Electrifying Lifestyle: Emak-emak Pilih Kompor Induksi, Bapak-bapak Incar Kendaraan Listrik

Stasiun Pengisian Kendaraan Umu Listrik (SPKLU) kini hadir di Medan. Infrastruktur ini menjadi persiapan utama untuk migrasi energi dari kendaraan berbahan bakar minyak ke listrik.
Stasiun Pengisian Kendaraan Umu Listrik (SPKLU) kini hadir di Medan. Infrastruktur ini menjadi persiapan utama untuk migrasi energi dari kendaraan berbahan bakar minyak ke listrik.

Medan, kaldera.id – LILI Hariyani, 46, ibu rumah tangga, di Medan, awalnya sempat ragu untuk beralih dari kompor gas ke listrik. Namun dua pengalamannya yang tak enak membuat dia akhirnya mengikuti saran suami.

Ya dua alasan yang membuatnya harus beralih. Pertama salah satu ibu anggota unit Dharma Wanita di kantor suaminya harus mengalami luka bakar menyeluruh karena kebocoran tabung gas 12 kg. Satu lagi, tak jauh dari rumahnya sempat hampir kebakaran karena tiba-tiba api kompor gas tak terkendali.

Pilihannya tak meleset walau awalnya kurang setuju. Bukan hanya soal keamanan, tapi uang belanja pun makin diirit. Tak bisa dipungkiri yang banyak mengatur keuangan dalam rumah tangga memang emak-emak. Wajar kalau kemudian sosok penentu di keluarga selalu berusaha menghemat pengeluaran dengan berbagai cara. Jika mereka memilih kompor listrik (induksi) menghemat uang belanja, pasti pun nanti bapak-bapak akan disuruh menggunakan kendaraan listrik saja demi uang belanja.

Memang perubahan zaman dan gaya hidup menuntut standar lebih tinggi. Tak saja harus murah, hemat tapi juga sehat dan ramah lingkungan. Di negara maju, tuntutan menyelamatkan bumi dan lingkungan menjadi standar utama dalam mewujudkan kualitas hidup paling tinggi.

Pengamat ekonomi di Medan Vincent Wijaya yang dihubungi, Jumat (3/12/2021), mengungkapkan standar hidup paling tinggi adalah memanfaatkan listrik sebagai sumber energi.

Kayu bakar ke kompor listrik

“Kita boleh saja melihat zaman ke zaman. Dulu untuk menghidupkan api masyarakat tradisional memanfaatkan gesekan batu. Kemudian laju mengajarkan manfaat kayu bakar. Lalu minyak tanah dan bahan bakar minyak. Setelahnya gas (elpiji),” kata dia.

Padahal standar kualitas hidup paling tinggi adalah memanfaatkan listrik sebagai sumber energi. Di negara-negara maju pemanfaatan listrik sudah bisa digunakan untuk berbagai keperluan. “Termasuk misalnya memasak dan menjadikan kendaraan listrik sebagai angkutan massal,” tuturnya.

Pada saat itulah standar lifestyle sudah mencapai puncaknya. Kenapa? Karena selain memanfaatkan sumber energi murah juga ramah lingkungan. Bahkan dengan catatan penting energi itu tidak akan mengotori pasok oksigen yang dihirup manusia.

Hal itu pula kini yang sedang berlangsung di Indonesia. Pemanfaatan listrik sebagai sumber kehidupan. Indikatornya dua, pertama program mobil listrik yang sudah dimulai. Kemudian peralihan atau konversi dari kompor gas ke kompor induksi (listrik).

Keseriusan pemerintah mengembangkan electric vehicle (kendaraan berbahan bakar listrik) ditandai dengan regulasi pengembangan mobil listrik dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Motor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.

Selain itu, kebijakan terkait diterbitkan Kemenperin melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020, Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2020, serta regulasi terkait lainnya.

Penggunaan mobil listrik untuk mendukung mobilitas masyarakat di masa depan tengah dipersiapkan. Pemerintah pun terus berbenah mengakselerasi perkembangan industri kendaraan listrik di dalam negeri.

Hal ini sejalan dengan kehadiran mobil listrik yang menjadi salah satu strategi pemerintah mencapai target pengurangan emisi gas karbon sebesar 29 persen atau 41 persen dengan bantuan internasional 2030. Dari penurunan emisi gas karbon ini saja pemerintah mendapatkan kompensasi carbon tax hingga Rp3 triliun setiap tahun.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier mengungkapkan, pemerintah telah menetapkan target produksi kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) pada 2025 sebanyak 400 ribu roda empat dan 1,76 juta unit roda dua.

