Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu mengungkapkan bahwa dalam sistem pembayaran, banyak inisiatif yang berasal dari Bank Indonesia (BI).
Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu mengungkapkan bahwa dalam sistem pembayaran, banyak inisiatif yang berasal dari Bank Indonesia (BI).

 

MEDAN, kaldera.id- Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu mengungkapkan bahwa dalam sistem pembayaran, banyak inisiatif yang berasal dari Bank Indonesia (BI). Gus Irawan baru-baru ini kembali dari kunjungan di wilayah daerah pemilihan (dapil)-nya, bersama dengan rekan-rekan dari BI melakukan edukasi tentang penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Upaya ini bertujuan untuk mendorong masyarakat agar lebih banyak menggunakan transaksi non tunai.

“Di sistem pembayaran lebih banyak inisiatifnya di BI. Saya baru pulang dari banyak daerah di Dapil saya(Sumatera Utara II) sambil reses bersama teman-teman BI, edukasi terhadap penggunaan QRIS. Intinya mendorong masyarakat kita mengunakan transaksi secara non tunai,” kata Gus Irawan di Medan, Sumatera Utara, Senin (7/08/2023).

Gus Irawan yang juga merupakan anggota Fraksi Gerindra dan Legislator Dapil Sumatera Utara II, menekankan bahwa edukasi memiliki peran krusial dalam memperluas adopsi transaksi non tunai. Ia menyoroti bahwa sejumlah merchant telah menggunakan QRIS, namun volume dan nilai transaksi masih relatif rendah dibandingkan dengan frekuensi transaksi.

“Merchant yang tercatat sudah menggunakan QRIS, sesungguhnya sudah keliatannya angkanya banyak tapi kalau ditelisik lebih dalam transaksinya itu sangat kecil dari frekuensinya dan demikian juga rupiahnya,” jelasnya.

Pemahaman masyarakat perlu ditingkatkan

Menurut Gus Irawan, pemahaman masyarakat tentang manfaat dan kemudahan transaksi non tunai perlu ditingkatkan. Ia berpendapat bahwa upaya seperti yang dulu pernah sukses dilakukan dengan pekan tabungan nasional oleh BI dan perbankan dapat menjadi contoh. “Saya rasa pekan QRIS atau apapun namanya, supaya secara masif dilakukan oleh BI maupun industri perbankan dan industri lain yang terkait dengan transaksi non tunai,” tegasnya.

Gus Irawan juga menunjukkan potensi besar QRIS dalam membawa efisiensi dan kenyamanan dalam bertransaksi. Sebagai ilustrasi, ia mengambil contoh dari Gunung Sitoli di mana sebuah koperasi dengan anggota 70.000 orang masih mengandalkan transaksi tunai senilai Rp500 miliar. “Dengan QRIS, bisa mereka lakukan penyetoran dari mana saja sepanjang ada jaringan komunikasi yang bisa terhubung.” tutupnya.

Dalam menghadapi perkembangan era transaksi digital yang semakin pesat, Gus Irawan Pasaribu berharap upaya edukasi yang lebih kuat dan adopsi teknologi seperti QRIS akan membantu masyarakat Indonesia untuk lebih siap dan nyaman dengan transaksi non tunai, serta meningkatkan efisiensi dalam bertransaksi di masa depan.