Dian Taufik Ramadhan
Dian Taufik Ramadhan

MADINA, kaldera.id – Pengurus KNPI Sumut mendesak Kementrian ESDM menutup dan mencabut izin PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP).

Hal ini disebabkan, sebanyak 52 orang warga Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Madina mengalami keracunan akibat kebocoran gas milik perusahaan asing tersebut, Minggu (6/3/2022). Kejadian ini merupakan kali kedua. Kejadian pertama terjadi Januari 2021. Dimana, 5 orang meninggal dunia.

“Sejak beroperasinya perusahaan itu sudah banyak memakan korban jiwa. Keracunan ini bukan kali pertama kejadian yang ditimbulkan setelah perusahaan itu beroperasi. Kenapa perusahan ini tetap beroperasi,” ungkap Ketua KNPI Sumut, Samsir Pohan melalui Wakil Ketua Bidang Lingkungan Hidup Dian Taufik Ramadhan, Senin (7/3/2022).

Menurutnya, tidak ada alasan bagi pemerintah pusat untuk segera menutup dan mencabut izin perusahaan tersebut. Sebab, sudah menimbulkan korban jiwa.

“Kami mendesak negara segera melakukan investigasi mendalam serta menghukum seberat-beratnya kepada pihak-pihak yang lalai. Saat ini telah menimbulkan dampak ancaman kesehatan warga di lingkar tambang,” tegasnya.

Mereka juga meminta PT SMGP membuka dokumen amdal serta dokumen RKL dan RPL agar publik dapat mengetahui dengan pasti dampak yang akan diterimanya dari aktivitas penambangan PT SMGP.

“DPD KNPI Sumut akan mengawal kejadian ini sampai ada kepastian siapa yang bertanggungjawab atas kejadian tersebut,” tambahnya.

Bupati Mandailing Natal, M Jafar Sukhairi Nasution menegaskan, pihaknya meminta agar PT SMGP bertanggung jawab atas keracunan yang menimpa puluhan warga Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi tersebut.

Pihak perusahaan PT SMGP melalui humasnya, Roby membenarkan kejadian tersebut.
Menurutnya, PT SMGP sedang melakukan kegiatan Well Test di Well Pad AAE di Desa Siabanggor Julu, Minggu (6/3/2022), sekira pukul 15.00 WIB.

Sementara Kapolres Madina, AKBP Reza Chairul menyebutkan, pihaknya sedang menyelidiki kasus keracunan gas ini.
“Korban bertambah dari 52 menjadi 58 orang. Mereka dirawat di RS Permata Madina dan RSUD Panyabungan. Tidak ada yang meninggal dunia,” pungkasnya. (yogo)