Site icon Kaldera.id

Pengamen Boneka Mampang: Buat Jajan hingga Beli Internet Belajar Daring

Tak jauh berbeda dengan Ibnu yang mengamen jadi boneka mampang di Jalan Juanda, hal yang sama juga dirasakan Abdul, 9, dan Azis, 11.

Tak jauh berbeda dengan Ibnu yang mengamen jadi boneka mampang di Jalan Juanda, hal yang sama juga dirasakan Abdul, 9, dan Azis, 11.

MEDAN, kaldera.id – Tak jauh berbeda dengan Ibnu yang mengamen jadi boneka mampang di Jalan Juanda, hal yang sama juga dirasakan Abdul, 9, dan Azis, 11. Keduanya masih duduk dibangku SD tersebut juga mengamen menggunakan kostum boneka mampang. Apa motif mereka?

Abdul yang ditemui kaldera.id di persimpangan Jalan Juanda – Brigjend Katamso, Selasa (17/2/2021), mengakui dirinya mengamen menggunakan boneka mampang untuk membantu perekonomian keluarganya. Diketahui, ayahnya bekerja sebagai pengantar air isi ulang dari rumah ke rumah, sedangkan ibunya berjualan.

“Hitung-hitung meringankan beban ekonomi keluarga lah bang, dari sini saya bisa dapat uang bersih Rp50 ribu setelah dipotong sewa kostum boneka yang Rp10 ribu per jam. Saya bekerja seperti ini mulai pukul 12.00 hingga pukul 18.00 WIB,” ujar Abdul pelajar kelas 6 SD salah satu sekolah swasta di Kecamatan Medan Maimun.

Abdul juga menambahkan, pekerjaan ini diketahui oleh kedua orangtuanya. Uang hasil jerih payahnya dipergunakan untuk membeli Handphone agar ia tak lagi meminjam (telepon seluler) milik sang Ayah. “Orangtua mengizinkan saya bekerja seperti ini, uangnya sebagian saya simpan untuk membeli Handphone dan kouta internet. Agar nantinya saya belajar daring tidak lagi meminjam telepon seluler milik Ayah,” tutur Abdul.

Azis lebih banyak berjoget dengan kostum boneka mampang

Sementara itu Azis, tak banyak memberi penjelasan, ia lebih memilih mengais uang recehan saat ditanyai oleh wartawan. Terlihat, Azis lebih banyak berjoget dengan kostum boneka mampang, sembari menadahkan ember kecil kepada pengguna jalan saat lampu merah menyala di perempatan Jalan Juanda Medan. “Uangnya digunakan juga untuk jajan, karena orangtua saya tak memberikan uang jajan selama saya libur sekolah,” sebut Azis.

Dari data yang wartawan peroleh di lapangan, kebanyakan dari mereka yang menjadi badut mampang berasal dari kalangan keluarga yang terdampak Covid-19 secara ekonomi.

Badut mampang setelah populer di jalanan Jakarta, dari penelusuran kaldera.id, fenomena ini tambah terkenal setelah diajak mengisi acara di salah satu stasiun TV beberapa tahun yang lalu. Kita semua harus sadar, banyak anak dibawah umur yang masih aktif bersekolah menjadikan boneka mampang sebagai aktivitasnya selama pandemi. Apakah ini harus dibiarkan? (mustivan mahardhika/f rozi)

Exit mobile version