Menjelang hari raya, uang kartal terutama dalam pecahan kecil semakin meningkat. Bank Indonesia telah menggelar titik-titik penukaran uang di berbagai daerah serta menggandeng berbagai bank untuk distribusinya.
Menjelang hari raya, uang kartal terutama dalam pecahan kecil semakin meningkat. Bank Indonesia telah menggelar titik-titik penukaran uang di berbagai daerah serta menggandeng berbagai bank untuk distribusinya.

MEDAN, kaldera.id- Menjelang hari raya, uang kartal terutama dalam pecahan kecil semakin meningkat. Bank Indonesia telah menggelar titik-titik penukaran uang di berbagai daerah serta menggandeng berbagai bank untuk distribusinya. Sayangnya, karena kurangnya informasi, tak jarang masih ada masyarakat yang menukarkan uang secara ilegal.

Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu mengatakan bahwa perlu ada publikasi masif mengenai penukaran uang pecahan kecil tersebut. Menurutnya hal ini merupakan masalah yang selalu berulang di setiap tahun menjelang hari raya terutama lebaran.

“Kasus penukaran uang ini pasti berulang setiap tahun terutama di masa-masa Ramadan. Bank pemerintahan itu baik Himbara dan BI pasti sudah menyiapkan cuma mungkin sosialisasinya kurang. Artinya perlu publikasi bahwa penukaran uang sudah tersedia tinggal tempatnya dimana dari jam sekian sampai jam sekian lalu biasanya ada mobilnya itu kan,” ujarnya Jumat (14/4/2023).

Politisi Gerindra itu menyampaikan bahwa meski saat ini sudah digalakkan penggunaan uang elektronik, namun pada momentum tertentu penggunaan uang kartal tidak bisa digantikan terkait dengan alasan psikologis dan kultural.

“Orang mau tukar uang biar ada yang dibagikan saat bertemu keluarga sekali setahun. Lalu (kalau tidak ada uang tunai) pakai QRIS dibikinnya gitu? aduh bagaimana ya. Boleh lah itu untuk orang tertentu. Tapi Ini kan sudah seperti budaya ya dan orang kalau menerima yang baru dilihatnya kalaupun cuma sepuluh ribu kan happy,” ujarnya.

Terkait dengan masalah penukaran uang ini, Gus Irawan Pasaribu menyarankan agar Bank Indonesia bekerja sama dengan media massa dalam mempublikasikan titik-titik dan jadwal penukaran uang, tentunya selain menggunakan media sosial. Penggunaan media massa lokal atau bahkan media tradisional seperti poster maupun pemberitahuan langsung di titik-titik keramaian menurutnya bisa lebih aplikatif pada segmen tertentu di luar kota besar. (arn/rel)