Medan, kaldera.id – United Nations Children’s Fund (Unicef) menyebut hampir 70 persen dari 20 ribu sumber air minum rumah tangga di Indonesia tercemar limbah tinja. Unicef menyebut kondisi itu memicu penyakit diare, yang merupakan penyebab utama kematian balita.
Data itu diambil Unicef dari studi kualitas air minum rumah tangga yang digelar Kementerian Kesehatan pada 2020. Unicef pun meluncurkan kampanye terbaru #DihantuiTAi untuk memberi pemahaman kepada warga tentang pentingnya santiasi aman dan efek buruk pencemaran sumber air oleh tinja.
“Sanitasi yang aman bisa mengubah kehidupan anak-anak dan membuka kesempatan untuk mereka mewujudkan potensi dirinya. Sayangnya, ada begitu banyak anak yang tinggal di daerah-daerah terdampak sanitasi tidak aman dan hal ini mengancam setiap aspek pertumbuhan mereka.” ujar Perwakilan Sementara Unicef Robert Gass seperti dilihat dalam situs Unicef, Sabtu (12/2/2022).
Dia mengatakan Indonesia telah mencapai kemajuan signifikan dalam peningkatan mutu sanitasi dasar. Namun angka rumah tangga yang memiliki sarana toilet dengan sambungan septic tank tertutup dan rutin membersihkannya masih kurang dari 8 persen.
Hal itu disebut sebagai pemicu limbah tinja tidak terkelola dengan baik hingga mencemari sumber air. Gass mengatakan sanitasi yang buruk bakal membuat daya tahan anak lemah.
“Sanitasi yang tidak dikelola dengan baik bisa melemahkan daya tahan tubuh anak-anak sehingga menimbulkan dampak yang permanen, bahkan kematian. Melalui kampanye ini, kami harap akan makin banyak masyarakat Indonesia yang mau lebih berperan dalam mengelola sanitasi rumah tangga demi meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak serta keluarga mereka,” ujarnya. (detik)