MEDAN, Kaldera.id – Setiap keputusan pasti memiliki risiko tersendiri termasuk Memilih untuk memiliki anak atau tidak dan menjadi hak dari masing-masing seseorang. Dengan memilih untuk memiliki anak juga perlu rencana dan kesiapan yang matang dari kedua pasangan. Dengan mempersiapkan masa kehamilan dan persalinan, rencana KB pasca melahirkan, kesiapan fisik dan psikologis orang tua pada saat mengasuh anak, serta financial dengan begitu banyak kebutuhan yang harus dipersiapkan. Sementara kesiapan pada ibu hamil dan persalinan menjadi point yang perlu diperhatikan, dengan tingkat angka kematian ibu hamil dan melahirkan meningkat di Indonesia.
Namun, bukan tidak mungkin sesorang memilih untuk tidak memiliki anak atau childfree. Dengan beberapa alasan salah satunya trauma yang pernah dialami waktu masa kecil. Tidak semua anak besar dan tumbuh dari keluarga yang harmonis dan rukun. Beberapa anak sering kali menjadi korban kekerasan orangtua, tidak diperhatikan dengan baik, ditelantarkan hingga meninggalkan trauma bagi si anak sehingga ketika anak memutuskan untuk menikah dan memilih untuk tidak memiliki anak atau childfree karena takut mengulang kepada anak-anak mereka kelak nanti, merasa tidak mampu menjadi orangtua yang baik karena trauma yang dialami.
Saat ini masih ramai di media sosial membicarakan mengenai istilah “childfree”. Berawal dari Youtuber dan influencer, Gita Savitri yang diwawancarai dalam Analisa Channel yang diunggah di kanal Youtube pada 13 Januari 2021 lalu. Ia menyatakan bahwa ia dan sang suami memutuskan untuk tidak memiliki anak setelah menikah atau childfree.
” Jadi sebenarnya aku sama Paul (suami) itu childfree, kita memang nggak ada rencana untuk punya anak, kita penginnya berdua aja. Mungkin ini terlalu ekstrem kali ya”, ujar wanita yang sekarang menetap di Jerman itu.
Pernyataan nya dalam wawancara bersama psikolog Analisa Widyaningrum itu tentu saja menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Banyak yang menentang pernyataan Gita soal keputusannya dan sang suami yang memutuskan untuk childfree. Namun, keduanya mempunyai alasan tersendiri mengapa memutuskan untuk tidak memiliki anak.
“Buat aku punya anak such a big deal. Gimana kalau misalnya kita sebagai orangtua nggak being responsible dan memberikan luka ke anak kita,” ujar Gita Savitri.
Hingga menjadi trending topic di laman twitter, warganet banyak yang ikut mengomentari istilah childfree. Bagaimana dengan dampak dan konsekuensi seseorang memilih childfree?
Berikut beberapa dampak yang ditimbulkan saat seseorang memilih untuk childfree :
1. Dampak Positif
Childfree dapat menghilangkan sikap egois orangtua atas tanggung jawab pada anak. Pada dasarnya orangtua menganggap anak adalah investasi bagi kehidupannya. Ketika orangtua yang memiliki penyakit bawaan atau beberapa faktor penyakit yang dimiliki seperti penyakit rahim sehingga memaksa untuk mengangkat rahim, orangtua memilih untuk childfree agar anak yang terlahir terhindar dari penyakit yang diderita orangtua atau penyakit turunan serta kondisi finansial yang belum mampu. Seseorang juga memilih childfree karena mengurus anak merupakan tanggung jawab yang besar dan cukup melelahkan pikiran tentu dengan diikuti dengan penyakit lain seperti gangguan psikologis atau penyakit dimana tubuh merasa sakit namun bukan karena luka, tapi karena pikiran dan emosi.
2. Dampak Negatif
Childfree ini lebih mengarah kepada kesehatan wanita. Memutuskan untuk childfree berisiko mempunyai kesehatan yang buruk dikemudian hari, meningkatkan risiko kematian dini, terkena kanker payudara, terkena kanker endometrium dan tumor rahim. Karena ketika hamil dan menyusui ada perubahan hormonal yang menurunkan risiko terkena kanker tersebut.
Terlepas dari dampak tersebut, pastikan kedua pasangan harus sama-sama setuju dengan keputusan yang diambil. Apapun keputusan tersebut, masing-masing memiliki konsekuensi yang diterima kedepannya. (riza r)