Ads

Empat Pulau Dipersoalkan, Pendekatan Budaya Dinilai Kunci Cegah Konflik Sumut–Aceh

redaksi
14 Jun 2025 23:19
Medan News 0 5
2 menit membaca

 

MEDAN, kaldera.id – Polemik kepemilikan empat pulau antara Provinsi Sumatera Utara dan Aceh menjadi topik utama dalam diskusi publik bertajuk Dongan (Diskusi Oke Ngobrol Gagasan Anak Medan) yang digelar di Stadion Kebun Budaya, Medan, Jumat malam (12/6/2025).

Diskusi dipandu Zahraturrahmi dan menghadirkan dua narasumber, yaitu akademisi Universitas Sumatera Utara Alwi Dahlan Ritonga dan mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia, Muhammad Liputra.

Muhammad Liputra menekankan pentingnya pendekatan budaya dalam menyikapi sengketa tersebut. Ia menjelaskan bahwa konflik maritim serupa sering terjadi di Indonesia karena luas wilayah laut yang lebih besar dibanding daratan.

“Puncaknya terjadi pada 2008. Saat itu tim nasional yang terdiri dari Kemendagri, BIG, TNI AL, dan sejumlah lembaga melakukan pengukuran wilayah Sumut dan Aceh. Hasilnya, keempat pulau masuk wilayah Sumatera Utara,” ungkap Liputra.

Ia menambahkan, meskipun Aceh tetap mengajukan keberatan, hasil penghitungan tetap menyatakan keempat pulau tersebut berada di wilayah Sumut. “Pemerintah pusat sempat merevisi, tapi hasilnya tetap sama,” katanya.

Liputra mengingatkan bahwa isu ini berpotensi memicu disintegrasi, mengingat sejarah konflik di Aceh. “Ini sangat rentan. Karena itu, pendekatan budaya harus diperkuat agar tidak menimbulkan gejolak,” tegasnya.

Ia juga menyinggung sejarah pascatsunami Aceh, di mana sempat muncul ketegangan dengan pendatang dari Jawa. Namun, hubungan sosial dengan warga Sumut dinilainya jauh lebih harmonis.

“Banyak pendatang dari Sumut yang menunjukkan KTP Medan diterima dengan baik oleh GAM. Ini menunjukkan adanya kedekatan budaya antara Aceh dan Sumut,” jelasnya.

Liputra berharap keharmonisan budaya yang telah terjalin antara kedua provinsi tetap dijaga. “Kerukunan yang telah lama terjalin jangan sampai rusak karena polemik ini. Sumut dan Aceh memiliki sejarah dan kedekatan budaya yang sangat kuat,” pungkasnya. (Reza)