Kanit Lakalantas Satlantas Polres Samosir, Brigadir Heri Ompusunggu menebus jenazah korban kecelakaan lalulintas (Lakalantas) dari RSUD Sidikalang , agar dapat dikebumikan keluarga.
Kanit Lakalantas Satlantas Polres Samosir, Brigadir Heri Ompusunggu menebus jenazah korban kecelakaan lalulintas (Lakalantas) dari RSUD Sidikalang , agar dapat dikebumikan keluarga.

MEDAN, kaldera.id – Kanit Lakalantas Satlantas Polres Samosir, Brigadir Heri Ompusunggu viral di media sosial. Dirinya menebus jenazah korban kecelakaan lalulintas (Lakalantas) dari RSUD Sidikalang , agar dapat dikebumikan keluarga.

Mulai dari biaya di rumah sakit, beli peti, hingga mobil ambulan untuk membawa jenazah pulang, yang mencapai jutaan rupiah, dibayarkan dengan uang pribadinya. Padahal, dirinya dengan korban tak saling kenal, apalagi memiliki hubungan kekerabatan.

Kejadian ini berawal saat korban lakalantas Walfaret Sihombing, 56, ditabrak pengendara sepeda motor di Jalan Tele Umum Dairi tepatnya di Desa Hariara Pintu Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Sumut, Minggu (3/5/2020) lalu.

Kapolres Samosir AKBP Muhammad Saleh membenarkan perbuatan mulia anak buahnya itu yang dilakukan atas dasar kemanusiaan. Saat itu kondisi korban kritis, hingga di rujuk ke Rumah Sakit Umum Sidikalang.

“Kanit Laka berangkat ke Rumah Sakit Sidikalang untuk menyelesaikan administrasi di rumah sakit,” ujar Saleh, Minggu (10/5/2020).

Setelah dibawa ke rumah sakit, Heri langsung mencari alamat korban yang ternyata tinggal di daerah Kab Tapanuli Utara. Korban sendiri baru dua bulan tinggal di Samosir, lantaran bekerja sebagai buruh tani.

Keluarga dihubungi polisi agar datang ke rumah sakit tak kunjung datang. Hingga tiga hari korban menjalani perawatan dan meninggal dunia, keluarga pun tak datang.

“Pada hari Kamis, 7 Mei 2020 sekitar pukul 10.00 WIB korban meninggal dunia di RSU Sidikalang,” ujar Saleh.

Kondisi ini pun kembali dikabarkan pihak polisi dan meminta keluarga untuk datang ke rumah sakit dan mengurus jenazah korban serta membayar biaya perobatan di rumah sakit. Dari sinilah terungkap jika keluarga enggan datang karena ketiadaan biaya untuk membayar biaya perobatan.

Hal ini pula yang menggerakkan hati Heri merogoh uang pribadinya membayar biaya perobatan korban selama dirumah sakit. “Setelah itu barulah jenazah bisa dibawa keluarga korban,” sebut Saleh.

Persoalan belum selesai. Keluarga korban kembali dihadapkan pada persoalan membawa jenazah pulang. Ketiadaan uang, keluarga pun tak mampu membeli peti dan membawa pulang jasad korban.

Lagi-lagi, rasa iba Heri, kembali mengeluarkan uang pribadinya untuk menyelesaikan persoalan tersebut. “Mulai dari mengurus korban kemudian menebus rumah sakit kemudian membayar peti dan sampai kepada membayar ambulans dilakukan anggota tersebut. Ini semua dilakukan atas dasar kemanusiaan,” pungkas Saleh. (haris)