melestarikan budaya tersebut sehingga Geopark Global UNESCO bisa dipertahankan.

“Di sisi lain ini, hal ini baru langkah awal dari sebuah kerja besar, makanya kita berharap setiap waktu perlu dilakukan evaluasi sehingga ada pertumbuhan, karena empat tahun kedepan UNESCO akan selalu melakukan penilaian penelitian apakah masih layak dipertahankan atau tidak. Jadi jika tidak ada perkembangan maka UNESCO akan menarik itu kembali,” pungkasnya. (finta rahyuni)