Tentu persiapan electric vehicle akan membutuhkan tersedianya infrastruktur memadai dan terjamin. Seperti penyediaan baterai berkualitas, serta stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyiapkan peta jalan (roadmap) percepatan pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai beserta infrastruktur pendukungnya.

Hemat dan sehat

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo saat masih menjabat Wakil Dirut sudah menguji kendaraan listrik ini untuk rute Jakarta-Bandung, Sabtu (13/11/2021). Darmawan Prasodjo mengatakan, dari sisi penghematan, ketika dihitung, maka pengendara mobil listrik hanya perlu merogoh kocek Rp 10 ribu untuk menempuh jarak 72 km. “Hitungannya kan 1 kWh itu bisa dapat 10 kilometer ya. Tadi kita sudah jajal 72 km. Artinya, pelanggan hanya perlu Rp 10.000 untuk menempuh 72 kilometer,” ujar Darmawan.

Jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak (BBM), maka jarak tempuh 72 kilometer masyarakat harus merogoh sekitar Rp60 ribu dengan asumsi harga BBM Rp9 ribu per liter. Darmawan menilai penggunaan mobil listrik banyak membawa manfaat jika dilakukan secara masif.

Bukan hanya murah tapi emisi gas buangnya juga dianggap tak mencemari lingkungan separah bahan bakar minyak. Salah satu tuntutannya adalah cita-cita negara mengurangi emisi karbon. Menurut Darmawan, bensin memiliki berat jenis sekitar 0,8, jadi 1 liter bensin beratnya 800 gram. Kandungan karbonnya 90 sekian persen, tapi bukan berarti total karbon yang dihasilkan 700 sekian gram.

“Ada namanya oksidasi karena kalau mobil internal combustion engine (ICE) nanti ada yang namanya combustion. 1 mol karbon ditambah 2 mol oksigen, coba hitung dari periodic table, oksigennya butuh 1,6 kg, jadi ada 2,4 kg emisi CO2 untuk 1 liter bensin,” paparnya.

Sedangkan mobil listrik, per kwh listrik PLN hanya menghasilkan emisi karbon 0,85 kilogram saja. “Artinya penggunaan mobil listrik lebih ramah lingkungan, kan,” kata dia. Selain itu, penggunaan mobil listrik bahkan bisa mengurangi beban impor minyak mentah. Dengan menggunakan mobil listrik, lanjut Darmawan, pemerintah bisa mengurangi beban current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan yang terus tergerus dengan impor minyak mentah.

Pemilik kendaraan listrik di Medan kini sudah bisa langsung mengisi daya di SPKLU Medan yang ada di Jl. Listrik Medan.
Pemilik kendaraan listrik di Medan kini sudah bisa langsung mengisi daya di SPKLU Medan yang ada di Jl. Listrik Medan.

Kenapa sampai Darmawan Prasodjo menguji mobil listrik itu? Tentu saja memberi kepastian kepada pelanggan, jangan ragu menggunakan kendaraan listrik. Selain terbukti lebih hemat juga ramah lingkungan.

Infrastruktur pendukung

Jangan kuatir kehabisan daya di jalan atau mogok karena tidak ada suntikan energi. Karena dari sisi infrastruktur pun PLN mempercepat penetrasi pasar kendaraan listrik. Saat ini, sudah ada 47 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang beroperasi di seluruh Indonesia.

Hingga akhir tahun nanti, akan ada 67 unit SPKLU yang beroperasi lagi. Selain itu, PLN juga menghadirkan produk Home Charging Services yang disiapkan memberikan kemudahan bagi konsumen mendapatkan fasilitas dan layanan pendukung dalam penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).

Produk ini merupakan layanan satu pintu bagi pelanggan yang melakukan transaksi pembelian KBLBB di penyedia KBLBB yang bekerja sama dengan PLN.
Pembangunan pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) membutuhkan investasi Rp309 miliar tahun lalu yang meningkat hingga Rp12 triliun pada 2030. “Naik drastis di 2030 yakni Rp 12 triliun untuk bangun 7 ribu SPKLU,” kata Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Hendra Iswahyudi.

Sedangkan kebutuhan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) diproyeksikan mencapai 22.500 unit 2035.
PLN juga menyiapkan alat pengisian daya di rumah rumah pelanggan. Perusahaan setrum pelat merah ini bakal memberikan diskon 30 persen bagi pelanggan yang mengisi daya kendaraan malam hari.

