MEDAN, kaldera.id – Kebijakan larangan mudik yang dibuat pemerintah karena Pandemi Covid-19 jangan sampai mengurangi nilai kepedulian kepada sesama lalu dimantapkan dengan jalinan silaturahim dalam bingkai Idul Fitri 2021 yang akan segera hadir.
Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), Prof Dr Syahrin Harahap,
menegaskan, dalam fenomena perkembangan pandemi saat ini, dijelaskannya masyarakat tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa angka positif Covid-19 dan penularan pandemi di tanah air semakin meningkat.
Hal itu juga senada dengan yang diumumkan pemerintah, maka masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan, penerapan protokol kesehatan (prokes) termasuk pelarangan mudik. “Namun demikian, kita jangan mengurangi nilai-nilai silaturahmi,” tukasnya dalam talkshow “Pesan dari UINSU: Idul Fitri dan Tauhid Sosial” yang digelar Laboratorium Komunikasi Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UINSU, Jumat (7/5/2021).
Nlai-nilai silaturahmi tersebut adalah pesan-pesan yang inheren yang tidak tidak terlepas dari Hari Raya Idul Fitri. “Oleh karenanya, meski kita tidak bisa mudik tahun ini, tapi nilai silaturahmi dan kepedulian sosial kita tetap dilaksanakan,” ujar Syahrin Harahap dalam talkshow yang bisa disaksikan secara lengkap di channel Youtube, CRN TV UINSU.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan yakni, biaya mudik yang biasa dikeluarkan, tetap dikirimkan ke kampung halaman untuk pemberdayaan sosial di kampung halaman.
Menurutnya, tema kekinian tersebut penting dibahas. Sebab dalam problematika umat di tengah pandemi, UINSU harus tetap hadir sebagai pemandu dan panutan masyarakat.
“UIN Sumut sebagai perguruan tinggi Islam yang bukan hanya dianggap sebagai penekun ilmu pengetahuan Islam, tapi juga sebagai pandu, imam dan sentra bagi masyarakat yang memberikan tuntunan yang dapat diikuti dan dijadikan pembahasan oleh umat Islam di dalam menjalankan kegiatan keagamaan mereka,” urai Prof Syahrin.
Tauhid Sosial dan Pandemi
Tauhid sosial menjadi menarik dikemukakan dalam konteks ini. Tauhid sosial kata Syahrin yaitu keyakinan kepada Tuhan, menjadikan Allah sebagai “illah” untuk menyembah-Nya, mengabdikan diri dan sayang kepada sesama makhluk dan alam dan hal yang diciptakan Tuhan adalah bentuk kesadaran untuk memperhatikan, memperdulikan alam dan sekitarnya.
Tauhid sosial ini yang ia jelaskan, harus tetap ditunaikan meski dalam kondisi pandemi yang membawa kehidupan pada kenormalan baru. Karena esensi tauhid dalam Alquran juga terkait erat nilai dan norma. Tauhid ini, termasuk soal silaturahmi dan kemampuan untuk saling memaafkan.
“Tentang nilai dan norma, meski pandemi masih mendera, maka jangan sampai mengurangi nilai-nilai kepedulian dan nilai tauhid sosial kita,” pungkasnya.
Dalam talkshow yang dipandu Ketua LP2M UINSU, Dr Hasan Sazali itu, narasumber lainnya, sosiolog dari UMSU Shohibul Ansor Siregar menyampaikan, persoalan sosial saat ini seperti pelarangan mudik ini juga berkaitan dengan masalah religiusitas masyarakat yang juga terdapat paradoks di dalamnya. Seperti ada pelarangan mudik namun pemerintah tetap membuka penerbangan menerima tenaga kerja asing malah terjadi.
Umat Islam Pasti Kuat
Fenomena sosial yang terdampak akibat pandemi ini, jelasnya juga menyebabkan pergeseran sosial dan dinilai perlu adanya social engeneering yang dilakukan pemerintah melalui kebijakan dan informasi dari media massa dan media sosial.
Nuansa yang terjadi tahun ini menyebabkan ada nilai sosial yang hilang (lose) dalam sistem sosial kita, namun sifatnya sementara. Dengan strategi subtitusi (penggantian) harus mampu sebagai solusi untuk menjawab tantangan sosial masa depan.
“Terlepas dari itu semua, saya meyakini dengan menghadapi kenormalan baru (new normal), umat muslim pasti kuat untuk perubahan dan adaptasi menuju kondisi yang lebih baik dan tepat dalam menghadapi pandemi,” pungkasnya.
Talkshow “Pesan dari UINSU” sendiri digelar di studio Laboratorium Komunikasi FIS UINSU, juga disaksikan langsung Dekan FIS UINSU, Dr Maraimbang Daulay dan Ketua Prodi Ilmu Komunikasi, Dr Muhammad Alfikri.(finta rahyuni)