PKPA menginisiasi Workshop Refleksi dan Evaluasi Resbound yang menghadirkan berbagai Multi-stakeholder yang bertempat di Hotel Harper Medan (11/03/2020).
PKPA menginisiasi Workshop Refleksi dan Evaluasi Resbound yang menghadirkan berbagai Multi-stakeholder yang bertempat di Hotel Harper Medan (11/03/2020).

MEDAN, Kaldera.id – Responsible and sustainable palm oil in Indonesia (RESBOUND) merupakan inisiatif konsorsium dari organisasi masyarakat sipil, yaitu Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA ) bersama dengan Penabulu dan ICCO yang didukung oleh Uni Eropa.

Di Sumatera Utara, Resbound di implementasikan di Kabupaten Langkat tepatnya di Desa Perkebunan Bukit Lawang dan telah berjalan selama satu tahun sejak maret 2019 dengan upaya meningkatkan dampak dan mengevaluasi bentuk kemitraan.

Dalam hal ini, PKPA menginisiasi Workshop Refleksi dan Evaluasi Resbound yang menghadirkan berbagai Multi-stakeholder yang bertempat di Hotel Harper Medan (11/03/2020).

Imam A.EL.MarzuQ sebagai perwakilan RSPO memaparkan bahwa standard yang diberlaku oleh RSPO bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Standard RSPO juga memastikan petani swadaya dan perusahaan dapat berkomitmen melindungin hak anak selama proses produksi di perkebunan kelapa sawit.

Senada dengan Imam A.EL.MarzuQ, Dadang Afandi selaku perwakilan PT Socfindo juga menyatakan bahwa perusahaan berupaya memperhatikan hak-hak masyarakat didesa dan juga hak anak.

“Salah satu kerjasama yang kami lakukan adalah membangun Rumah Kepompong yang akan dijadikan rumah kreatifitas untuk anak-anak. Disini mereka bisa belajar menari, kabaret dan juga komputer. Lalu juga ibu-ibu bisa memanfaatkannya untuk berkumpul dan melakukan aktifitas pemberdayaan,” paparnya.

Sebagai langkah awal untuk memicu semangat untuk meneruskan kolaborasi, Keumalan Dewi selaku Direktur Eksekutif PKPA menayangkan video Children Eco Friendly Tourism (CEFT) yang merupakan salah satu bentuk kemitraan di Desa Perkebunan Bukit Lawang.

“PKPA menjebatani kemitraan dalam mengembangkan potensi wisata untuk mendorong kemandirian desa. Disini kita melihat bahwa eco wisata menjadi potensi yang dapat dikembangkan dengan tetap memperhatikan anak-anak.

Sedangkan daerah lain, kita harus melihat dahulu potensi apa yang dapat dikembangkan secara sinergi dari berbagai pihak yang ingin membentuk kemandirian desa yang berkelanjutan,” jelasnya.(silvia marissa)