“Karena apa, pembangkit kami kalau siang hari itu kerja keras. Tetapi kalau malam hari pembangkit kami nganggur. Untuk itu malam hari diskon,” ujar Darmawan. Stasiun pengisian kendaraan untuk umum nantinya akan dibangun menjadi satu sarana terpadu. Selain tempat pengisian daya, SPKLU didisain khusus seperti dalam bentuk kafe dengan menyediakan jaringan internet. “Ini akan menjadi lifestyle di masa mendatang. Mobil BBM menjadi suatu tren masa lalu, banyak negara di Eropa di 2035 tidak ada lagi mobil BBM,” ujar Darmawan.

Perkembangan electric vehicle memang bertahap. Perlahan para produsen pun menghadirkannya di Indonesia. Beberapa pabrikan dari Jepang dan China sudah bersiap meluncurkan varian mobil listriknya di Indonesia.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto mengatakan mobil listrik punya potensi sangat besar masuk Indonesia. Memang, kata dia, saat ini harga mobil listrik masih relatif tinggi di atas Rp500 juta sedangkan daya beli masyarakat Indonesia masih di bawah Rp300 juta.

Tetapi, menurutnya, semakin hari pendapatan per kapita yang meningkat dan daya beli akan tumbuh ke mobil dengan harga Rp400 juta hingga Rp500 juta. Dia berharap dengan rencana pemerintah memproduksi baterai mobil listrik secara massal di dalam negeri harga mobil listrik ikut turun.

Apalagi jika trend dunia sampai pada kendaraan listrik otomatis pabrikan pun akan menetapkan harga keseimbangan pada level tertentu yang sesuai dengan ukuran kantong masyarakat Indonesia, katanya.

Perkembangan mobil listrik memang akan memasuki beberapa tahap. Sebagai bagian dari lifestyle varian produk dan jenis mobil listrik juga bermetamorfosis. Layaknya teknologi handhpone saat pertamakali hadir. Akan banyak perubahan dan perbaikan teknologi.

Dulu pertamakali handphone muncul masih menggunakan baterai ukuran besar, tebal dan berat. Tapi sekarang bisa dilihat bagaimana alat komunikasi itu berubah cepat termasuk baterai sudah slim, tahan lama dan fast charging.

Metamorfosa mobil listrik pun bisa seperti itu sesuai perkembangan teknologi. Namun paling penting tentu saja pembangunan infrastruktur pendukung di berbagai wilayah Indonesia.

Di Medan, misalnya, kesiapan itu ditandai resminya pengoperasian SPKLU pertama di Sumut, di halaman Kantor PT PLN UP3 Jalan Listrik Medan, Kamis (9/12/2021).

Manager PT PLN UP3 Hariadi Fitrianto menjelaskan kehadiran SPKLU mendukung masyarakat pemilik kendaraan listrik. Ini menjadi tempat pengisian kendaraan listrik untuk warga. Apalagi di Sumut saat ini ada 10 unit mobil listrik dan 500 unit sepedamotor.

Tentu keinginan mentransformasikan kendaraan BBM menjadi listrik harus mendapat dukungan termasuk dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Walikota Medan Bobby Nasution ketika peresmian SPKLU langsung mengungkapkan harapan agar kelak Medan dapat menjadi percontohan dan diikuti kabupaten maupun kota lain di Sumut.

Kekhawatiran di awal tetap saja ada. Tapi negara lain sudah lebih dulu melakukan migrasi dari mobil berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik.

Anggota Komisi VII DPR RI yang membidangi energi Sartono Hutomo mengatakan pengembangan kendaraan listrik termasuk industri baterai sangat penting. Hal ini untuk menekan konsumsi dan emisi dari Bahan Bakar Minyak (BBM) sehingga dapat menekan impor serta lebih ramah terhadap lingkungan.

Sartono mengungkapkan hal itu usai mengikuti kunjungan kerja spesifik Komisi VII DPR RI ke pabrik perakitan PT Mercedes-Benz di Wanaherang, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/11/2021).

Sartono mengingatkan ketika peralihan ke kendaraan listrik terealisasi, maka dukungan infrastrukturnya dipersiapkan. “Jika belum banyak tersedia fasilitas pengisian baterai dan juga pengurangan emisi karbon kehadiran mobil listrik menjadi tidak efektif karena sebagian besar pembangkit listrik di negara kita memakai bahan bakar batu bara dan gas alam,” jelas Sartono.

Hematnya kompor induksi

Wacana electrifying lifestyle ini tak saja mobil listrik. Tapi juga kompor induksi sebagai bagian dari green lifestyle. Penggunaan kompor induksi (listrik) rumah tangga ini sudah bermutasi beberapa kali sejak zaman batu, kayu bakar, kompor minyak, kompor gas lalu kini kompor listrik.

