Kata Masrul, Dimasa Pandemi Ada Empat Kelompok Siswa

0
189
Tokoh Pendidikan Sumut, Masrul Badri
Tokoh Pendidikan Sumut, Masrul Badri

MEDAN, kaldera.id – Dinas Pendidikan harus merespon pandemi Covid-19 dengan langkah-langkah strategis dan melibatkan partisipasi masyarakat.

Sebelum melakukan intervensi program pembelajaran daring maupun luring kepada siswa di era pandemi, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) itu perlu melakukan pemetaan.

Hal tersebut disampaikan Masrul Badri selalu pemerhati pendidikan dan mantan Plt Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan kepada wartawan, Jumat (21/8/2020).

Menurut Masrul, pemetaan yang dilakukan harus komprehensif. Dari pelaksanaan program Belajar dari Rumah (BDR) periode Maret – Juni kemarin, OPD tersebut harus sudah bisa mendapatkan angka persentase keaktifan belajar siswa dan sebarannya.

Persentase ini akan menunjukkan berapa banyak siswa yang setiap hari belajar, kadang-kadang belajar, dan tidak belajar sama sekali.

Data tersebut sangat penting untuk Dinas Pendidikan dalam membuat kebijakan guna mencegah terjadinya penurunan kemampuan belajar siswa (learning loss).

“Semakin jarang anak belajar, maka kemampuan dan kecepatannya memahami materi belajar juga akan menurun. Jika dibiarkan dalam jangka waktu lama, kondisi ini bisa memicu meningkatnya angka putus sekolah di masa depan,” ucapnya.

Selain pemetaan tingkat partisipasi belajar, dinas juga harus memetakan moda belajar yang bisa digunakan siswa.

Dipendik Respon Pandemi Covid-19

Seluruh siswa sebenarnya diharapkan mampu mengakses pembelajaran menggunakan moda daring. Namun pada kenyataannya, banyak siswa yang tidak bisa mengakses moda daring ini.

Dia melihat ada empat kelompok siswa saat ini.
Pertama, siswa yang memiliki android sendiri dan mampu membeli paket internet. Kedua, siswa yang memiliki android tapi tidak mampu membeli paket internet

Ketiga, siswa yang menggunakan android milik orang tua yang tidak bisa digunakan setiap saat oleh siswa dan ke empat, siswa yang sama sekali tidak memiliki android.

Hasil pemetaan tingkat partisipasi dan moda belajar akan menentukan arah kebijakan dan program yang harus dilakukan untuk memastikan anak-anak belajar dari rumah.

“Berdasarkan pemetaan ini tentu tidak bisa dilakukan intervensi pembelajaran yang sama kepada seluruh siswa. Harus disesuaikan dengan kondisi kelompok siswa berdasar hasil pemetaan,” jelasnya.

Dia menambahkan, pandemi ini merupakan
situasi darurat. Sehingga dibutuhkan kolaborasi dengan semua pihak untuk menghadapi tantangan berat ini.

Dinas pendidikan dapat menggandeng tokoh-tokoh masyarakat, swasta dan organisasi kemasyarakatan untuk bekerjasama.

“Dengan ada hasil pemetaan ini, OPD itu bisa berbagi peran dengan unsur masyarakat lainnya. Disamping itu, melalui peta ini, diharapkan program-program yang dilakukan dapat tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan siswa,” tambahnya. (reza sahab)