Spritualitas dan Dimensi Puasa Ramadhan

Purjatian Azhar
Purjatian Azhar

Oleh: Purjatian Azhar
Dosen Sosiologi Agama Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Utara

MEDAN, Kaldera.id – Puasa ramadhan adalah ibadah yang diwajibkan Allah kepada orang yang beriman. Itu mengapa di dalam al-Quran Allah menjelaskan di dalam surat Al-Baqarah 183 dengan kata-kata beriman. Artinya, islam saja tidak cukup untuk mampu melaksanakan ibadah puasa ramadhan, namun harus orang yang beragama Islam dan juga sekaligus beriman. Maka tidak heran dalam realitas sosial sehari-hari dapat kita lihat masih banyak orang islam yang tidak melaksanakan puasa ramadhan meskipun secara fisik sehat dan bugar.

Puasa ramadhan, dalam sejarah di syariatkan atau diwajibkan pada tahun kedua hijriah atau sekitar tahun 624 masehi. Namun sebelum di syariatkan kepada Nabi Muhammad SAW, tradisi puasa sudah terlebih dahulu dilaksanakan oleh nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Misalnya, Nabi Adam as melaksanakan puasa pada 10 Muharam ketika bertemu siti hawa di arafah.

Selanjutnya Nabi Nuh as yang juga berpuasa saat Nabi Nuh dan pengikutnya terombang ambing di lautan karena terpaan badai laut. Bahkan bukan hanya para nabi yang berpuasa, para filusuf juga berpuasa. Plato, filusuf Yunani kuno pernah mengatakan bahwa obat jasmani dan rohani yang paling baik itu adalah berpuasa. Begitu juga Socrates, ia mengatakan bahwa dalam diri kita ada unsur penyembuh, bantulah dirimu untuk menyembuhkan dirimu sendiri, salah satunya adalah puasa.

Bukan hanya manusia yang berpuasa, hewan juga melakukan puasa seperti ayam yang mengerami telurnya selama 21 hari juga berpuasa. Begitu juga dengan ular yang berganti kulit. Selama proses pergantian kulit, ular melakukan puasa. Ikan salmon yang melakukan migrasi setiap tahun nya sejauh 1.000 mil juga melakukan puasa. Dengan demikian puasa adalah sebuah pristiwa rohani yang tidak hanya dirasakan dan dilakukan oleh manusia tapi juga makhluk Allah lainnya yang hidup di muka bumi.

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Setiap ibadah memiliki nilai keistimewaan nya masing-masing. Begitu juga puasa ramadhan, tentu memiliki nilai-nilai keistimewaan dan juga menjadi pembeda dengan ibadah yang lainnya. Diantara keistimewaan puasa adalah:

Pertama, puasa adalah satu-satunya ibadah yang perifikasi pastinya itu hanya yang melakukan. tidak ada orang lain yang tahu. Jadi satu-satunya ibadah yang hanya kita dan Allah yang tahu ketika sedang melaksanakannya. Itu yang membuat puasa istimewa. Berbeda dengan shalat, orang lain akan tahu bahwa kita akan melaksanakan shalat. Begitu juga ketika kita akan melaksanakan ibadah haji, orang lain dapat mengetahui kita akan melaksanakan ibadah haji melalui proses pemberangkatannya.

Kedua, Puasa adalah ibadah yang terang-terangan menantang dan berperang melawan hawa nafsu, menyisihkan nafsu keduniaan, hasrat-hasrat jasmani serta godaan-godaan duniawi. Ketiga, Puasa sebagai senjata. Orang yang melakukan demonstrasi, yang kemudian mogok makan sebagai sikap protes, itu juga bagian dari puasa, itu lah yang dilakukan oleh Mahatma Gandhi di India pada tahun 1949 ketika mogok makan, ketika orang Islam marah, orang Hindu marah.

Ketika itu Mahatma Gandi sangat disegani oleh orang Islam dan menjadi tokoh suci dikalangan Hindu. Dan akhirnya Gandi mendeklarasikan: saya tidak akan makan sebelum kalian berhenti bunuh-bunuhan, dan sukses. Artinya puasa dapat dijadikan alat atau senjata untuk menyelesaikan konflik umat Islam dan Hindu pada masa itu.

Dimensi Puasa Ramadhan

Pertanyaan yang sering muncul dalam benak kita adalah: apakah puasa ramadhan yang kita laksanakan setiap tahunnya adalah bagian dari rutinitas tahunan, atau justru ibadah yang memberikan manfaat dan kebaikan setiap kita melaksanakannya. Tentu kita berharap bahwa puasa ramadhan dapat memberikan dampak dan manfaat bagi kita baik saat melaksanakan ataupun setelah melaksanakannya.

Untuk sampai pada konsep bahwa puasa memberikan dampak dan manfaat, maka terlebih dahulu kita harus memahami bahwa puasa memiliki beberap dimensi yang harus kita ketahui. Pertama, puasa memiliki dimensi kepatuhan atau ketaatan.

Meskipun saat melaksanakan puasa kita merasakan haus dan lapar, kemudian perut kita terasa sakit, maka puasa wajib dilakukan sebagai bentuk kepatuhan dan ketaatan kita kepada Allah, bahkan sekali pun puasa tidak memberikan manfaat bagi kita, tetapi harus tetap dilaksanakan sebagai komitemen iman dan kepatuhan kepada Allah.

Kedua, puasa mengajarkan tentang arti dari pengorbanan atau persembahan. Maka sebagai orang yang berpuasa harusnya kita memberikan pengorbanan dan persembahan puasa kita yang terbaik kepada Allah, puasa yang penuh dengan kualitas dan dikerjakan semata-mata hanya untuk Allah.

Ketiga, puasa mengajarkan kepada kita tentang pelatihan. Selama sebulan kita dilatih baik secara mental, fisik dan spiritual kita. Maka tentu saja adatarget yang ingin dicapai dari pelatihan yang kita lakukan selama satu bulan penuh. Tentu saja target pelatihan selama sebulan tersebut adalah menjadi hamba yang bertaqwa.

Keempat, puasa mengajarkan kepada kita tentang penyucian diri atau pembersihan diri. Puasa menjadi ruang bagi kita untuk membersihkan diri dari segela macam kesalahan dan dosa yang selama ini kita lakukan. Denga berpuasa maka kesalahan-kesalahan serta dosa yang pernah kita lakukan mudah-mudahan dapat hilang dan bersih.

Kelima, puasa mengajarkan kepada kita tentang makna jihad. Jihad melawan hawa nafsu. Sebab, jihad yang paling besar sesungguhnya adalah jihad melawah hawa nafsu, bukan jihad peperangan melawan musuh. Jika manusia tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya, maka manusia akan mengalami kesengsaraan hidup dan terprosok ke lembah kehancuran.

Oleh karena itu puasa jelas mengajarkan kepada kita tentang jihad melawan hawa nafsu. Keenam, puasa mengajarkan kepada kita tentang arti ke ikhlasan.

Ikhlas dalam menjalankan perintah Allah, ikhlas untuk tidak makan dan minum di siang hari, ikhlas untuk melakukan ibadah-ibadah selama puasa, ikhlas membantu orang lain serta ikhlas berbagi atau bersedekah kepada yang membutuhkan.

Semoga puasa ramadhan yang kita kerjakan tahun ini dapat membawa kebaikan kepada diri kita dan tentunya predikat taqwa yang melekat dalam diri kita.