Khusus kompor induksi, dalam beberapa arahannya Presiden Joko Widodo sebenarnya sudah langsung menyinggung ini. Saat memberi arahan kepada direksi PLN dan Pertamina di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/11/2021), Presiden mengisyaratkan memperbaiki neraca perdagangan melalui pengurangan impor energi. Termasuk konversi LPG ke kompor bersih berbasis listrik atau kompor induksi. Sebab dari total kebutuhan LPG sekitar 75-78 persen konsumsi LPG dalam negeri dipenuhi dari impor yang mencapai 6,1 juta ton pada 2020.

“Kalau kita bisa mengalihkan itu ke energi yang lain, misalnya mobil diganti listrik semuanya, gas rumah tangga diganti listrik semuanya, karena di PLN oversupply. Artinya, pasokan dari PLN terserap, impor minyak di Pertamina turun,” tegas Presiden.

Sebenarnya, upaya mendorong penggunaan kompor induksi juga telah dituangkan dalam Peraturan Menteri ESDM No. 20 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun 2020 – 2024.

Jika dilihat dari sisi penggunaan dan efek lingkungan, kompor induksi hitung-hitungannya jauh lebih hemat dibanding jenis lain.

Untuk memasak 1 liter air dengan kompor induksi 1.600 watt hanya membutuhkan waktu memasak 3 menit 36 detik dengan pemakaian energi 0,100 kwh. Dengan tarif Rp1.467 per kwh maka biayanya Rp149,64.

Bandingkan dengan kompor gas api maksimal dibutuhkan waktu 4 menit 10 detik. Memerlukan elpiji 0,015 kg. Jika harga satu tabung elpiji 12 kg adalah Rp141.000 dengan asumsi harga gas per kg Rp11.750, maka untuk memasak satu liter air menghabiskan Rp176,25.

Hitungan sederhananya kompor induksi bisa menghemat 15 persen.
Bisa dibayangkan berapa liter air yang dimasak setiap hari, dikali sebulan, dikali setahun dengan total penghematan yang bisa didapat jika menggunakan kompor induksi. Itulah yang menjadi konsen pemerintah mendorong penggunaan kompor induksi.

Sebenarnya PLN juga sudah berkomitmen menyiapkan langkah peralihan tersebut. Termasuk komitmen menjalankan program konversi kompor induksi. Bahkan, PLN sudah menggulirkan program Satu Juta Kompor Induksi. Dengan cadangan daya yang telah lebih dari 30 persen di hampir seluruh sistem kelistrikan, PLN siap mendukung program konversi kompor induksi.

Termasuk menggulirkan diskon tambah daya untuk mempermudah pelanggan beralih ke kompor induksi. Salah satunya saat ini tengah berjalan, PLN memberikan harga khusus tambah daya hanya sebesar Rp 150 ribu melalui program Nyaman Kompor Induksi 2021 bagi pelanggan yang membeli kompor induksi melalui partner bekerjasama dengan PLN.

Selain itu, karena ini sifatnya mengubah kebiasaan masyarakat, PLN juga terus mengampanyekan electrifying lifestyle. Karena dengan bermigrasi ke kompor induksi bagi 19 juta pengguna akan ada potensi penghematan negara Rp50,6 triliun.

Dianggap mahal, padahal?

Tentu saja untuk menaikkan kualitas hidup dengan electrifying vehicle dan kompor induksi butuh biaya. Di pasar hingga saat ini, baik kendaaraan listrik maupun kompor induksi dari sisi harga masih di atas yang konvensional.

Harga mobil listrik misalnya masih pada harga Rp500 juta. Begitupula kompor induksi masih tergolong mahal untuk kapasitas 1.500 watt masih pada harga Rp600 ribu hingga di atas Rp1 juta. Kemudian untuk kompor induksi wajan atau wadah yang digunakan juga harus dari besi tidak bisa menggunakan alumunium.

Tapi menurut Darmayanti, seorangibu rumah tangga di Medan, yang sudah menggunakan kompor induksi, dari sisi harga kelihatan mahal. Padahal dari sisi pemakaian, penghematan dan kebersihan di atas kompor gas. “Ya kalau mau dihitung-hitung kita boleh kalah di harga tapi menang di pemakaian dan minim biaya perawatan,” tuturnya.

Jika ibu rumah tangga memakai kompor induksi dan bapak-bapak menggunakan mobil listrik secara masif hitung saja betapa hematnya uang belanja yang harus diatur setiap bulan. Efek yang paling besar tentu ketika sampai pada cita-cita terbesar saat angkutan umum pun sudah menggunakan listrik. (armin rahmansyah nasution)