Ketua KONI Sumut: Jangan Perkeruh, Akhiri Polemik Gubsu dan Coki

Ketua KONI Sumut, Jhon Ismadi Lubis
Ketua KONI Sumut, Jhon Ismadi Lubis

MEDAN, kaldera.id —Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sumatera Utara angkat bicara ihwal polemik antara pelatih biliar, Khairuddin Aritonang alias Coki dengan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi.

Menurut Ketua KONI Sumut, Jhon Ismadi Lubis, masalah ini sebaiknya jangan lagi diperpanjang sehingga tidak ada lagi pihak-pihak yang masuk dan terkesan menunggangi Coki, serta membuat keadaan justru semakin keruh.

“Apalagi ini mau tutup tahun, alangkah baiknya kita akhiri dengan hal-hal yang baik pula,” katanya menjawab wartawan via seluler, Jumat (31/12/2021).

Jhon mengatakan, sudah bertemu dengan Coki maupun Gubernur Edy menyangkut hal ini. Pada dasarnya, kata dia, peristiwa ini adalah hal biasa ibarat orang tua dengan anak. Mengingat pula di dalam struktur KONI, gubernur merupakan pembina sekaligus pelindung.

“Jadi kalaulah ada kritik semacam itu, kita sebagai pelatih harus menganggapnya hal biasa sebagai motivasi kita berprestasi lebih baik lagi. Di satu sisi, saya memahami karakter beliau (Gubernur Edy), jadi lumrah saja itu sikap seorang bapak kepada anaknya,” katanya.

Ia menyebut, Gubernur Edy punya keinginan kuat untuk memajukan Sumut termasuk dalam bidang olahraga. Terlebih di 2024 nanti, Sumut bersama Provinsi Aceh bakal menjadi tuan rumah pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI.

“Konteksnya kan sebenarnya untuk memotivasi dalam acara pemberian tali asih kemarin. Bagaimana supaya pelatih-pelatih kita termasuk atlet Sumut, mampu berprestasi lebih tinggi di PON mendatang. Seperti yang saya katakan tadi itulah, artinya ini ibarat seorang bapak dengan anak-anaknya saja, bukan karena faktor lain,” tegas Jhon.

Kepada Coki pun secara pribadi, diakuinya telah membangun komunikasi dari hati ke hati. Meminta Coki agar tidak bertindak lebih jauh sehingga yang menyebabkan persoalan menjadi rumit.

“Bung Coki ini yang kita kenal adalah orang baik, namun di satu sisi mungkin tidak semua orang bisa menerima cara bapak gubernur kita. Konteksnya seperti yang saya sampaikan itu, bahwa gubernur cuma ingin pelatih dan atlet kita ini berprestasi untuk PON nanti,” ujarnya.

Ia berharap, jangan sampai persoalan kecil ini berlarut-larut apalagi masuk ke ranah hukum. Semua pihak dia minta menjadi penyejuk bukan malah menambah panjang polemik ini.

“Kemajuan olahraga itu kuncinya hanya satu, yakni kita sama-sama bersatu untuk meraih prestasi. Lebih baik setiap masalah yang ada kita selesaikan secara kekeluargaan, apalagi kita mau menyongsong tahun baru dan tentunya dengan semangat yang baru untuk kemajuan olahraga Sumut,” pungkasnya.

Polemik antara Gubsu Edy dan Coki ini dapat diselesaikan

Senada, Anggota Komisi E DPRD Sumut, Jafaruddin Harahap meminta agar polemik antara Gubsu Edy dan Coki ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Menurutnya, secara umum tidak ada yang diuntungkan jika polemik dimaksud terus berlarut.

“Media pun kita harap tidak ikut membesar-besarkan pemberitaan tentang ini, sebab kita harus membangun persatuan dan kesatuan jika olahraga di Sumut ingin maju serta para atlet dan semua yang terlibat di dalamnya punya kehidupan sejahtera,” katanya.

Apalagi, ujar politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini, Pemprov Sumut secara perlahan terus memberi atensi lebih untuk kesejahteraan para insan olahraga. Baik melalui pemberian tali asih bagi atlet dan pelatih berprestasi di PON Papua lalu, maupun dalam bentuk dukungan anggaran kepada KONI Sumut.

Harus saling support

“Saya kira dengan begitu, kita harus saling support demi kemajuan olahraga Sumut sekaligus untuk hidup yang lebih baik bagi atlet, pelatih, dan semua yang terlibat memajukan olahraga di wilayah ini,” ajak Jafar.

Informasi yang diperoleh wartawan, Coki dan para pelatih lainnya telah menerima tali asih dari Pemprov Sumut yang anggarannya dihibahkan melalui KONI Sumut, karena telah berhasil membawa harus nama Sumut saat PON Papua lalu. Terkhusus Choki, diketahui senilai Rp100 juta telah ditransfer ke rekeningnya atas hasil kerja kerasnya meraih 12 medali melalui para atlet biliar dalam PON XX tersebut.

Seperti diketahui, publik sebelumnya dihebohkan dengan insiden antara Gubernur Edy dengan pelatih biliar Sumut, Khairuddin Aritonang (Coki) karena tak ikut bertepuk tangan saat ia memberi sambutan dalam acara pemberian tali asih atlet Sumut berprestasi di PON XX Papua, Senin (27/12) sore.

Bahkan dalam video yang beredar, terlihat Gubernur Edy menjewer kuping pelatih itu. Oleh gubernur, Choki disebutnya tertidur dan seolah bukan bagian dari olahragawan.

Tindakan gubernur itu pun mengundang reaksi dari berbagai pihak. Choki sendiri turut bereaksi, yang menurutnya tidak seharusnya gubernur memperlakukan pelatih yang telah turut mempersembahkan medali pada PON lalu dihadapan khalayak. (yogo tobing)